Translate

Rabu, 28 Januari 2015

Guc Cinta Loe Mario! Part 5

Gue Cinta Loe Mario!
Part 5

selamat membaca :)
Tittle : Gue Cinta Loe Mario!
Author : Siska Friestiani @siskahaling Genre : Romence

@@@@@

“huftttt” Rio menghembuskan nafasnya kasar setelah duduk di kursinya, lalu menompangkan dagunya menggunakan tangan kanannya

“loe kenapa yo?” tanya Alvin merubah posisi duduknya agar menghadap ke Rio

“Ify kok belum datang ya?” ucap Sivia belum sempat Rio menjawab pertanyaan Alvin

“Ify nggak sekolah” jawab Rio lalu menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.

“hah, emang Ify kenapa Yo?” tanya Sivia kaget. Jarang banget atau bahkan nggak pernah Ify tidak sekolah walaupun dalam keadaan sakit sekalipun.

“Debo” ucap Rio dengan menyebutkan nama tersebut membuat Sivia membelalak kaget. Sedangkan Alvin bingung karena dirinya tidak tau kemana arah pembicaraan Rio dan Sivia dan siapa Debo?

“apa Yo, De... De.. bo” ucap Sivia nggak percaya

“ya” jawab Rio singkat dan membuat Alvin semakin bingung

“tunggu dulu, ini ada apa sih? gua nggak ngerti, Debo? Siapa lagi tu Debo?” tanya Alvin beruntun. Akhirnya dengan secara suka rela Rio dan Sivia menjelaskan ke Alvin tentang semuanya termasuk siapa itu Debo

“HAHHHH” teriak Alvin saat mendengar semua cerita Rio dan Sivia. Dirinya juga shock sama seperti Rio saat pertama kali mendengar cerita dari Tristan

“terus Ify gimana sekarang keadaannya Yo” tanya Sivia

“ya gitu. Loe tau sendiri lah Vi gimana sekarang keadaan Ify, apalagi pagi ini dia demam” ucap Rio lemas nggak bersemangat

“ya udah deh entar pulang sekolah kita jenguk Ify aja gimana?” usul Alvin dan hanya diangguki oleh keduanya.

******

Shilla tengah asyik memasak di dapur, pagi-pagi tadi Shilla sudah bangun dan langsung menuju dapur untuk memasak sarapan, karena berhubung bik ina pulang kampung untuk menjenguk anaknya yang sakit. tapi tiba-tiba Shilla merasakan sebuah tangan melingkar di perutnya, Shilla awalnya terkejut namun detik berikutnya Shilla langsung tersenyum saat mengetahui pelakunya adalah Tristan seseorang yang menyandang status sebagai kekasihnya saat ini.

 “udah bangun kak?” tanya Shilla mengawali percakapan, setelah itu Shilla hanya merasakan anggukan Tristan yang sedang manumpangkan dagunya di bahu Shilla

“kamu bukannya sekarang udah mulai sekolah di SMA Jingga?” tanya Tristan bingung saat mengetahui Shilla belum memakai seragam sekolah malah masih memasak di dapur.

 “nggak kak, Shilla mulai sekolahnya besok ” jawab Shilla namun tangannya masih sibuk memasak masakannya

“kak” panggil Shilla karena merasa sedikit terganggu dengan posisi seperti ini karena membuatnya sulit untuk memasak.

“hemmm” dehem Tristan masih dengan posisi seperti tadi

“nunggu di meja makan aja gih. Shilla payah mau masak ni” keluh Shilla. Namun bukannya melepaskan Tristan malah semakin erat melingkarkan tangannya di perut Shilla

“kak, lepasin” kesal Shilla karena acara masaknya terganggu

“ada syaratnya” ucap Tristan membuat Shilla langsung mengecilkan kompornya dan memutar tubuhnya untuk manatap Tristan

“apaan? Kagak aneh-aneh deh” jawab Shilla udah mulai kesel dengan tingkah manja kekasihnya.
Tapi Tristan malah mamanyunkan bibirnya dan menunjuk bibirnya dengan tangannya.

