Translate

Rabu, 28 Januari 2015

Guc Cinta Loe Mario! Part 5

Gue Cinta Loe Mario!
Part 5

selamat membaca :)
Tittle : Gue Cinta Loe Mario!
Author : Siska Friestiani @siskahaling Genre : Romence

@@@@@

“huftttt” Rio menghembuskan nafasnya kasar setelah duduk di kursinya, lalu menompangkan dagunya menggunakan tangan kanannya

“loe kenapa yo?” tanya Alvin merubah posisi duduknya agar menghadap ke Rio

“Ify kok belum datang ya?” ucap Sivia belum sempat Rio menjawab pertanyaan Alvin

“Ify nggak sekolah” jawab Rio lalu menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.

“hah, emang Ify kenapa Yo?” tanya Sivia kaget. Jarang banget atau bahkan nggak pernah Ify tidak sekolah walaupun dalam keadaan sakit sekalipun.

“Debo” ucap Rio dengan menyebutkan nama tersebut membuat Sivia membelalak kaget. Sedangkan Alvin bingung karena dirinya tidak tau kemana arah pembicaraan Rio dan Sivia dan siapa Debo?

“apa Yo, De... De.. bo” ucap Sivia nggak percaya

“ya” jawab Rio singkat dan membuat Alvin semakin bingung

“tunggu dulu, ini ada apa sih? gua nggak ngerti, Debo? Siapa lagi tu Debo?” tanya Alvin beruntun. Akhirnya dengan secara suka rela Rio dan Sivia menjelaskan ke Alvin tentang semuanya termasuk siapa itu Debo

“HAHHHH” teriak Alvin saat mendengar semua cerita Rio dan Sivia. Dirinya juga shock sama seperti Rio saat pertama kali mendengar cerita dari Tristan

“terus Ify gimana sekarang keadaannya Yo” tanya Sivia

“ya gitu. Loe tau sendiri lah Vi gimana sekarang keadaan Ify, apalagi pagi ini dia demam” ucap Rio lemas nggak bersemangat

“ya udah deh entar pulang sekolah kita jenguk Ify aja gimana?” usul Alvin dan hanya diangguki oleh keduanya.

******

Shilla tengah asyik memasak di dapur, pagi-pagi tadi Shilla sudah bangun dan langsung menuju dapur untuk memasak sarapan, karena berhubung bik ina pulang kampung untuk menjenguk anaknya yang sakit. tapi tiba-tiba Shilla merasakan sebuah tangan melingkar di perutnya, Shilla awalnya terkejut namun detik berikutnya Shilla langsung tersenyum saat mengetahui pelakunya adalah Tristan seseorang yang menyandang status sebagai kekasihnya saat ini.

 “udah bangun kak?” tanya Shilla mengawali percakapan, setelah itu Shilla hanya merasakan anggukan Tristan yang sedang manumpangkan dagunya di bahu Shilla

“kamu bukannya sekarang udah mulai sekolah di SMA Jingga?” tanya Tristan bingung saat mengetahui Shilla belum memakai seragam sekolah malah masih memasak di dapur.

 “nggak kak, Shilla mulai sekolahnya besok ” jawab Shilla namun tangannya masih sibuk memasak masakannya

“kak” panggil Shilla karena merasa sedikit terganggu dengan posisi seperti ini karena membuatnya sulit untuk memasak.

“hemmm” dehem Tristan masih dengan posisi seperti tadi

“nunggu di meja makan aja gih. Shilla payah mau masak ni” keluh Shilla. Namun bukannya melepaskan Tristan malah semakin erat melingkarkan tangannya di perut Shilla

“kak, lepasin” kesal Shilla karena acara masaknya terganggu

“ada syaratnya” ucap Tristan membuat Shilla langsung mengecilkan kompornya dan memutar tubuhnya untuk manatap Tristan

“apaan? Kagak aneh-aneh deh” jawab Shilla udah mulai kesel dengan tingkah manja kekasihnya.
Tapi Tristan malah mamanyunkan bibirnya dan menunjuk bibirnya dengan tangannya.

“kyyaaaa...... JTAKK” teriak Shilla dan langsung menjitak kepala Tristan saat mengetahui maksud kekasihnya

“adawww, sakit Shill” ringis Tristan sambil mengusap-usap kepalanya yang terasa berdenyut

“siapa suruh pagi-pagi udah omes tu otak” balas Shilla lagi

“kan Cuma morning kiss” ucap Tristan memasang wajah polosnya

“kyaaaa,,, nggak ada morning kiss morning kiss-an” bantah Shilla membuat Tristan memanyunkan bibirnya ngambek. Dan membuat Shilla ingin tertawa melihat tingkah Tristan. Dirinya merasa berpacaran dengan adek kelasnya dari pada mahasiswa kodokteran semester tiga.

“shill, pipi aja deh ya” mohon Tristan sambil memasang wajah imutnya, jurus andalannya saat merayu Shilla

“hemmm, ok” pasrah Shilla membuat Tristan bersorak senang dalam hati lalu Tristan menolehkan wajahnya ke arah kiri. Perlahan shilla mendekatkan wajahnya untuk mencium pipi Tristan, namun....

“cupppp” Shilla kaget saat Tristan menolehkan kembali wajahnya dan membuat Shilla mencium bibir Tristan untuk beberapa detik.

“1 detik”

“2 detik”

“3 det”

“huwaaaaa, kak Tian Resekkkkk” teriak Shilla ketika sadar dirinya tadi mencium bibir Tristan, ingin sekali Shilla membunuh Tristan saat itu juga apalagi sekarang dirinya benar-benar sangat malu.

“huwahahahahahha” tawa Tristan membahana ketika dirinya sudah berlari menjauh dari Shilla sebelum Shilla tersadar dari keterkajutannya.

Tristan melangkahkan kakinya menuju kamar Ify, dirinya harus mengecek bagaimana keadaan Ify sekarang, lagipula Shilla juga belum selesai memasak.

“cekrekk” suara derit pintu terdengar setelah itu Tristan langsung masuk ke kamar Ify dan dilihatnya Ify masih tidur.

‘tumben belum bangun’ batin Tristan saat Ify masih terlelap, lalu di usapnya puncak kepala Ify.

“ya ampun Ify, panas banget” kaget Tristan saat mengetahui suhu tubuh Ify di atas normal, lalu tanpa babibu lagi Tristan langsung mengambil kompresan untuk mengompres Ify. Shilla sedikit bingung saat Tristan berlari menuju dapur dengan tergesa-gesa.

 “kak Tian, kakak kenapa? kok buru-buru gitu? Terus kenapa ambil baskom gitu? Buat apaan?” tanya Shilla beruntun

“Ify demam Shill, aku siapin kompresan dulu buat Ify, Shill tolong buatin bubur buat Ify sekalian ya” jawab dan pinta Tristan tapi tangannya masih fokus menyiapkan kompresan.

