Translate

Senin, 29 September 2014

Gue Cinta Loe Mario! Part 1

Gue Cinta Loe Mario!
Part 1

Hay All....
Udah lama gak nongol ya gue, pasti pada kangen :p
Ini gue bawa cerbung baru, ini fix karangan gue sendiri.
Dan ini cerbung pertama yang gue buat.
Mungkin udah ada yang baca karena memang udah gue post di Facebook "Siska Friestiani" FBFC "RiFy" sama di Grup"Siska's Story" dan ini lah yang terakhir gue post di blog sederhana gue ini.
ya udah kayaknya gue kebanyaan omong. langsung aja lah ya.

Tittle    : Gue Cinta Loe Mario
Author : Siska Friestiani @siskahaling
Genre   : Romance


Alika Saufika Naraya

“IFYYYYY!!!!!!!!!” teriak seseorang yang refleks membuat gadis yang di panggil Ify tadi menutup telinganya rapat-rapat, berharap setelah ini telinganya masih dapat berfungsi dengan selayaknya. Lalu dengan tanpa berdosanya sang pelaku hanya menampakkan cengiran khasnya dan menatap tanpa dosa, membuat sang korban semakin ingin menelannya hidup-hidup.

“Loe sudah bosan hidup Sivia sayang” geram Ify sang korban, dengan nada dan tatapan yang benar-benar menakutkan tentunya. Alika Saufika Naraya, yang biasa di sapa Ify, gadis manis, cantik, dan pintar namun memiliki sifat dingin, dan cuek, sejak sebuah peristiwa yang menimpanya yang tidak mungkin dia lupakan dan sampai sekarang peristiwa tersebut masih terekam jelas dan terus berputar di pikirannya bahkan sedetik dari kejadian tersebut tidak dapat dia lupakan.

“Hehehe, pisss Fy, ampun, temanmu yang paling cantik, manis, dan baik hati ini masih pengen hidup” ucap Sivia sekaligus mengangkat tangannya lalu membentuk jari tengah dan telunjuknya hingga membentuk huruf “V”

“Aisshhhhh” desis Ify kesal dengan sifat sahabatnya yang satu ini. Sivia Adria Malika, gadis yang tak kalah manis dan cantik dari Ify, ramah, baik, dan modis, satu-satunya sahabat Ify disekolah. Heran? Bagaimana bisa dua orang yang memiliki sifat yang sangat bertolak belakang bisa bersahabat sangat dekat seperti itu? Ya itulah Ify dan Sivia berbeda, tapi saling membutuhkan satu sama lain, oya bukan berarti murid yang lain tidak mau berteman dengan Ify, namun Ify nya saja yang tidak merespon, baginya ‘semua tidak akan merubah segalanya’.

“Fy” panggil Sivia ketika Ify kembali asyik mengotak-atik keypad BB-nya.

“Hemm..” jawab Ify hanya dengan deheman.

“Nanti temenin gue ke toko buku ya, gue mau cari novel ni buat gue resensi” pinta Sivia, dan saat itu juga langsung memasang wajah memelasnya, berharap sahabatnya ini mau menemaninya.

“Gue males” jawab Ify dengan nada khas cueknya.

‘Kan bener apa kata gue’ batin Sivia yang sepertinya sudah bisa menebak jawaban yang akan terlontar dari bibir manis sahabatnya itu.

“Yahh...yahh...yahh... Fy masak loe tega sama gue, gue belum selesai ni tugas dari Buk Winda buat resensi novel” bujuk Sivia lagi sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Ify berfikir sejenak, tidak ada salahnya bukan jika sore nanti dia keluar untuk menemani Sivia, anggap saja untuk menyegarkan fikirannya saat ini, lagi pula sore nanti dirinya tidak ada kegiatan. Akhirnya setelah beberapa saat berfikir, Ify hanya menganggukan kepala sebagai jawaban dan langsung membuat Sivia histeris bahagia.