“kyyaaaa...... JTAKK” teriak Shilla dan langsung menjitak kepala Tristan saat mengetahui maksud kekasihnya

“adawww, sakit Shill” ringis Tristan sambil mengusap-usap kepalanya yang terasa berdenyut

“siapa suruh pagi-pagi udah omes tu otak” balas Shilla lagi

“kan Cuma morning kiss” ucap Tristan memasang wajah polosnya

“kyaaaa,,, nggak ada morning kiss morning kiss-an” bantah Shilla membuat Tristan memanyunkan bibirnya ngambek. Dan membuat Shilla ingin tertawa melihat tingkah Tristan. Dirinya merasa berpacaran dengan adek kelasnya dari pada mahasiswa kodokteran semester tiga.

“shill, pipi aja deh ya” mohon Tristan sambil memasang wajah imutnya, jurus andalannya saat merayu Shilla

“hemmm, ok” pasrah Shilla membuat Tristan bersorak senang dalam hati lalu Tristan menolehkan wajahnya ke arah kiri. Perlahan shilla mendekatkan wajahnya untuk mencium pipi Tristan, namun....

“cupppp” Shilla kaget saat Tristan menolehkan kembali wajahnya dan membuat Shilla mencium bibir Tristan untuk beberapa detik.

“1 detik”

“2 detik”

“3 det”

“huwaaaaa, kak Tian Resekkkkk” teriak Shilla ketika sadar dirinya tadi mencium bibir Tristan, ingin sekali Shilla membunuh Tristan saat itu juga apalagi sekarang dirinya benar-benar sangat malu.

“huwahahahahahha” tawa Tristan membahana ketika dirinya sudah berlari menjauh dari Shilla sebelum Shilla tersadar dari keterkajutannya.

Tristan melangkahkan kakinya menuju kamar Ify, dirinya harus mengecek bagaimana keadaan Ify sekarang, lagipula Shilla juga belum selesai memasak.

“cekrekk” suara derit pintu terdengar setelah itu Tristan langsung masuk ke kamar Ify dan dilihatnya Ify masih tidur.

‘tumben belum bangun’ batin Tristan saat Ify masih terlelap, lalu di usapnya puncak kepala Ify.

“ya ampun Ify, panas banget” kaget Tristan saat mengetahui suhu tubuh Ify di atas normal, lalu tanpa babibu lagi Tristan langsung mengambil kompresan untuk mengompres Ify. Shilla sedikit bingung saat Tristan berlari menuju dapur dengan tergesa-gesa.

 “kak Tian, kakak kenapa? kok buru-buru gitu? Terus kenapa ambil baskom gitu? Buat apaan?” tanya Shilla beruntun

“Ify demam Shill, aku siapin kompresan dulu buat Ify, Shill tolong buatin bubur buat Ify sekalian ya” jawab dan pinta Tristan tapi tangannya masih fokus menyiapkan kompresan.

“iya kak” jawab Shilla

“makasih ya, sayang, ya udah aku ke kamar Ify dulu” pamit Tristan dan hanya dijawab anggukan oleh Shilla. Sesampainya di kamar Ify Tristan menarik kursi yang ada di kamar Ify agar posisinya lebih dekat degan Ify, lalu meletakkan kompresan di dahi Ify berharap demamnya segera turun. Tristan segera mengambil ponselnya dan mencari nama seseorang, setelah menemukannya Tristan
langsung menekan tombol hijau untuk menyambungkan panggilan.

“hallo” jawab orang dari sebrang sana

“hallo Yo, ini gue Tristan” jawab Tristan

“ia kak, kenapa?” tanya orang itu lagi –Rio-

“gue minta tolong buat izinin Ify, dia demam”

“apa kak? Demam? Kok bisa?”