“iya kak” jawab Shilla

“makasih ya, sayang, ya udah aku ke kamar Ify dulu” pamit Tristan dan hanya dijawab anggukan oleh Shilla. Sesampainya di kamar Ify Tristan menarik kursi yang ada di kamar Ify agar posisinya lebih dekat degan Ify, lalu meletakkan kompresan di dahi Ify berharap demamnya segera turun. Tristan segera mengambil ponselnya dan mencari nama seseorang, setelah menemukannya Tristan
langsung menekan tombol hijau untuk menyambungkan panggilan.

“hallo” jawab orang dari sebrang sana

“hallo Yo, ini gue Tristan” jawab Tristan

“ia kak, kenapa?” tanya orang itu lagi –Rio-

“gue minta tolong buat izinin Ify, dia demam”

“apa kak? Demam? Kok bisa?”

“gue juga nggak tau, tapi mungkin kerena kecapean sama banyak pikiran Yo, yaudahgueminta tolong izinin Ify ya”

“pasti kak”

“yaudah gue tutup dulu,” ucap Tristan di akhir panggilannya, lalu di lihatnya Ify dan kembali duduk dikursi tadi

“kak, Ify gimana?” suara seseorang langsung membuat Tristan mengalihkan pandangannya dari Ify

“masih tidur shill” jawab Tristan seadannya

“ini kak buburnya Ify, sekalian udah Shilla bawain sekalian obatnya” ucap Shilla dan meletakkan bubur dan obat di nakas samping tempat tidur Ify

“makasih Shil, maaf kamu baru sehari di sini udah repot banget” kata Tristan dengan nada tak anak. Shilla hanya tersenyu.

“dan kakak tau Shilla juga nggak enak banget baru beberapa hari disini tapi udah dengar maaf kakak tiga kali” jawab Shilla

“maaf-”

“empat kali kak” potong Shilla sambil memasang wajah bete nya

“ok,,ok,,, nggak lagi,,,heheh, piissss” shilla hanya terkekeh melihat Tristan yang menurutnya imut jika sedang bertingkah seperti ini

“ya udah sarapan dulu gih kak, udah siap tu” ajak Shilla

“tapi Ify”

“Ify biar Shilla dulu yang jaga, cepetan kakak makan, jangan bikin Shilla malu punya pacar body nya kayak lidi” cibir Shilla

“kyaaaaa,,,,, body keren gini di bilang kayak lidi” protes Tristan tak terima

“ia keren di liat dari puncak gunung himalaya, udah deh makan dulu sana, Ify biar Shilla yang jaga” ucap Shilla sambil mendorong tubuh Tristan keluar kamar

“ia...ia...ia... pelan-pelan sakit tau” eluh Tristan dengan nada manja

“kak Tian itu menjijikan” gidik Shilla setelah mendengar nada manja Tristan dan langsung menutup pintu kamar Ify.

******

@SMA Jingga pulang sekolah

“Yo. Gue nebeng loe aja ya” melas Sivia

“sorry Shill, bukannya gue nggak mau, tapi gue masih mau nafas untuk hari ini” jawab Rio sambil melirik ke arah Alvin, Alvin yang mengerti Rio sedang menggodonya memicingkan matanya dan menatap Rio tajam, sedangkan Sivia bingung sendiri.

“setan sipit apaan sih?” bingung Sivia

“udah deh loe bareng Alvin aja, noh Alvin juga nganggur” tawar Rio

“oga gue bareng sipit, kan masih ada loe Yo. Yayayay” ptnta Sivia memelas. Sedangkan Alvin dari tadi masih memilih diam, tak menggubris

“i,,,,,”

“jadi jenguk Ify nggak sih?” potong Alvin yang udah keselduluan

“jadi lah” jawab Rio

“ya udah buruan” kali ini Alvin benar-benar kesal

“tu Vi, loe bareng Alvin aja, ya udah ayo” Rio langsung menjalankan cagivanya, Sivia masih diam di tempat

“loe bareng gua atau naik angkot? Kalo taxi jam jam segini, subuh baru loe nemu” Alvin angkat bicara

“ok. Ini untuk ketiga kalinya gue bareng loe, dan gue harap untuk yang terakhir” jawab Sivia kesal dan langsung naik ke motor Alvin.

 *****

ify mesih terbaring di tempat tidurnya dengan kain yang bertengger di dahinya, raut mukanya tidak tenang, ketakutan pun tergambar jelas di wajahnya walau sedang dalam keadaan tertidur.

“Deb, gue mohon jangan” igau Ify dalam tidurnya

“jangan”

“Iel, awas ye”

“IELLLL” teriak Ify, keringat membanjiri wajahnya, nafasnya tersengal-sengal, dan tangannya mencengkram selimut putih yag membungkus tubuhnya.

“IELLLL” sontak Tristan dan Shilla terlonjak kaget saat sedang duduk di ruang keluraga sambil menonton TV, mendengar teriakan terlebih teriakan tersebut berasal dari Ify

“Ify” panik Tristan dan langsung bangkit dari duduknya, namun sedikit terganggu saat mendengar suara bel pintu berbunyi.

“kakak langsung lihat Ify aja, biar Shilla yang bukain pintu.” Tawar Shilla dan langsung di angguki oleh Tristan. Tristan langsung berlari menuju kamar Ify sedangkan Shilla membukakan pintu.
Tristan langsung membuka pintu kamar Ify dan menemukan Ify sedang duduk meringkuk dan meneggelamkan wajahnya di kedua lututnya, tubuhnya bergetar dan isakan pun terdengar beberapa kali walaupun sepertinya Ify sudah berusaha menahannya.

“Ify, kamu kenapa lagi sayang?” tanya Tristan lembut sambil mengelus rambut Ify

“kak Tian” panggil Ify dan langsung memeluk Tristan erat berusaha membuang rasa takutnya saat ini, dengan senang hati Tristan membalas pelukan adik semata wayangnya ini.

“kamu kenapa Fy?” tanya Tristan lagi, namun Ify hanya menggelang dalam pelukan Tristan, sedangkan Tristan hanya menghela nafas pasrahnya, melihat adiknya masih seperti ini, kejadian tiga tahun yang lau benar-benar membuat adiknya yang dulu ceria menjadi seperti ini
Shilla berjalan sedikit tergesa hendak membukakan pintu takut tamunya semakin lama menunggu.