“Huwaaaaa... makasih Ify, loe memang sahabat terbaik gue” puji Sivia lebay,  tak sadar, kini dirinya sudah memeluk tubuh Ify, membuat Ify saat ini benar-benar ingin memakan sahabatnya itu.

"Loe masih waraskan? Otak loe belum geserkan?” ucap Ify skiptis sambil manatap Sivia yang kini tengah mengerucutkan bibirnya.

“Huh loe mah, gini-gini juga sahabat loe kan?” ucap Sivia membela diri, mau gimana lagi begini lah sahabatnya, kata-kata pedasnya tanpa perasaan itu sudah biasa ia dengar dari Ify dan itu membuat dirinya harus memberi level kesabaran lebih saat bersama Ify.

“Hahahaha, sahabat? Loe sahabat gue ya? Sejak kapan ya? kok gue lupa?” balas Ify tanpa berperasaan. Ify tersenyum meremehkan melihat Sivia yang saat ini benar-benar kesal karena ulahnya, namun di balik sikap ketidakpedulian dan tidak berperasaannya itu, Ify benar-benar sangat menyayangi Sivia, bagaimana pun Sivia lah yang selama ini menemaninya dalam keadaan apapun dan menerima dirinya apa adanya.

“Dasarrrrr iblisssss, loe benar-benar gadis iblis Alika Saufika Naraya” teriak sivia tak terima atas apa yang barusan Ify katakan.

“Hahahahaha, dan itu berarti loe orang terbego karena mau bersahabat dengan gadis iblis seperti gue Sivia Adria Malika” ucap Ify sambil melangkah pergi

“Loe pengen di usir sama Buk Oky kerena telat masuk” tambah Ify yang melihat Sivia masih duduk di kursi taman sambil mengerucutkan bibirnya, karena memang bel masuk sudah berbunyi. Dengan sangat kesal Sivia melangkahkan kakinya mengikuti orang yang menurutnya sangat-sangat menyebalkan tersebut.
@@@@@

Seperti yang sudah di janjikan Ify tadi bahwa dirinya akan menemani Sivia ke toko buku mencari novel untuk diresensi. Kini dua orang tersebut sudah sampai di gramedia tempat yang digunakan orang-orang mencari beragam macam jenis buku. Saat ini Sivia menggunakan kaos hijau tosca bermotif kupu-kupu dan celana jeans yang panjangnya hanya sampai lututnya saja, dengan  rambut yang di biarkan tergerai dan tak lupa Sivia menyematkan juga pita yang senada dengan bajunya tersebut, sedangkan Ify saat ini menggunakan kaos biru bergambar doraemon dan juga celana jeans selutut rambutnya di gulung asal tapi malah terlihat rapi dan tak lupa handset yang  juga bertengger manis di telinganya, sederhana bukan dua orang ini? Tapi kesan cantik tak hilang malah terlihat seperti gadis yang trendy di 2014.

“Vi, loe milih buku aja duluan gue mau ke toilet sebentar” ucap Ify ketika keduanya akan sampai di deretan buku-buku yang tersusun rapi di tempatnya. Dan Sivia hanya menanggukkan kepala sebagai jawabanya

“Fy, gue dibagian novel ya, loe jangan lama-lama” Ify tidak memperdulikan ucapan sahabatnya tersebut, dia memilih untuk langsung menuju toilet.

   Tak membutuhkan waktu lama Ify selesai dan ingin menuju ketempat Sivia saat ini berada, memang tadi ia hanya ingin mencuci muka untuk menghilangkan rasa kantuknya. Kerena saat Sivia menjemputnya tadi, Ify masih dalam dunia mimpi dan dengan sangat amat terpaksa ia bangun dan merelakan waktu tidurnya saat ini tertunda, kerena tadi dirinya sudah mengiakan  untuk  menemani Sivia. Hingga tanpa Ify sadari dirinya ditabrak oleh tubuh seseorang yang membawa setumpuk buku hingga membuat orang tersebut agak sulit melihat jalan.