“gue juga nggak tau, tapi mungkin kerena kecapean sama banyak pikiran Yo, yaudahgueminta tolong izinin Ify ya”

“pasti kak”

“yaudah gue tutup dulu,” ucap Tristan di akhir panggilannya, lalu di lihatnya Ify dan kembali duduk dikursi tadi

“kak, Ify gimana?” suara seseorang langsung membuat Tristan mengalihkan pandangannya dari Ify

“masih tidur shill” jawab Tristan seadannya

“ini kak buburnya Ify, sekalian udah Shilla bawain sekalian obatnya” ucap Shilla dan meletakkan bubur dan obat di nakas samping tempat tidur Ify

“makasih Shil, maaf kamu baru sehari di sini udah repot banget” kata Tristan dengan nada tak anak. Shilla hanya tersenyu.

“dan kakak tau Shilla juga nggak enak banget baru beberapa hari disini tapi udah dengar maaf kakak tiga kali” jawab Shilla

“maaf-”

“empat kali kak” potong Shilla sambil memasang wajah bete nya

“ok,,ok,,, nggak lagi,,,heheh, piissss” shilla hanya terkekeh melihat Tristan yang menurutnya imut jika sedang bertingkah seperti ini

“ya udah sarapan dulu gih kak, udah siap tu” ajak Shilla

“tapi Ify”

“Ify biar Shilla dulu yang jaga, cepetan kakak makan, jangan bikin Shilla malu punya pacar body nya kayak lidi” cibir Shilla

“kyaaaaa,,,,, body keren gini di bilang kayak lidi” protes Tristan tak terima

“ia keren di liat dari puncak gunung himalaya, udah deh makan dulu sana, Ify biar Shilla yang jaga” ucap Shilla sambil mendorong tubuh Tristan keluar kamar

“ia...ia...ia... pelan-pelan sakit tau” eluh Tristan dengan nada manja

“kak Tian itu menjijikan” gidik Shilla setelah mendengar nada manja Tristan dan langsung menutup pintu kamar Ify.

******

@SMA Jingga pulang sekolah

“Yo. Gue nebeng loe aja ya” melas Sivia

“sorry Shill, bukannya gue nggak mau, tapi gue masih mau nafas untuk hari ini” jawab Rio sambil melirik ke arah Alvin, Alvin yang mengerti Rio sedang menggodonya memicingkan matanya dan menatap Rio tajam, sedangkan Sivia bingung sendiri.

“setan sipit apaan sih?” bingung Sivia

“udah deh loe bareng Alvin aja, noh Alvin juga nganggur” tawar Rio

“oga gue bareng sipit, kan masih ada loe Yo. Yayayay” ptnta Sivia memelas. Sedangkan Alvin dari tadi masih memilih diam, tak menggubris

“i,,,,,”

“jadi jenguk Ify nggak sih?” potong Alvin yang udah keselduluan

“jadi lah” jawab Rio

“ya udah buruan” kali ini Alvin benar-benar kesal

“tu Vi, loe bareng Alvin aja, ya udah ayo” Rio langsung menjalankan cagivanya, Sivia masih diam di tempat

“loe bareng gua atau naik angkot? Kalo taxi jam jam segini, subuh baru loe nemu” Alvin angkat bicara

“ok. Ini untuk ketiga kalinya gue bareng loe, dan gue harap untuk yang terakhir” jawab Sivia kesal dan langsung naik ke motor Alvin.

 *****

ify mesih terbaring di tempat tidurnya dengan kain yang bertengger di dahinya, raut mukanya tidak tenang, ketakutan pun tergambar jelas di wajahnya walau sedang dalam keadaan tertidur.

“Deb, gue mohon jangan” igau Ify dalam tidurnya

“jangan”

“Iel, awas ye”

“IELLLL” teriak Ify, keringat membanjiri wajahnya, nafasnya tersengal-sengal, dan tangannya mencengkram selimut putih yag membungkus tubuhnya.