“iya, sia” Shilla langsung diam, tubuhnyaterasa lemas, nafasnya tercekat, ketika melihat dua orang cowok dan cewek yang seumuran dengan dirinya sedang berdiri di depan pintu, matanya masih terus menatap pemuda bermata sipit yang berdiri disamping kanan, tak beda juga pemuda bermata sipit itu pun kaget melihat sosok yang membukakan pintu saat ini

“Alvin ”lirih Shilla

“Shilla” lirih pemuda tersebut ternyata Alvin, Sivia sendiri juga bingung karena baru ini pertama kali nya melihat shilla, apalagi melihat reaksi Alvin yang sepertinya sudah lama mengenal Shilla, Sedangkan Rio sama-sama shocknya dengan Alvin.

“em,,, temennya Ify?” tanya Shilla berusaha mengontrol keterkejutannya saat ini

“ia, Ify nya ada?” tanya Sivia karena sedari tadi Alvin dan Rio masih bungkam suara

“ha ia ada, kenalin gue Shilla” ucap Shilla memperkenalkan diri ke Sivia

“oh, ia gue Sivia teman sekelasnya Ify, dan yang ini Rio sama Alvin jugateman sekelasnya Ify” jelas Sivia, jujur Sivia masih bingung ada apa sebenarnya, kenapa reaksi Alvin oh bukan dan bahkan reaksi Rio pun ternyata sama dengan reaksi Alvin

“i...ia,,, amsuk dulu, nggak enak ngobrol di luar” ajak Shilla mempersilahkan masuk.
Hening, di ruang tamu yang berisikan empat orang saat ini benar-benar hening tidak ada yang berniat untuk memulai pembicaraan. Alvin sedari tadi masih shock hanya bisa diam sambil menundukkan wajahnya, sama seperti Shilla, dirinya pun sama Shocknya dengan Alvin bahkan sekarang hanya bisa menunduk sama seperti yang di lakukan Alvin, Sivia juga bingung mau membicarakan apa, apa lagi sekarang ia tau suasana sedang tidak mendukung, Rio yang sepertinya sudah bisa mengontrol keterkejutannya pun angkat bicara

“kak Tian ma-“

“siapa sayang?” tiba-tiba suara Tristan memotong pembicaraan Rio dan mau nggak au semua menoleh ke arah Tristan

“eh,, loe Yo. Mau jenguk Ify?” tanya Tristan setelah sampai dan langsung mengambil duduk di sebelah Shilla

“ia kak” jawab Rio sekenanya,

“oh ia ini Sivia kak, sahabat nya Ify dan yang satu lagi......” Shilla diam, seakan lidahnya terasa kelu saat ingin menyebutkan nama Alvin

“yang satu lagi Al Alvin teman sekelasnya Ify” ucap Shilla akhirnya walau selesai itu Shilla menundukkan kepalanya. Tristan hanya mengangguk paham

“kamu kenapa sayang? Sakit?” tanya Tristan sambil mengelus rambut Shilla dengan sayang, Tristan heran dengan tingkah Shilla saat ini. Alvin mencengkaram tangannya keras, dia tau sekarang kenapa Shilla bisa berada di sini, ternyata Shilla kekasih Tristan, pacar kakaknya Ify. Rio yang sudah ngeri sendiri dengan situasi seperti ini walaupun hanya dirinya, Alvin dan Shilla yang membuat situasi seperti ini pun membuka suara

“kak Ify nya ada?” tanya Rio

“hufttt,,,,, ada Yo, tapi kayaknya dia belum bisa ngelupain semuanya, kakak bisa minta tolong sama loe Yo buat nenangin Ify, sekarang Ify shock lagi, sekalian kamu bujuk Ify makan, kakak bener-bener takut kalo maagnya kambuh lagi” pinta Tristan

“em,,, kak Tian maaf sebelumnya gue mau pulang dullu, titip salam aja buat Ify” pamit Alvin membuat Tristan dan Sivia bingung, sedangkan Rio dan Shilla mereka berdua tau alasannya, tapi memilih diam

“loh, kok buru-buru, nggak liat Ify dulu?” tanya Tristan

“nggak kak, lagian tadi mama udah sms di suruh buru-buru pulang” jawab Alvin lagi, kini Sivia semakin yakin ada yang di sembunyikan oleh Alvin

“ya udah hati-hati, makasih udah jenguk Ify” ucap Tristan sambil tersenyum

“ia kak sama-sama” jawab Alvin dan bangkit dari duduknya

“Vin,, tunggu, gue ikut” ucap Sivia, namun Alvin tak menggubrisnya

“kak Tian, Via juga titip salam buat Ify, bilang maaf nggak bisa lihat sekarang, Via juga harus buru-buru pulang. Permisi kak” ucap Sivia dan berjalan mengejar Alvin yang sudah sampai pintu.

“Vin” panggil Sivia ketika berhasil mengejar Alvin ketika sampai di cagiva Alvin yang terparkir di halaman rumah Ify

“loe ngapain ngikutin gue?” tanya Alvin

“loe kenapa?”

“gue nggak papa” jawab Alvin cuek

“loe bisa cerita ke gue”

“loe siapa gue? Loe bukan siapa-siapa gue, dan nggak usah sok care sama gue” bentak Alvin tajam membuat Sivia sedikit takut dengan tatapan dan nada bicara Alvin, tapi Sivia sama sekali tidak marah dengan omongan Alvin karena dia tau Alvin ada masalah saat ini.