“Brukkkkk...... awwww” suara buku jatuh dan disusul rintihan yang keluar dari bibir Ify, karena memang Ify terjatuh dan membuat bokongnya terasa sedikit sakit.

“Loe nggak papa kan?” tanya seseorang dan sepertinya suara orang yang menabrak Ify tadi. Orang itu mengulurkan tangannya berniat untuk membantu Ify berdiri, namun Ify tidak menghiraukannya dan memilih bangun sendiri. Melihat bahwa Ify tak menggubrisnya membuat orang yang menabraknya tadi semakin merasa bersalah.

“Emmm... loe nggak papa kan? Sorry gue bener-bener nggak sengaja” ucapnya lagi, Ify yang masih membersihkan celananya yang sedikit kotor pun mengalihkan pandangannya melihat orang yang menabraknya tadi.

‘Cowok ternyata’ batin Ify sedangkan cowok yang tadi terpaku sejenak melihat Ify.

‘Cantik’

“Hemm, lain kali hati-hati” jawab Ify cuek sambil pergi meninggalkan cowok yang menabraknya tadi menuju ketempat tujuan awalnya, Sivia pasti sudah menunggu. Sedangkan cowok tadi masih terdiam mengamati kepergian Ify tanpa sadar seulas senyum terbentuk di bibirnya. Hingga akhirnya ia tersadar dan membereskan buku-buku yang berserakan tak berdosa dilantai.

“Huh, gara-gara loe ini Vin, awas aja loe kodok sipit” geram cowok tersebut.

@@@@@

Sivia masih sibuk memilih novel yang akan dia jadikan resensi, hingga akhirnya matanya tertuju pada sebuah novel bersampul biru muda, namun saat tangannya ingin mengambil novel tersebut ada tangan lain yang juga ingin mengambilnya.

“Eh” ucap Sivia dan orang itu bersamaan. Hingga akhirnya tatapan keduanya saling bertemu. Sivia sendiri terpesona saat malihat makhluk yang ada di hadapannya saat ini, ya.. bisa di bilang lumayan lah.

“Ngapain loe lihat-lihat? Gue ganteng? Emang gue tau itu, tapi lebih baik loe lepas tangan loe karena gue duluan yang mau ambil ini novel” ucap cowok itu sebelum Sivia sempat mengeluarkan kata-katanya. Sivia yang saat itu sedang berceloteh ria dengan hatinya dan memuji makhluk yang ada di depannya ini, seketika itu juga serasa seperti di hempas dari gedung lantai empat ratus saat mendengar ucapan cowok di hadapannya ini.

‘Sumpah gue cabut kata-kata gue tadi sekarang  juga’ batin Sivia berkoar

“Heh apaan sih loe, jelas-jelas  gue duluan yang ngambil” balas Sivia, ketika sadar dari keterkejutannya. Tangannya pun masih memegang novel tersebut. Namun sepertinya cowok itu juga tidak mau mengalah hingga cowok itu juga masih memegang novel tersebut dan berusaha melepaskan dari tangan Sivia.

“Hello, kucing dirumah gue juga tau kalo yang megang novel ini gue duluan” balas cowok tersebut dan semakin membuat level kekesalan Sivia semakin bertambah.

“Persetan sama kucing loe, gue nggak perduli, yang gue peduliin Cuma novel ini karena gue lagi butuh” ucap Sivia lagi sambil menarik novel tersebut, namun sepertinya tenaganya tidak sebanding dengan tenaga cowok tersebut karena nyatanya novel itu masih berada di tangan cowok tersebut bahkan bergeser sedikit saja tidak.

“Loe fikir gue gak butuh juga sama ini novel, gue juga butuh” cowok itu masih berusaha melepaskan novel tersebut dari tangan Sivia, namun Sivia pun masih bersikeras mempertahankan novel itu. Hingga aksi tarik-manarik pun tidak bisa di hindarkan.

“Gue gak peduli loe butuh apa gak, loe lepasin novelnya sekarang” suruh Sivia lagi, namun bukan melepas cowok itu semakin kencang manarik novel itu.