“IELLLL” sontak Tristan dan Shilla terlonjak kaget saat sedang duduk di ruang keluraga sambil menonton TV, mendengar teriakan terlebih teriakan tersebut berasal dari Ify

“Ify” panik Tristan dan langsung bangkit dari duduknya, namun sedikit terganggu saat mendengar suara bel pintu berbunyi.

“kakak langsung lihat Ify aja, biar Shilla yang bukain pintu.” Tawar Shilla dan langsung di angguki oleh Tristan. Tristan langsung berlari menuju kamar Ify sedangkan Shilla membukakan pintu.
Tristan langsung membuka pintu kamar Ify dan menemukan Ify sedang duduk meringkuk dan meneggelamkan wajahnya di kedua lututnya, tubuhnya bergetar dan isakan pun terdengar beberapa kali walaupun sepertinya Ify sudah berusaha menahannya.

“Ify, kamu kenapa lagi sayang?” tanya Tristan lembut sambil mengelus rambut Ify

“kak Tian” panggil Ify dan langsung memeluk Tristan erat berusaha membuang rasa takutnya saat ini, dengan senang hati Tristan membalas pelukan adik semata wayangnya ini.

“kamu kenapa Fy?” tanya Tristan lagi, namun Ify hanya menggelang dalam pelukan Tristan, sedangkan Tristan hanya menghela nafas pasrahnya, melihat adiknya masih seperti ini, kejadian tiga tahun yang lau benar-benar membuat adiknya yang dulu ceria menjadi seperti ini
Shilla berjalan sedikit tergesa hendak membukakan pintu takut tamunya semakin lama menunggu.

“iya, sia” Shilla langsung diam, tubuhnyaterasa lemas, nafasnya tercekat, ketika melihat dua orang cowok dan cewek yang seumuran dengan dirinya sedang berdiri di depan pintu, matanya masih terus menatap pemuda bermata sipit yang berdiri disamping kanan, tak beda juga pemuda bermata sipit itu pun kaget melihat sosok yang membukakan pintu saat ini

“Alvin ”lirih Shilla

“Shilla” lirih pemuda tersebut ternyata Alvin, Sivia sendiri juga bingung karena baru ini pertama kali nya melihat shilla, apalagi melihat reaksi Alvin yang sepertinya sudah lama mengenal Shilla, Sedangkan Rio sama-sama shocknya dengan Alvin.

“em,,, temennya Ify?” tanya Shilla berusaha mengontrol keterkejutannya saat ini

“ia, Ify nya ada?” tanya Sivia karena sedari tadi Alvin dan Rio masih bungkam suara

“ha ia ada, kenalin gue Shilla” ucap Shilla memperkenalkan diri ke Sivia

“oh, ia gue Sivia teman sekelasnya Ify, dan yang ini Rio sama Alvin jugateman sekelasnya Ify” jelas Sivia, jujur Sivia masih bingung ada apa sebenarnya, kenapa reaksi Alvin oh bukan dan bahkan reaksi Rio pun ternyata sama dengan reaksi Alvin

“i...ia,,, amsuk dulu, nggak enak ngobrol di luar” ajak Shilla mempersilahkan masuk.
Hening, di ruang tamu yang berisikan empat orang saat ini benar-benar hening tidak ada yang berniat untuk memulai pembicaraan. Alvin sedari tadi masih shock hanya bisa diam sambil menundukkan wajahnya, sama seperti Shilla, dirinya pun sama Shocknya dengan Alvin bahkan sekarang hanya bisa menunduk sama seperti yang di lakukan Alvin, Sivia juga bingung mau membicarakan apa, apa lagi sekarang ia tau suasana sedang tidak mendukung, Rio yang sepertinya sudah bisa mengontrol keterkejutannya pun angkat bicara