“gue nggak bermaksud ikut campur dan sok care sama loe, tap-“

“loe naik sekarang atau gue tinggal” Alvin memotong pembicaraan Sivia , Sivia hanya mengangguk patuh. Tidak ingin membantah dan membuat mood Alvin benar-benar down.

~~~~~~

Rio masuk kekamar Ify, ingin melihat bagaimana kondisi pujaan hatinya saat ini, hatinya sakit saat melihat Ify kembali seperti semalam, menagis karena ketakutan.

“Fy” panggil Rio namun Ify masih diam. Rio perlahan duduk di samping Ify

“loe kanapa lagi? Loe lupa kata-kata gue semalem kalo Iel bakal sedih liat loe kayak gini?” Rio masih berusaha berbicara kepada Ify namun hanya isakan Ify yang terdengar oleh Rio

“loe bisa lampiasin rasa takut, marah, sedih loe ke gua Fy, nggak harus loe pendam kayak gini” pinta Rio

“sandaran gue udah pergi Yo, loe tau dia nggak bakal kembali lagi” jawab Ify

“masih ada kak Tian Fy, gue, Sivia bisa jadi sandaran loe saat ini”

“loe tau, loe sama aja nyiksa kak Tian dengan keadaan loe kayak gini, dan bahkan gue yakin Iel sekarang kecewa sama loe”

“Fy, udah pernah gue bilang kan, tuhan punya jalan istimewa buat jalan hidup kita, kita tinggaljalanin sesuai scenario yang udah tuhan buat” kali ini air mta Ify semakin deras mengalir, Ify membenarkan perkatan Rio saat ini, tapi sungguh melupakan kejadian tiga tahun yang lalu dimana orang yang ia sayang mengorbankan nyawanya hanya untuk melindungi dirinya sungguh tidak gampang.

“Fy” panggil Rio dan membalikkan tubuh Ify untuk menatapnya, perlahan Rio mengusap air mata yang sedari tadi tanpa lelah mengalir di pipinya. Ify pun manatap mata Rio, nyaman itu yang dapat Ify rasakan. Lallu detik berikutnya Rio menarik tubuh Ify kepelukannya seakan berusaha
membarikan rasa nyaman ke Ify. Dan rasa panas tubuh Ify pun langsung terasa di tubuhnya.

“loe bisa pinjam dada gue kalo loe capek, loe bisa panggil gue kapanpun kalo loe mau, gue siap Fy, akpan pun loe butuh gue, gue siap. Tapi gue mohon berhenti untuk menyesali semua, karena itu semua Cuma bisa buat loe semakin terpuruk sama masa lalu loe”

“loe tau? Gue lebih suka loe yang cuek ke gue, sinis ke gue, dari pada harus liat loe yang rapuh kayak gini Fy”

“makasih Yo” hanya itu yang dapat Ify katakan, namun kata itu sudah mewakili semuanya.

“urwell cantik” jawab Rio lalu mengacak puncak kepala Ify sayang dan itu cukup membuat pipi Ify memanas. Rio yang melihat itu hanya terkekeh geli

“tu bubur envy Fy loe anggurin” ucap Rio melihat bubur di nakas masih utuh belum tersentuh sedikit pun

“cara loe basi kalo itu buat nyuruh gue makan” ucap Ify cuek, Rio malah tersenyum, sikap ini yang ia rindukan dari sosok pujaan hatinya.

“yahhh.... maaf bur bidadari gue lebih tertarik sama gue dari pada loe” ucap Rio membuat nada bicaranya seolah-olah menyesal

“kyaaaa...... siapa bilang gue tertarik sama loe. loe nggak usah GR” sinis Ify tak terima

“tu bur loe denger kan kata bidadari gue” ucap Rio lagi berbicara kepada bubur

“loe ngomong apa sih. Nggak usah ngelawak loe”

“ha,,,, gue nggak ngelawak Fy, gue Cuma ngsih tau ke bubur itu kalo loe lebih tertarik sama gue dari pada dia”

“gue nggak tertarik sama loe Rio”

“ya udah loe makan buburnya kalo gitu”

“gue nggak mau”

“ha,,, ketauan loe lebih tertarik sama gue” ucap Rio nggak mau kalah sambil mengedip-ngedipkan matanya menggoda Ify

“ishhhh, ok. Bawel loe” marah Ify tapi tetap memakan bubur yang di suapkan Rio

“bawel, bawel juga loe suka kan?” goda Rio, sungguh sekarang hatinya tersenyum bahagia, melihat Ify berangsur-angsur kembali.

~~~~~

“Shill, kamu kenapa sayang? Sakit?” tanya Tristan yang khawatir melihat kekasihnya dari tadi hanya diam

“emm, nggak papa kak, Cuma agak pusing sedikit kok” jawab Shilla yang dari tadi masih bersandar di bahu kokoh Tristan

“tuh kan, kamu sakit itu namnya, ya udah kamu istirahat aja, ayok aku antar” tawar Tristan, namun Shilla menolak

“nggak kak, Shilla pengen disini aja sama kakak, boleh ya?” pinta Shilla, nggak tau kenapa dia hanya ingin seperti ini bersama Tristan. Tristan hanya tersenyum sambil mengusap kepala Shilla, dirinya juga merindukan saat-saat seperti ini, ya saat-saat Shilla bersikap manja ke dirinya.

“dengan senang hati sayang” jawab Tristan dan semakin merapatkan pelukannya dipinggang Shilla

“kak”

“iya” jawab Tristan

“Shilla sayang banget sama kakak” ujar Shilla,

“kakak tau, kakak juga sayang banget sama kamu” balas Tristan dan mengecup puncak kepala Shilla

“kakak, jangan tinggalin Shilla ya”

“nggak akan”

“janji?” Shilla menunjukkan jari kelingkingnya

“janji” balas Tristan dan mengaitkan kelingkingnya ke jari kelingking Shilla.

“Shill” panggil Tristan karena sedari tadi Shilla diam

“sayang” panggil Tristan lagi, namun masih tidak ada jawaban. Tristan lalu menolehkan pandangannya ke Shilla. Tristan tersenyum karena ternyata Shilla sudah tertidur di sandarannya.

“kakak sayang banget sama kamu Shilla” ucap Tristan dan langsung memilih tidur dengan posisi bersandar di kepala Shilla.

@@@@@
To Be Continue....

Gue Cinta Loe Mario! Part 4

Gue Cinta Loe Mario!
Part 4

Happy readingggggg!!!1

Tittle : Gue Cinta Loe Mario! Auhtor : Siska Friestiani @siskahaling
Genre : Romance

@@@@

“hallo Ify sayang, apa kabar?” ucap seseorang yang seumuran dengan Ify, sambil menyeringai nakal menatap Ify seperti ingin memakannya. Seketika wajah Ify memucat, tubuhnya terasa lemas, dan pasokan oksigen terasa menipis di paru-parunya.

“Debo” lirih Ify shock melihat orang yang saat ini ada di hadapannya dan berjalan semakin mendekat membuat Ify ingin berlari menjauh saat ini. Rio yang menyadari perubahan raut wajah Ify menjadi panik, ada apa sebenarnya dengan Ify dan siapa cowok yang ada di hadapannya dan Ify tersebut?

“udah lama kita nggak ketemu sayang, aku kangen” ucap Orang tersebut yang di sebut Debo oleh Ify

“dan aku, udah lama nggak bersenang-senang sama kamu” tambah debo yang saat ini sudah berdiri sangat dekat dengan Ify. Ify semakin takut, nafasnya seakan berhenti, keringat dingin pun sudah mengalir deras di pelipisnya.

“sorry, loe siapa ya?” tanya Rio yang masih bingung tapi dia tau Ify tak suka dengan kehadiran orang yang ada dihadapannya ini

“yang pasti orang yang sangat merindukan Ify” ucap orang itu dan menyeringai. Dan itu sangat
menjijikkan bagi Ify

“Yo’ lirih Ify dan menggeserkan tubuhnya ke belakang Rio meminta perlindungan, Ify benar-benar belum siap melihat orang yang telah merusak hidupnya saat ini. Rio yang seakan paham dengan ketakutan Ify pun mencoba melindungi Ify.