“Lepasin?”

“Sreeetttt”

“Bermimpilah gadis bawel” ucap cowok itu dan dalam sekali sentak buku itu sudah seratus persen berpindah ke tangannya. Dan itu sungguh membuat Sivia benar-benar semakin kesal. tidak bisakah cowok ini mengalah sedikit, dirinya benar-benar membutuhkan novel tersebut untuk bahan resensi, jika tidak habislah riwayatnya oleh buk Winda besok, sebenarnya Sivia bisa saja mencari novel lain, tapi mengingat sikap cowok ini mwmbuat dirinya mengurungkan niatnya untuk mencari novel lain. Namun seketika bayangan takut dihukum Buk Winda lenyap ketika melihat senyum meremehkan dari cowok itu. Tangannya sudah Sivia di kepal kuat-kuat, menahan semua rasa emosi dan kesalnya saat ini, tatapan tajamnya pun tak lepas menatap cowok itu penuh amarah.

“Resek loe” ucap Sivia dan langsung pergi meninggalkan cowok menyebalkan itu, sedangkan cowok itu masih menatap Sivia dengan penuh kemenangan.

“Sipitttt, gila loe, loe mau nyiksa gue ha?? Gue cariin dari tadi juga ini buku loe nyusahin gue tau nggak” omel seorang cowok yang tiba-tiba datang menghampiri cowok yang dipanggil sipit tadi.

“Hehehe, sorry yo, lagian buku gue Cuma tiga buah dan selebihnya punya loe kan?” ucap cowok yang di panggil sipit tadi membela diri.

“Terserah loe deh. ini gantian loe yang bawa” ucap temen cowok tadi sambil menyerahkan semua buku agar segara terbebas dari tangannya. Lalu beranjak pergi tanpa memperdulikan nasib orang yang di berikan buku tadi.

“Gila loe Rio, bagi dua bego, berat ini” namun percuma, karena tidak digubris sama sekali.

@@@@@

“Via” panggil Ify ketika melihat sahabatnya berjalan dengan wajah yang amat sangat penuh kekesalan. Sivia yang merasa namanya dipanggil pun memoleh ke arah suara yang memanggilnya.

“Udah dapat novelnya?” tanya Ify dengan nada datar seperti biasa.

“Belum” jawab Sivia kesel

“Udah ah balik aja gue males disini” tambah Sivia yang masih kesel kerena adegan yang baru saja ia alami dengan cowok sengok yang MENYEBALKAN ingat itu sekali lagi MENYEBALKAN. Ify hanya diam tidak ingin menanyakan hal yang membuat Sivia kesal kerena dia bukan golongan orang-orang kepo, besok juga Sivia bakalan cerita.

@@@@@

Ify duduk di balkon kamar, rutinitas malam yang biasa ia lakukan, semilir angin malam mau tidak mau membuat rambutnya bergerak mengikuti arah angin dan sepertinya Ify tidak mempermasalahkan itu. Sorot matanya sendu tidak seperti saat di sekolah yang menunjukkan sorot mata yang dingin dan tajam. Ify masih merasa di hantui rasa bersalah, dimana atas kesalahannya dan kebodohannya dia kehilangan orang yang sangat ia cintai pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.

“Huffffftttt” Ify menarik nafas panjang dan menghembuskannnya dengan kasar, semua ini seakan menyiksanya, rasa penyesalannya, kerinduannya, cintanya menjadi satu dan itu hanya untuk orang yang sangat ia cintai sampai saat ini.

“Loe kenapa ninggalin gue sendiri yel? Apa loe sudah bosan sama gadis bodoh kayak gue yang udah buat loe pergi ninggalin gue, maafin gue yel, maaf” ucap Ify, air matanya tumpah, dirinya tidak mampu untuk menahan semuanya. Penyesalan itu sangat menghantuinya. Tiba-tiba bayangan wajah cowok yang menabraknya di toko buku tadi terlintas dipikirannya.