“kak Tian ma-“

“siapa sayang?” tiba-tiba suara Tristan memotong pembicaraan Rio dan mau nggak au semua menoleh ke arah Tristan

“eh,, loe Yo. Mau jenguk Ify?” tanya Tristan setelah sampai dan langsung mengambil duduk di sebelah Shilla

“ia kak” jawab Rio sekenanya,

“oh ia ini Sivia kak, sahabat nya Ify dan yang satu lagi......” Shilla diam, seakan lidahnya terasa kelu saat ingin menyebutkan nama Alvin

“yang satu lagi Al Alvin teman sekelasnya Ify” ucap Shilla akhirnya walau selesai itu Shilla menundukkan kepalanya. Tristan hanya mengangguk paham

“kamu kenapa sayang? Sakit?” tanya Tristan sambil mengelus rambut Shilla dengan sayang, Tristan heran dengan tingkah Shilla saat ini. Alvin mencengkaram tangannya keras, dia tau sekarang kenapa Shilla bisa berada di sini, ternyata Shilla kekasih Tristan, pacar kakaknya Ify. Rio yang sudah ngeri sendiri dengan situasi seperti ini walaupun hanya dirinya, Alvin dan Shilla yang membuat situasi seperti ini pun membuka suara

“kak Ify nya ada?” tanya Rio

“hufttt,,,,, ada Yo, tapi kayaknya dia belum bisa ngelupain semuanya, kakak bisa minta tolong sama loe Yo buat nenangin Ify, sekarang Ify shock lagi, sekalian kamu bujuk Ify makan, kakak bener-bener takut kalo maagnya kambuh lagi” pinta Tristan

“em,,, kak Tian maaf sebelumnya gue mau pulang dullu, titip salam aja buat Ify” pamit Alvin membuat Tristan dan Sivia bingung, sedangkan Rio dan Shilla mereka berdua tau alasannya, tapi memilih diam

“loh, kok buru-buru, nggak liat Ify dulu?” tanya Tristan

“nggak kak, lagian tadi mama udah sms di suruh buru-buru pulang” jawab Alvin lagi, kini Sivia semakin yakin ada yang di sembunyikan oleh Alvin

“ya udah hati-hati, makasih udah jenguk Ify” ucap Tristan sambil tersenyum

“ia kak sama-sama” jawab Alvin dan bangkit dari duduknya

“Vin,, tunggu, gue ikut” ucap Sivia, namun Alvin tak menggubrisnya

“kak Tian, Via juga titip salam buat Ify, bilang maaf nggak bisa lihat sekarang, Via juga harus buru-buru pulang. Permisi kak” ucap Sivia dan berjalan mengejar Alvin yang sudah sampai pintu.

“Vin” panggil Sivia ketika berhasil mengejar Alvin ketika sampai di cagiva Alvin yang terparkir di halaman rumah Ify

“loe ngapain ngikutin gue?” tanya Alvin

“loe kenapa?”

“gue nggak papa” jawab Alvin cuek

“loe bisa cerita ke gue”

“loe siapa gue? Loe bukan siapa-siapa gue, dan nggak usah sok care sama gue” bentak Alvin tajam membuat Sivia sedikit takut dengan tatapan dan nada bicara Alvin, tapi Sivia sama sekali tidak marah dengan omongan Alvin karena dia tau Alvin ada masalah saat ini.