“gue emang nggak tau loe siapa, dan sebenernya juga nggak penting buat gue, tapi gue minta loe sekarang pergi” ucap Rio dingin

“oh,,,oh,,, ohh ada yang mau jadi pahlawan ternyata. Tapi sayangnya urusan gue bukan sama loe, tapi sama Ify” balas orang itu

“sayangnya urusan Ify itu sama aja urusan gue, jadi gue harap loe pergi sekarang” ucap Rio. Rio mengepalkan tangannya keras mencoba masih mengontrol emosinya

“hhahahaha, loe nantangin gue?” tanya orang itu –Debo- menatap Rio sinis dan meremehkan.

“BUGH” Rio yang udah emosi melayangkan tinjunya ke wajah Debo. Debo yang belum seimbang jatuh tersungkur di lantai

“eerrghhh” Debo meringis pelan lalu segera bangkit

“BUGH” Debo membalas pukulan Rio, dan membuat Rio terhuyung ke belakang. Ify menangis dirinya seakan berada di saat tiga tahun yang lalu, nggak ini nggak boleh terjadi, kejadian dulu tidak akan terulang lagi terlebih saat ini Rio lah orangnya, orang yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan ini semua.

“loe pergi sekarang atau.....” ucap Rio menggantungkan kalimatnya sambil mencekal kerah baju Debo kasar

“BUGH” Debo melepaskan kembali bogemnya ke wajah Rio membuat cekalan tangan Rio di kerah baju Debo terlepas seketika

“ok,, Fine. Gue bakal pergi sekarang, tapi ingat Ify sayang urusan kita belum selesai” ucap Debo dan beranjak dari sana. Ify hanya diam sambil terisak ketakutan, wajahnya semakin pucat dan tubuhnya bergetar. Rio yang melihat Ify seperti itu langsung menghampiri Ify

“udah Fy nggak usah takut lagi, ada gue loe aman sekarang” ucap Rio lembut sambil mengusap punggung Ify. Ify langsung memeluk Rio erat, seakan ingin menumpahkan semua rasa takutnya ke Rio, Rio awalnya sedikit kaget saat Ify memeluknya, namun perlahan Rio merengkuh tubuh Ify.

“gue,,, ta,,, kut.. Dedo,,, Debo...”

“sstttt, udah Fy, Debo udah pergi loe udah aman sekarang” ucap Rio berusaha menenangkan Ify. Sebenarnya Rio sendiri bingung apa yang membuat Ify merasa ketakutan saat melihat orang itu atau lebih tepatnya Debo, orang yang baru beberapa menit yang lalu Rio melihatnya. Rio dapat merasakan seragamnya basah kerena air mata Ify, tapi sungguh itu bukan masalah baginya. Hingga akhirnya Tristan datang dan kaget melihat Ify dengan keadaan seperti itu

“Ify” panggil Tristan dan membuat Ify melepaskan pelukan Rio dan berganti memeluk Tristan

“Yo, Ify kenapa?” tanya Tristan panik sambil membelai punggung Ify berusaha menenangkan Ify

“gue nggak tau yang pastinya kak, tapi tadi ada orang yang namanya Debo terus.....”

“apa Debo?” pekik Tristan mendengar nama itu, dan membuat Rio semakin bingung ada apa sebenarnya dengan orang yang bernama Debo itu?.

“kak,, Debo,,, Debo,,, dia” ucap Ify nggak beraturan, Ify benar-benar ketakutan sekarang

“udah Fy, udah, Debo udah pergi, ada kakak disini” ucap Tristan masih berusaha menenangkan Ify. Tristan merasa pelukan Ify semakin longgar, Tristan melepaskan pelukannnya untuk melihat wajah Ify dan seketika tubuh Ify ambruk, untung saja masih di pangkuan Tristan

“Ify” kaget Rio saat tubuh Ify pingsan di pangkuan Tristan

“Yo, sebelumnya makasih loe udah nolongin Ify, tapi sekarang gue mau bawa Ify pulang dulu, besok
loe dateng aja kerumah, gue jelasin semuanya” ucap Tristan dan langsung membopong Ify

“ia kak, sama-sama, Besok gue ke rumah loe” jawab Rio agak panik mellihat Ify tak sadarkan Diri di gendongan Tristan

“perumahan nusa indah no.24 yo *ada apa kagak tu perumahan kagak tau gue*, gue tunggu besok, gue duluan” pamit Tristan dan langsung membawa Ify kedalam Mobil. Rio masih menatap Ify yang berada di gendongan Tristan, Rio benar-benar khawatir dengan kondisi Ify, ingin rasanya dirinya ada di sana dan merawat Ify, tapi sepertinya sudah ada Tristan dan Rio sendiri akan menjenguk Ify besok.

******

Hening, hanya keheningan antara Sivia dan Alvin saat ini, yang biasanya keributan yang selalu tercipta diantara keduanya, kini hening, tidak ada yang membuka suara. Tiba-tiba Alvin menghentikan motornya di tepi jalan.

“kyaaaa,,, ngapain berhenti kodok, gue capek mau pulang” teriak Sivia

“loe mau gue bawa pulang kerumah gue?” ucap Alvin, membuat Sivia reflks memukul kepala Alvin

“adaw, sakit lampir” Ringis Alvin

“lagian loe tu otak di pake, ngapain mau bawa gue kerumah loe ha?” sewot Sivia

“yang bego tu loe apa gue sih ha? loe minta antar pulang tapi nggak ngasih tau di mana alamat rumah loe. aishhhhh, adaa ya cewek bego kayak loe” kesal Alvin, ‘bener juga ya’ batin Sivia

“lagian loe kagak nanya” ucap Sivia membela diri

“loe tu jadi cewek nyolot banget ya, udah untung gue anter pulang” sinis Alvin

“yeee. Loe pikir gue mau ha. Gue juga terpaksa kali” balas Sivia

“arghhhh, bodo deh, dimana rumah loe” ngalah Alvin

“perumahan kelapa gading no 11” ucap Sivia, tanpa menunggu lama Alvin langsung menancap gas
motornya membuat Sivia yang belum siap Refleks memeluk pinggang Alvin

“kyyaaaaaaaaaaa. Kodok loe kalo mau mati jangan bawa-bawa gue” omel Sivia tapi tak digubris oleh Alvin

*******
Tristan melajukan mobilnya menuju toko kue yang ada di ujung jalan, ia ingin menjemput Shilla dahulu yang tadi memilih menunggu di toko kue karena ingin memberikan brownies kesukaan Ify sebagai oleh-oleh, Shilla sendiri sedikit terkejut saat mengetahui kondisi Ify. Namun Shilla memilih diam dan ingin menanyakan nanti setelah sampai dirumah. Hanya butuh waktu lima belas menit mereka sampai. Tristan langsung membawa Ify kekamar dan di susul Shilla di belakang.