“Dia mirip banget sama loe yel” ucap Ify dan langsung beranjak masuk ke kamar. ‘melelahkan’ batin Ify dan beranjak tidur.

@@@@@

    Sivia mondar-mandir nggak jelas, dia bingung apa yang harus ia lakukan, tugas meresensi novelnya belum selesai dan tugas itu harus dikumpul besok, dan ini semua gara-gara cowok menyebalkan itu, sumpah demi apa jika dia bertemu dengan cowok itu lagi dia akan membalasnya.

“Aduhhh Sivia, gimana ini. Tamat sudah riwayatmu Sivia sayang” ucap sivia ngedumel sendiri. seketika terlintas di pikirannya untuk meminta bantuan kepada Ify. Tunggu pasti dia akan mendapat kata-kata pedas dari sahabatnya itu, apalagi sekarang sudah cukup malam, ‘bego loe kapan hilangnya sih Via’ mungkin itu kata yang akan keluar dari mulut Ify. Tapi mau gimana lagi? Dia benar-benar bingung. Akhirnya tanpa memikirkan kata-kata pedas Ify, Sivia meraih BB-nya dan mencari nama ‘My Beib Ify’ lalu menekan tombol hijau untuk manyambungkan panggilan.


 Sementara itu Ify mengutuk siapa orang yang menelfonnya malam-malam begini apakah dirumahnya tidak memiliki jam? Saat ini jam memang sudah menunjukkan pukul 22:15 cukup larut bukan? Dengan malas Ify meraih BB-nya yang terletak di nakas samping tempat tidurnya, tanpa melihat siapa yang menelfonnya Ify menjawab telfon tersebut.

Senyum Sivia mengembang saat orang yang di telfon mengangkat panggilannya.

“Hallo” ucap Ify yang di sebrang sana dengan nada malas

“Hallo Fy” jawab Sivia setelah itu menutup matanya rapat-rapat, siap untuk mendengar kata yang sudah pasti pedas setelah ini

“Yyaaaaaakkk.... Via loe sakit jiwa jam segini nelfon gue ha?” semprot Ify kesal, untung saja ini di telefon, jadi tidak ada adegan melihat tatapan tajam dari sahabatnya tersebut.

“Hehehe... sorry Fy, gue bener-bener mau minta tolong ni” jawab Sivia to the point karena jika dia menggunakan kata pujian-pujian terlebih dadulu pasti akan membuat Ify kesal dan jangan harap kata ‘iya’ akan terucap dari mulut Ify.

“Hemm.. apaan?” tanya Ify lagi di sebrang sana. Sivia tersenyum lagi.  jawaban Ify barusan menandakan ada harapan buat Ify menolongnya.

“Bantuin gue buat resensi novel Fy, tadi soalnya gue nggak dapat novelnya gara-gara cowok nyebelin itu, besok gue ceritain deh”

“Nggak perlu” jawab Ify lagi

“Tapi loe mau bantuin gue kan?”

“Huh, kapan sih loe pinternya sih Via. Dari dulu tetep aja bego, loe tinggal resensi novel yang pernah loe bacakan? Nggak meski harus baca novel baru” ucap Ify lagi, seketika itu Sivia teriak-teriak nggak jelas.

‘Huh nggak salah gue nelfon Ify, bener juga ya kata tu anak bego banget sih gue’ batin Sivia

“Huwaaa.... Fy makasih banget ya, makasih, makasih” ucap Sivia namun tidak ada jawaban, ternyata Ify telah memutuskan sambungan ketika Sivia teriak-teriak nggak jelas tadi

“Yahhhh, kok dimatiin sih? Nggak papa deh, thanks banget Fy, gue tau Cuma sikap luar loe aja yang cuek ke gue” ucap Sivia sambil mengambil novel di rak bukunya untuk di resensi

“Begadang deh gue, huh awas aja tu cowok kalo ketemu lagi” ucap Sivia dan mulai meresensi novelnya.