“gue nggak bermaksud ikut campur dan sok care sama loe, tap-“

“loe naik sekarang atau gue tinggal” Alvin memotong pembicaraan Sivia , Sivia hanya mengangguk patuh. Tidak ingin membantah dan membuat mood Alvin benar-benar down.

~~~~~~

Rio masuk kekamar Ify, ingin melihat bagaimana kondisi pujaan hatinya saat ini, hatinya sakit saat melihat Ify kembali seperti semalam, menagis karena ketakutan.

“Fy” panggil Rio namun Ify masih diam. Rio perlahan duduk di samping Ify

“loe kanapa lagi? Loe lupa kata-kata gue semalem kalo Iel bakal sedih liat loe kayak gini?” Rio masih berusaha berbicara kepada Ify namun hanya isakan Ify yang terdengar oleh Rio

“loe bisa lampiasin rasa takut, marah, sedih loe ke gua Fy, nggak harus loe pendam kayak gini” pinta Rio

“sandaran gue udah pergi Yo, loe tau dia nggak bakal kembali lagi” jawab Ify

“masih ada kak Tian Fy, gue, Sivia bisa jadi sandaran loe saat ini”

“loe tau, loe sama aja nyiksa kak Tian dengan keadaan loe kayak gini, dan bahkan gue yakin Iel sekarang kecewa sama loe”

“Fy, udah pernah gue bilang kan, tuhan punya jalan istimewa buat jalan hidup kita, kita tinggaljalanin sesuai scenario yang udah tuhan buat” kali ini air mta Ify semakin deras mengalir, Ify membenarkan perkatan Rio saat ini, tapi sungguh melupakan kejadian tiga tahun yang lalu dimana orang yang ia sayang mengorbankan nyawanya hanya untuk melindungi dirinya sungguh tidak gampang.

“Fy” panggil Rio dan membalikkan tubuh Ify untuk menatapnya, perlahan Rio mengusap air mata yang sedari tadi tanpa lelah mengalir di pipinya. Ify pun manatap mata Rio, nyaman itu yang dapat Ify rasakan. Lallu detik berikutnya Rio menarik tubuh Ify kepelukannya seakan berusaha
membarikan rasa nyaman ke Ify. Dan rasa panas tubuh Ify pun langsung terasa di tubuhnya.

“loe bisa pinjam dada gue kalo loe capek, loe bisa panggil gue kapanpun kalo loe mau, gue siap Fy, akpan pun loe butuh gue, gue siap. Tapi gue mohon berhenti untuk menyesali semua, karena itu semua Cuma bisa buat loe semakin terpuruk sama masa lalu loe”

“loe tau? Gue lebih suka loe yang cuek ke gue, sinis ke gue, dari pada harus liat loe yang rapuh kayak gini Fy”

“makasih Yo” hanya itu yang dapat Ify katakan, namun kata itu sudah mewakili semuanya.

“urwell cantik” jawab Rio lalu mengacak puncak kepala Ify sayang dan itu cukup membuat pipi Ify memanas. Rio yang melihat itu hanya terkekeh geli

“tu bubur envy Fy loe anggurin” ucap Rio melihat bubur di nakas masih utuh belum tersentuh sedikit pun

“cara loe basi kalo itu buat nyuruh gue makan” ucap Ify cuek, Rio malah tersenyum, sikap ini yang ia rindukan dari sosok pujaan hatinya.

“yahhh.... maaf bur bidadari gue lebih tertarik sama gue dari pada loe” ucap Rio membuat nada bicaranya seolah-olah menyesal

“kyaaaa...... siapa bilang gue tertarik sama loe. loe nggak usah GR” sinis Ify tak terima

“tu bur loe denger kan kata bidadari gue” ucap Rio lagi berbicara kepada bubur

“loe ngomong apa sih. Nggak usah ngelawak loe”

“ha,,,, gue nggak ngelawak Fy, gue Cuma ngsih tau ke bubur itu kalo loe lebih tertarik sama gue dari pada dia”

“gue nggak tertarik sama loe Rio”

“ya udah loe makan buburnya kalo gitu”

“gue nggak mau”

“ha,,, ketauan loe lebih tertarik sama gue” ucap Rio nggak mau kalah sambil mengedip-ngedipkan matanya menggoda Ify

“ishhhh, ok. Bawel loe” marah Ify tapi tetap memakan bubur yang di suapkan Rio

“bawel, bawel juga loe suka kan?” goda Rio, sungguh sekarang hatinya tersenyum bahagia, melihat Ify berangsur-angsur kembali.