“kak Ify kenapa?” tanya Shilla akhirnya setelah Tristan membaringkan Ify di tempat tidurnya.

“aku juga nggak tau kejadian yang sebenarnya Shill, tapi tadi kata Rio yang menolong Ify Debo datang nemuin Ify, untung tadi ada Rio kalo nggak aku nggak tau gimana nasib Ify” jelas Tristan sambil tangannya menyelimuti tubuh Ify

“Debo yang kakak pernah ceritain itu?” tanya Shilla

“ya” jawab Tristan yang udah sedikit Frustasi melihat Ify seperti ini, Shilla yang tau bahwa kekasihnya ini sedang cemas pun mencoba menenangkannya.

“Shilla tau apa yang kakak rasain, tapi setidaknya kakak nggak usah ikutan panik yang ada kita nggak bisa cari jalan keluar untuk masalah ini” nasehat Shilla, Tristan diam mencoba mencerna setiap kata yang keluar dari mulut kekasihnya itu.

“kak, lebih baik kakak mandi dulu untuk nyegerin pikiran kakak, habis itu biar Shilla masakin kakak makanan, kakak udah capek gitu, entar kakak juga jadi ikutan sakit” tambah Shilla. Tristan menatap Shilla dalam, gadis ini benar-benar baik, bahkan dalam keadaan seperti ini Shilla bisa menenangkan hatinya, lalu di rengkuhnya tubuh Shilla ke dalam pelukannya.

“makasih sayang” ucap Tristan di sela-sela pelukannya.

“ia sama-sama kak. Ya udah kita keluar dulu, biarin Ify istirahat” ajak Shilla dan hanya diangguki oleh Tristan

*******
Rio mondar-mandir nggak jelas di dalam kamar, pikirannya masih memikirkan bagaimana kondisi Ify, melihat Ify seperti tadi sungguh membuat hati Rio sesak, lebih baik dia mendapat perlakuan dingin dan jutek dari Ify dari pada harus melihatnya seperti tadi.

“duhhh,Ify gimana ya? Udah baikan belum ya? Apa gue kasana aja ya?” gumam Rio bertanya sendiri, lalu dilihatnya jam tangan di pergelangan tangan kirinya.

“baru jam delapan, belum malem-malem banget sih, ya udalah kesana aja, dari pada gue nggak bisa tidur” tambah Rio dan langsung mengambil kunci mobilnya.

“Rio, mau kemana sayang?” tanya tante Manda, bingung melihat Rio ingin keluar jam segini

“kerumah teman bentar ma” jawab Rio dan langsung mencium tangan tante Manda

“jangan malam-malam pulangnya” pinta tante Manda dan hanya dijawab acungan jempol dari Rio.

*******

Tristan menggendong Shilla kedalam kamar, dirinya tidak tega jika harus membangunkan Shilla, mengingat tadi Shilla harus langsung masak buat makan malam untuk dirinya dan juga bubur buat Ify. Dan baru sekarang bisa istirahat

“good night sayang” ucap Tristan dan mengecup puncak kepala Shilla.
Tristan melangkah kan kakinya menuju kamar Ify, ingin mengecek kembali keadaan Ify.

“ting tong *anggap aja suara bel*” suara bel rumah berbunyi membuat Tristan mengerenyit heran, siapa yang malam-malam begini bertamu, akhirnya Tristan pun membuka pintu dan mendapati Rio tengah berdiri di depan pintu

“eh,, loe yo” ucap Tristan sedikit agak kaget

“heheh ia kak” ucap Rio

“mau liat Ify?” tanya Tristan to the point

“em,, ia kak, maaf tapi sebelumnya gue ganggu loe malem-malem gini” ucap Rio

“hahah ya udah nggak papa, ayok gih ke kamarnya, kebetulan tadi juga gue meu ngecek keadaan Ify” ajak Tristan dan langsung mengajak Rio ke lantai dua dimana kamar Ify berada.

“Ify masih tidur yo” ucap Tristan ketika sampai dikamar Ify dan ternyata Ify masih tidur

“ha,,, nggak papa kak, lagian biarin aja Ify istirahat kasian” ucap Rio. Lalu Tristan mengajak Rio untuk duduk di sofa yang ada di kamar Ify

“o ya kak, Debo siapa sih sebenernya kenapa Ify bisa sampai kayak tadi waktu ngeliat Debo?” tanya Rio penasaran

“Debo itu......”

^^^^^^

“BRAKKKK” suara pintu yang di buka secara paksa, membuat seorang gadis bernafas lega setidaknya ia akan selamat hari ini
“Iel” ucap gadis itu
“Ifyyyy” teriak orang yang di panggil Iel tadi. Lalu berlari dan ingin menolong gadis yang sepertinya sangat ia sayangi. Namun beru beberapa langkah dua orang langsung menahan tangan kiri dan kanannya sehingga membuat langkah iel berhenti
“lepasin gue” teriak Iel berusaha melepaskan tangannya, namun sepertinya tenaganya tidak mampu mengalahkan tenaga dua orang yang sedang menahan tanganya

“wow... dateng juga loe yel, mau nyelametin putri loe” ucap seseorang dengan nada meremehkan. Sedangkan Iel sudah menggemgem tangannya keras.

“mau loe apa sih Deb?” tanya Iel

“mau gue.....” ucap orang itu Debo. lalu mendekat ke Ify dan menjambak rambut Ify membuat Ify
mengerang kesakitan

“Ify” tambah Debo lagi dan semakin kencang menjambak rambut Ify

“arghhh, sakittt” erang Ify merasakan rambutnya benar-benar ingin terlepas dari kepalanya bahkan air matanya semakin deras menahan rasa sakit di kepalanya

“cukup Deb, brengsek loe” marah Iel melihat Ify diperlakukan seperti itu

“cukup? Why? Gue belum puas” ucap Debo sangat lembut tapi itu membuat emosi Iel memuncak

“loe bener-bener brengsek Debo” geram Iel dan dalam sekali sentak cekalan tangan dua Orang itu terlepas.

“BUGH” tanpa banyak bicara Iel langsung meninju pipi kanan Debo dan cukup membuat Debo meringis kesakitan. Dan saat itu Iel langsung melepas ikatan tangan dan kaki Ify.