@@@@@

Ify tengah duduk manis di kelas, dengan handset tergantung manis di telinganya sambil membaca novel, tiba-tiba Sivia datang lalu duduk di sampingnya sambil melipat kedua tangannya di atas meja, lalu menelungkupkan wajahnya di dalam kedua tangannya.

“Fy” panggil Sivia masih dengan posisi yang sama.

“Hemmm” dehem Ify ke Sivia dan masih terfokus dengan novelnya.

“Nanti izinin gu.....”

“Pagi Ify, pagi Sivia” sapa Rahmi tiba-tiba memotong ucapan Sivia, membuat Sivia mau tak mau mendongakkan kepalanya

“Pagi Mi” balas Sivia sedangkan Ify tidak menggubris sapaan Rahmi, ia masih tertarik untuk melanjutkan membaca novelnya

“Eh, Vi gue denger-denger nanti ada anak baru loh, dua orang lagi” ucap Rahmi dengan senyum yang masih mengembang di bibirnya

“Beneran?” tanya Sivia lagi ingin memastikan

“Beneran gue, dan gue denger-denger lagi anak baru itu cowok, mereka pindahan dari singapure” tambah Rahmi lagi. Sivia sudah senyum-senyum nggak jelas memikirkan dua anak baru yang berjenis kelamin cowok itu, sedangkan Ify? dia mendengar percakapan Sivia dan Rahmi namun bagi Ify ‘itu bukan urasan gue’.

Bel sekolah telah berbunyi, menandakan pelajaran pertama di hari ini akan segera di mulai. Buk winda masuk seperti biasa namun ada yang sedikit berbeda, Buk Winda masuk tidak sendiri melainkan ada dua orang cowok yang menggunakan seragam seperti murid yang lainnya. Hampir Semua murid saat itu sudah berteriak histeris melihat dua makhluk cowok yang di bawa oleh Buk Winda.

“Pagi anak-anak” sapa Buk Winda

“PAGI BUKKKK” koor semua anak-anak XI IPA 1.

“Baik, pagi ini kalian kedatangan teman baru, jadi  langsung saja Mario, Alvin perkenalkan diri kalian” suruh Buk Winda. Membuat kedua Murid baru tersebut sama-sama mengangguk patuh.

“Hay, selamat pagi, nama aku Mario Raditya Amora. kalian semua bisa panggil aku Rio,” ucap anak baru tadi yang bernama Rio. Tak lupa sambil memperlihatkan senyumnya dan membuat semua siswi berteriak histeris. Seketika matanya menatap kearah meja yang berada di barisan belakang nomor dua di pojok dinding.

 ‘Dia’ batin Rio

“Hay, selamat pagi, kalau aku Alvin Cleo Mananta. kalian semua bisa panggil aku Alvin” kini giliran anak baru yang satu lagi yang ternyata bernama Alvin

Sivia memicingkan mata melihat anak baru yang di bawa Buk Winda.

‘Kayaknya gue pernah liat tu orang, dimana ya?’ batin Sivia lalu tiba-tiba ia melebarkan matanya ketika mengingat siapa orang itu

 ‘OMG, gue nggak salah liat kan? itukan cowok nyebelin itu kan, iya nggak salah lagi dia cowok nyebelin itu’ tambah Sivia dalam hati.

“Baiklah Mario, Alvin, kalian bisa duduk di bangku belakang yang kosong” ucap Buk Winda mempersilahkan Rio dan Alvin. Mereka berdua mengangguk lalu melangkah ketempat duduk paling belakang pojok dinding. Mata Rio masih menatap gadis yang sedari tadi cuek, bahkan tidak sedikit pun melirik ke arahnya, Alvin hanya diam sambil melangkahkan kaki mengikuti Rio yang berjalan di depannya tanpa Alvin sadari seseorang sedang menatapnya dengan wajah kesal.

“Yo” panggil Alvin dengan suara pelan setelah mereka duduk di tempat duduk mereka.

“Loe liatin apaan sich?” tanya Alvin kepo, karena Rio tidak menggubris panggilannya lalu alvin mengikuti arah pandang Rio.