~~~~~

“Shill, kamu kenapa sayang? Sakit?” tanya Tristan yang khawatir melihat kekasihnya dari tadi hanya diam

“emm, nggak papa kak, Cuma agak pusing sedikit kok” jawab Shilla yang dari tadi masih bersandar di bahu kokoh Tristan

“tuh kan, kamu sakit itu namnya, ya udah kamu istirahat aja, ayok aku antar” tawar Tristan, namun Shilla menolak

“nggak kak, Shilla pengen disini aja sama kakak, boleh ya?” pinta Shilla, nggak tau kenapa dia hanya ingin seperti ini bersama Tristan. Tristan hanya tersenyum sambil mengusap kepala Shilla, dirinya juga merindukan saat-saat seperti ini, ya saat-saat Shilla bersikap manja ke dirinya.

“dengan senang hati sayang” jawab Tristan dan semakin merapatkan pelukannya dipinggang Shilla

“kak”

“iya” jawab Tristan

“Shilla sayang banget sama kakak” ujar Shilla,

“kakak tau, kakak juga sayang banget sama kamu” balas Tristan dan mengecup puncak kepala Shilla

“kakak, jangan tinggalin Shilla ya”

“nggak akan”

“janji?” Shilla menunjukkan jari kelingkingnya

“janji” balas Tristan dan mengaitkan kelingkingnya ke jari kelingking Shilla.

“Shill” panggil Tristan karena sedari tadi Shilla diam

“sayang” panggil Tristan lagi, namun masih tidak ada jawaban. Tristan lalu menolehkan pandangannya ke Shilla. Tristan tersenyum karena ternyata Shilla sudah tertidur di sandarannya.

“kakak sayang banget sama kamu Shilla” ucap Tristan dan langsung memilih tidur dengan posisi bersandar di kepala Shilla.

@@@@@
To Be Continue....

Gue Cinta Loe Mario! Part 4

Gue Cinta Loe Mario!
Part 4

Happy readingggggg!!!1

Tittle : Gue Cinta Loe Mario! Auhtor : Siska Friestiani @siskahaling
Genre : Romance

@@@@

“hallo Ify sayang, apa kabar?” ucap seseorang yang seumuran dengan Ify, sambil menyeringai nakal menatap Ify seperti ingin memakannya. Seketika wajah Ify memucat, tubuhnya terasa lemas, dan pasokan oksigen terasa menipis di paru-parunya.

“Debo” lirih Ify shock melihat orang yang saat ini ada di hadapannya dan berjalan semakin mendekat membuat Ify ingin berlari menjauh saat ini. Rio yang menyadari perubahan raut wajah Ify menjadi panik, ada apa sebenarnya dengan Ify dan siapa cowok yang ada di hadapannya dan Ify tersebut?

“udah lama kita nggak ketemu sayang, aku kangen” ucap Orang tersebut yang di sebut Debo oleh Ify

“dan aku, udah lama nggak bersenang-senang sama kamu” tambah debo yang saat ini sudah berdiri sangat dekat dengan Ify. Ify semakin takut, nafasnya seakan berhenti, keringat dingin pun sudah mengalir deras di pelipisnya.

“sorry, loe siapa ya?” tanya Rio yang masih bingung tapi dia tau Ify tak suka dengan kehadiran orang yang ada dihadapannya ini

“yang pasti orang yang sangat merindukan Ify” ucap orang itu dan menyeringai. Dan itu sangat
menjijikkan bagi Ify

“Yo’ lirih Ify dan menggeserkan tubuhnya ke belakang Rio meminta perlindungan, Ify benar-benar belum siap melihat orang yang telah merusak hidupnya saat ini. Rio yang seakan paham dengan ketakutan Ify pun mencoba melindungi Ify.