“BUGH, BUGH” belum sempat Iel dan Ify mengucapkan kata, dua orang tadi langsung meninju Iel dan membuat Iek tersungkur kelantai

“Ielllll” teriak Ify tak tega melihat Iel di pukuli seperti itu, kini tangan Iel kembali ditahan oleh dua orang suruhan Debo

“kenapa Ify sayang?” tanya Debo sambil mengarahkan mulut pistol ke wajah Ify, membuat Ify semakin ketakutan

“dan loe?” ucap Debo sambil berjalan mendekati Iel

“kalo gue nggak bisa miliki Ify, lebih baik....” ucapan Debo menggantung tapi kini kembali mengarahkan pistolnya kearah Ify

“Debo, loe jangan Gila” panik Iel saat Debo mengarahkan pistol tersebut tepat ke arah Ify

“hahahah, oya Ify sayang, ada kata-kata terakhir” ucap Debo tanpa berperasaan. Sedangkan Ify sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi hanya pasrah dan entah kenapa seakan tubuhnya tidak bisa beranjak kemanapun

“Debo, gue bunuh loe kalo sempet loe lukain Ify” ancam Iel namun sepertinya Debo tidak takut dengan ancaman tersebut.

“tapi maaf sobat, ancaman loe nggak menakutkan untuk gue” ucap Debo

“selamat tinggal Ify sayang”

“IFYYYYY”

“dooorrrr”

“IELLLL”teriak Ify saat peluru itu tidak mengenai dirinya tapi mengenai Iel, ya, saat Debo melepaskan peletuk pistol tersebut dengan sekuat tenaga Iel melepas cengkraman tangannya dari dua orang pria tersebut dan langsung berlari mencegah peluru itu mengenai Ify

“cabut” ucap Debo dan langsung di ikuti oleh dua orang anak buahnya

“Iel” lirih Ify menangis saat ini, rasa takutnya dua kali lipat saat tadi pistol yang di pegang Debo
mengarah ke arahnya

“I...fyy” ucap Iel terbata

“Iel. kamu kenapa lakuin ini bodoh” geram Ify. merasa benar-benar bodoh cowok yang ada di
pangkuannya saat ini. Namun Iel hanya tersenyum sangatttt manis, membuat air mata Ify semakin deras

 “ka...rena a...ku sa...yang ka...ka...mu I....fy” ucap Iel terbata-bata tenaganya seakan terkuras untuk berbicara

“Iel,, jangan tinggalin aku” ucap Ify benar-benar takut Iel akan meninggalkannya

“ia... a..ku.. nggak... a...kan... per...gi... dari...ha...ti...ka..ka.mu” ucap Iel

“Fy,,, A...a,,ku sayang,,,kamu” ucap Iel dan langsung memejamkan matanya.

“IELLLLLLLLLL”

^^^^^^^^

Rio terdiam, Rio tidak menyangka bahwa Ify mempunyai masa lalu yang menurutnya sendiri sangat buruk, pantas saja sifat Ify berubah, mungkin pun dirinya akan melakukan hal yang sama jika itu menimpa dirinya.

“Yo” panggil Tristan ketika melihat Rio melamun

“ha, ia kak” jawab Rio

“loe mau berjanji untuk gue?” tanya Tristan lagi

“apa?” kini giliran Rio yang bertanya

“gue nggak tau gue dapat felling dari mana kalo loe bisa bantu gue untuk jagain Ify, Ify memang
terlihat cuek dan dingin Yo, tapi hati sama batinnya selalu tertekan karena rasa bersalah, bahkan sampai sekarang Ify menganggap bahwa penyebab kepergian Iel karena salahnya, padahal gue yakin Iel ngelakuin itu semua karena Iel sayang sama Ify, gue udah berusaha jelasin ke Ify kalo itu semua bukan salah Ify tapi,,,, ya loe tau gimana sifat Ify. Jadi gue mohon Yo loe bantuin gue buat jagain Ify.” Jelas Tristan panjang lebar

“ia kak, gue pasti jagain Ify, karena tanpa loe minta gue bakal lakuin itu, karena... karena,,,”

“loe cinta sama Ify” potong Tristan dan membuat Rio salting sendiri

“udah nggak usah malu-malu gitu. Loe udah dapat SIM dari gue” ucap Tristan dan membuat Rio semakin salting

“IIELLLL” teriak Ify bangun dari tidurnya membuat Tristan dan Rio langsung menghampirinya

“Ify kamu kenapa sayang?” panik Tristan melihat adiknya tiba-tiba seperti ini lalu mengambil duduk di samping Ify dan membelai rambut panjang Ify. Sedangkan Ify nafasnya masih memburu keringat dingin membasahi wajahnya

“Iel kak, Iel mana?” tanya Ify sambil mengitari pandangannya mencari sosok Iel

 “tapiii....”

“sstttt.... udah kamu disini dulu kakak mau ambilin makan dulu buat kamu, dari tadi siang kamu belum makan kan?” ucap Iel namun Ify hanya diam

“Yo, gue minta tolong jagain Ify dulu sebentar, gue mau ambil makan dulu untuk Ify” ucap Tristan dan dijawab senyuman dan anggukan oleh Rio

“Fy, kakak keluar dulu kamu disini dulu sama Rio” pamit Tristan, mencium kening Ify lalu keluar mnuju dapur

“Fy” panggil Rio lalu mengambil duduk di tampat Tritan tadi, Ify hanya menoleh

“loe nggak papa?” tanya Rio, jujur dirinya masih sangat khawatir dengan Ify

“Debo.....”

“udah,,, nggak usah di bahas lagi, Debo udah pergi, lagian gue janji bakal selalu jagain loe Fy” ucap Rio lembut dan menarik Ify untuk bersandar di dadanya agar lebih tenang, lalu tiba-tiba Ify berusaha bangun dari tempat tidurnya

“loe mau kemana Fy? Loe istirahat dulu deh, badan loe masih lemes gitu” tahan Rio

“gue Cuma mau ambil foto itu” ucap Ify sambil menunjuk bingkai foto yang terpajang di atas nakas

“biar gue yang ambilin” tawar Rio dan langsung beranjak mengambil foto itu. ‘apa ini Iel?” tanya Rio dalam hati lalu beranjak kembali menuju tempat tidur Ify

“ini” serah Rio ke Ify foto yang barusan dia ambil, lalu tampa menunggu lama Ify pun mengambilnya dan menatap foto itu sendu

“itu loe sama Iel?” tanya Rio setelah kembali duduk di posisi tadi. dan Ify hanya mengangguk sebagai balasan

“gue bodoh Yo, gue yang bikin Iel pergi ninggalin gue, coba aja peluru itu nggak Iel tahan pasti semua nggak bakalan kayak gini” cerita Ify, air matanya pun sedah menetes dari tadi, lalu Rio menarik Ify kembali agar bersandar di dadanya. Jujur Rio sendiri harus menahan rasa cemburunya saat ini, karena Ify secara tidak langsung menunjukkan bahwa Ify begitu sangat mencintai Iel dan itu membuat hatinya sedikit teriris.