“Bidadari Vin” jawab Rio tapi matanya masih fokus menatap objeknya.

“Wahhhh, loe baru juga beberapa jam disini sudah nemu bidadari, gue kapan ya?” ucap Alvin mulai nggak jelas sambil menompangkan dagu dengan tangannya dan masih dengan nada seperti berbisik tidak ingin mengganggu siswa lainnya yang sedang belajar.

“Gue sebelumnya udah pernah ketemu dia semalem waktu di toko buku” ucap Rio lagi

“Wesssss, terus loe udah tau dong siapa namanya?” tanya alvin yang memang tingkat keponya sudah akut.

“Belum” jawab Rio singkat, Alvin melotot, tapi tetap saja matanya terlihat sipit, karena memang mata Alvin memang Sipit.

“Loe gimana sih, katanya sudah pernah ketemu, kok loe kagak tau namanya, emang loe kagak tanya?” ucap Alvin lagi

“Nggak”

“Astaga, kenapa gue punya temen bego amat sih” umpat Alvin agak heran melihat sahabatnya yang satu ini

“Dia jutek amat Vin” jawab Rio lagi

“Yang mana sich orangnya” tanya Alvin benar-benar penasaran siapa orangnya

“Kepo loe, udah belajar, noh Buk Winda udah pidato dari tadi” ucap Rio dan memilih fokus ke bukunya dari pada Alvin yang masih penasaran.

@@@@@

Bel istirahat berbunyi, tanpa komando semua murid berhamburan keluar, ada yang ke kantin, perpustakaan, toilet, taman, dan ada juga yang memilih duduk di kelas. Tapi hari ini tidak untuk kelas XI IPA 1 mereka lebih memilih di kelas pasalnya mereka ingin mendekati anak baru siapa lagi kalau bukan Rio dan Alvin.

“Yo, kenalin gue Zevana”

“Vin gue minta nomor loe dong”

“Yo, nama twitter loe apa? entar gue follow tapi follback ya”

“Alvin pin BB loe berapa?” begitulah kira-kira keributan yang  terjadi di meja Rio dan Alvin semua kaum hawa pada berebut untuk menarik hati Rio dan Alvin, terlebih ada yang lebih frontal

‘Rio loe jadi cowok gue ya’. Seakan  tanpa beban Angel mengatakannya. Sedangkan Ify dan Sivia risih sendiri melihat semua murid cewek di kelas pada heboh nggak ketulungan, mereka merasa terganggu yang  notabennya tempat duduk mereka di depan Rio dan Alvin yang sudah pasti kena imbasnya juga.

Ify dan Sivia memilih untuk kekantin mereka nggak betah bila harus berurusan dengan keributan yang nggak penting.

“Huh, pada setres tu semua. Gila, pada kagak punya malu semua” ucap Sivia sambil bergidik mengingat betapa gilanya teman-teman satu kelasnya untuk kaum cewek tentunya.

“O ya Fy anak baru yang namanya al... alin.. al.. arghhh siapa lah pokoknya itu yang matanya sipit, itu cowok nyebelin yang buat gue harus begadang ngerjain tugas resensi novel gue, uh,, liat aja tu orang gue bejek-bejek, tunggu aja pembalasan gue” ngoceh Sivia tanpa henti, namun sepertinya Ify tak memperdulikannya

“IFYYYY” teriak Sivia karena Ify dari tadi tak mendengarkan omongannya

“Apa?” jawab Ify singkat, padat dan akurat.

“Loe dengerin gue ngomong nggak sih?” geram Sivia

“Nggak” jawab Ify tanpa beban

“Arghhhhh, dari tadi gue ngomong kagak loe dengerin dasar gadis setannnnnn” umpat Sivia kesal

“Nggak penting” ucap Ify dan melanjutkan langkahnya menuju kantin

“Dasar gadis setan, iblis nggak berperasaan” umat Sivia lagi dan mengikuti Ify dari belakang.

@@@@@

“Huhhhh.... gila Yo, sadis-sadis” ucap Alvin yang merasa baru terbebas dari neraka

“Yups, bener Vin, udah ah ke kantin gue laper ni” jawab  Rio dan melangkah duluan menuju kantin.

“Yeee... gue di tinggal, tungguin Yo” ucap Alvin mengejar Rio yang telah berjalan terlebih dahulu.

Rio mengedarkan pandangannya ke arah kantin mencari bangku kosong yang bisa mereka tempati nantinya, namun seperti yang terjadi dikelas tadi semua penghuni kantin sudah berteriak nggak jelas dan yang sudah pasti kaum hawa. Rio hanya melengos dan berdoa semoga dirinya masih bisa bernafas untuk saat ini, sedangkan Alvin sudah menuju tempat duduk di sudut kanan kantin, melihat Alvin sudah medapatkan tempat duduk Rio pun menyusul Alvin.

“Yo. Gue pesan makanan dulu deh, loe mau makan apa?” tanya Alvin ke Rio yang baru sampai menyusulnya

“Samain kayak loe aja deh Vin, tapi minumnya pop ice melon ya” jawab Rio sambil mengeluarkan BB-nya

“Ok” jawab Alvin dan langsung beranjak untuk memesan makanan



Sivia bingung kenapa tiba-tiba semuanya pada berteriak heboh, apakah hari ini tidak cukup hanya kelasnya saja yang gila, kenapa penghuni kantin saat ini juga teriak histeris, secepat itukah virus gila kelasnya menyebar? Tanpa komando matanya menoleh kanan-kiri mencari penyebab penghuni kantin jadi gila seperti kelasnya tadi. Tak butuh waktu lama Sivia menemukan jawabannya, terlihat dari arah pintu masuk kantin dua orang cowok yang baru beberapa jam menjadi siswa di SMA Jingga. Sivia melengos, apa hebatnya sih tu anak baru? Sivia akui memang lumayan keren dan bisa di kategorikan tampan, tapi ingat itu hanya buat Rio mengingat siapa yang satu lagi adalah cowok menyebalkan dan songong yang membuat dia harus begadang hanya untuk menyelesaikan tugas resensi. Lalu pandangan Sivia beralih ke Ify yang sedari tadi asyik memainkan BB-nya seakan tak perduli apa yang terjadi di sekitarnya.

“Dasar gadis cuek nggak pernah peka sama orang’ dengus Sivia jengkel, tapi mengingat apa yang menyebabkan Ify berubah seperti ini, Sivia menjadi kasihan, sahabatnya yang satu ini memang terlihat menjengkelkan dan menakutkan tapi tidak ada yang tahu bahwa batin dan hatinya rapuh butuh sandaran.

“Fy, gue pesan makanan dulu ya, loe mau makan apa?” tanya Sivia yang baru sadar tujuan awal mereka ke kantin.

“Gue minum aja, pop ice melon satu” jawab Ify tanpa mengalihkan pandangannya ke lawan bicaranya

“Yakin loe kagak makan” tanya Sivia heran saat Ify hanya memesan minuman

“Diet” jawab Ify asal berharap Sivia langsung pergi untuk memesan minumannya karena dari tadi Ify sudah merasa haus

“Loe diet? Nggak salah, badan loe kayak lidi gitu mau diet, mau jadi kayak benang loe?” omel Sivia semakin tidak mengerti dengan jalan fikiran sahabatnya ini.

“Loe tinggal pergi pesan apa yang gue minta bisakan? Nggak usah banyak omong” ucap Ify, kali ini ia meninggalkan pandangannya sejenak dari BB-nya dan menatap Sivia yang menurutnya sangatlah bawel.

“Iya-iya” ucap Sivia mengalah, jika Ify sudah seperti ini, dengan terpaksa Sivia mengalah, karena bagaimana pun juga dirinya masih ingin bernafas sampai besok.


“Buk pop ice melon satu” ucap dua orang secara bersamaan

 “LOEE!!!!!”

>>>To Be Continue>>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar kalian sangat berarti untuk saya :)