“loe nggak boleh nyalahin diri loe sendiri Fy, ini semua udah takdir, tuhan punya cara tersendiri buat jalan hidup umatnya masing-masing, kita ini hanya tokoh Fy yang ceritanya sudah diatur oleh tuhan, dan siapapun itu nggak akan ada yang bisa keluar dari skenario yang udah tuhan takdirkan” jelas Rio mencoba memberi pengertian kepada Ify bahwa ini semua bukan salahnya

“gue juga yakin Iel nggak pernah nyesel buat ngorbanin nyawanya untuk loe, karena yang lebih Iel sesali saat dia nggak bisa nyelamatin loe saat itu, karena mungkin gue bakal ngelakuin hal yang sama Fy saat gue berada di posisi Iel, jadi gue mohon Fy berhenti nyalahin diri loe sendiri, Iel juga nggak suka dan bakalan sedih disana saat pengorbanannya loe bayar dengan sikap loe yang seperti ini” tambah Rio lagi sambil mengelus punggung Ify memberikan ketenangan. Ify merasakan nyaman saat Rio menarik tubuhnya dan menyandarkan kepalanya ke dada Rio sebagai sandaran.

“gue nggak bisa Yo” balas Ify masih menangis

“nggak ada yang nggak bisa Fy kalo loe mau, gue yakin loe bisa, semuanya emang butuh proses Fy nggak ada yang instan” ucap Rio lagi

“tapi....”

“gue yang bakal bantuin loe” pototng Rio saat Ify ingin berbicara lagi

“hemmm” dehem Ify dan sambil mengangguk di dada Rio. Rio yang merasakan gerakan anggukan dari Ify pun tersenyum dan semakin merengkuh Ify lebih erat

*****

Tristan menggambil bubur yang sempat di buatkan Shilla tadi sore di dapur, udah dingin sih, tapi setidaknya Ify harus makan, lalu Tristan mengambil nampan dan meletakkan semangkok bubur dan segelas air putih hangat, lalu berjalan kembali menuju kamar Ify

“gue bodoh Yo, gue yang bikin Iel pergi ninggalin gue, coba aja peluru itu nggak Iel tahan pasti semua nggak bakalan kayak gini” terdengar suara Ify ketika Tristan hendak membuka pintu, akhirnya Tristan membatalkan niatnya.

“loe nggak boleh nyalahin diri loe sendiri Fy, ini semua udah takdir, tuhan punya cara tersendiri buat jalan hidup umatnya masing-masing, kita ini hanya tokoh Fy yang ceritanya sudah diatur oleh tuhan, dan siapapun itu nggak akan ada yang bisa keluar dari skenario yang udah tuhan takdirkan” Tristan tersenyum mendengar semua perkataan Rio yang mencoba menenangkan Ify.

‘loe hebat Yo, gue tau sekarang perasaan loe gimana, tapi loe tahan semua ego dan cemburu loe, gue yakin loe memang yang terbaik untuk Ify’ batin Tristan

“gue juga yakin Iel nggak pernah nyesel buat ngorbanin nyawanya untuk loe, karena yang lebih Iel sesali saat dia nggak bisa nyelamatin loe saat itu, karena mungkin gue bakal ngelakuin hal yang sama Fy saat gue berada di posisi Iel, jadi gue mohon Fy berhenti nyalahin diri loe sendiri, Iel juga nggak suka dan bakalan sedih disana saat pengorbanannya loe bayar dengan sikap loe yang seperti ini” terdengar lagi suara Rio, namun Tristan masih belum ingin masuk untuk saat ini. Memberikan waktu lagi untuk Rio dan Ify

“gue nggak bisa Yo”

“nggak ada yang nggak bisa Fy kalo loe mau, gue yakin loe bisa, semuanya emang butuh proses Fy nggak ada yang instan”

“tapi....”

“gue yang bakal bantuin loe”

“hemmm” Tristan tersenyum saat mendengar suara deheman dari Ify setidaknya untuk saat ini Rio berhasil untuk meyakinkan Ify walaupun mungkin hanya sedikit. Lalu Tristan pun membuka pintu dan masuk sambil membawa semangkok bubur dan segelas ais putih hangat.

“asyik banget ngorolnya” ucap Tristan yang baru masuk berniat menggoda keduanya agar suasana sedikit mencair, dan langsung membuat Ify mengangkat kepalanya dari dada Rio

“eh,,, hehehe” salting Rio saat mengethui Tristan sudah ada di dalam kamar. Sedangkan Ify cuma menunduk.

“Fy, makan dulu ya” pinta Tristan kali ini rio menggeser posisi duduknya untuk Tristan

“Ify nggak laper kak” tolak Ify yang memang tidak merasakan lapar sama sekali

“kamu belum makan dari tadi siang Ify, ntar maag kamu kambuh” tambah Tristan

“nggak kak, Ify beneran nggak laper” tolak Ify lagi. Tristan hanya menghela nafas pasrah menghadapi adiknya yang keras kepala ini

“Fy loe makan dulu deh, loe nggak kasian sama lambung loe dari tadi siang nggak loe isi, loe ada maag kan? Yang ada ntar kambuh” kali ini Rio mencoba membujuk Ify

“gue nggak mau” bales Ify masih keukeuh sama jawaban awalnya, memang dirinya tidak merasa lapar, apalagi melihat bubur membuat dirinya benar-benar semakin nggak berselera

“ok. Kakak ngalah, tapi sekarang kamu istirahat Fy” ucap Tristan mengalah karena dirinya sudah hapal Ify luar dalam, jika sudah seperti ini, sulit untuk di paksa, bahkan dulu Iel pun tidak bisa membujuknya

“good night, selamat tidur cantik mimpi indah” ucap Tristan dan mencium kening Ify

“hemmm” dehem Ify.

“ya udah deh Fy selamat tidur, jangan lupa mimpiin gue” canda Rio dan langsung ngibrit keluar. Tristan yang melihat tingkah Rio hanya tersenyum dan mengikuti Rio keluar membiarkan Ify istirahat.

“kak gue pamit dulu ya, udah malem ni entar nyokab gue nayariin” pamit Rio saat jam tangannya menunjukkan pukul 21:30 berarti sudah satu jam setengah Rio disini.

“oh, yaudah deh, makasih ya Yo” ucap Tristan dan hanya di balas anggukan oleh Rio

“ya udah gue pulang kak” pamit Rio lagi dan keluar menuju mobilnya yang terparkir dihalaman rumah Ify dan Tristan. Sedangkan Tristan memilih untuk masuk kamar setelah mengantar Rio sampai di pintu rumah.

“cukup melelahkan” gumam Tristan dan beranjak menuju kamar

@@@@@

To Be Continue....