“gue emang nggak tau loe siapa, dan sebenernya juga nggak penting buat gue, tapi gue minta loe sekarang pergi” ucap Rio dingin

“oh,,,oh,,, ohh ada yang mau jadi pahlawan ternyata. Tapi sayangnya urusan gue bukan sama loe, tapi sama Ify” balas orang itu

“sayangnya urusan Ify itu sama aja urusan gue, jadi gue harap loe pergi sekarang” ucap Rio. Rio mengepalkan tangannya keras mencoba masih mengontrol emosinya

“hhahahaha, loe nantangin gue?” tanya orang itu –Debo- menatap Rio sinis dan meremehkan.

“BUGH” Rio yang udah emosi melayangkan tinjunya ke wajah Debo. Debo yang belum seimbang jatuh tersungkur di lantai

“eerrghhh” Debo meringis pelan lalu segera bangkit

“BUGH” Debo membalas pukulan Rio, dan membuat Rio terhuyung ke belakang. Ify menangis dirinya seakan berada di saat tiga tahun yang lalu, nggak ini nggak boleh terjadi, kejadian dulu tidak akan terulang lagi terlebih saat ini Rio lah orangnya, orang yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan ini semua.

“loe pergi sekarang atau.....” ucap Rio menggantungkan kalimatnya sambil mencekal kerah baju Debo kasar

“BUGH” Debo melepaskan kembali bogemnya ke wajah Rio membuat cekalan tangan Rio di kerah baju Debo terlepas seketika

“ok,, Fine. Gue bakal pergi sekarang, tapi ingat Ify sayang urusan kita belum selesai” ucap Debo dan beranjak dari sana. Ify hanya diam sambil terisak ketakutan, wajahnya semakin pucat dan tubuhnya bergetar. Rio yang melihat Ify seperti itu langsung menghampiri Ify

“udah Fy nggak usah takut lagi, ada gue loe aman sekarang” ucap Rio lembut sambil mengusap punggung Ify. Ify langsung memeluk Rio erat, seakan ingin menumpahkan semua rasa takutnya ke Rio, Rio awalnya sedikit kaget saat Ify memeluknya, namun perlahan Rio merengkuh tubuh Ify.

“gue,,, ta,,, kut.. Dedo,,, Debo...”

“sstttt, udah Fy, Debo udah pergi loe udah aman sekarang” ucap Rio berusaha menenangkan Ify. Sebenarnya Rio sendiri bingung apa yang membuat Ify merasa ketakutan saat melihat orang itu atau lebih tepatnya Debo, orang yang baru beberapa menit yang lalu Rio melihatnya. Rio dapat merasakan seragamnya basah kerena air mata Ify, tapi sungguh itu bukan masalah baginya. Hingga akhirnya Tristan datang dan kaget melihat Ify dengan keadaan seperti itu

“Ify” panggil Tristan dan membuat Ify melepaskan pelukan Rio dan berganti memeluk Tristan

“Yo, Ify kenapa?” tanya Tristan panik sambil membelai punggung Ify berusaha menenangkan Ify

“gue nggak tau yang pastinya kak, tapi tadi ada orang yang namanya Debo terus.....”

“apa Debo?” pekik Tristan mendengar nama itu, dan membuat Rio semakin bingung ada apa sebenarnya dengan orang yang bernama Debo itu?.

“kak,, Debo,,, Debo,,, dia” ucap Ify nggak beraturan, Ify benar-benar ketakutan sekarang

“udah Fy, udah, Debo udah pergi, ada kakak disini” ucap Tristan masih berusaha menenangkan Ify. Tristan merasa pelukan Ify semakin longgar, Tristan melepaskan pelukannnya untuk melihat wajah Ify dan seketika tubuh Ify ambruk, untung saja masih di pangkuan Tristan

“Ify” kaget Rio saat tubuh Ify pingsan di pangkuan Tristan

“Yo, sebelumnya makasih loe udah nolongin Ify, tapi sekarang gue mau bawa Ify pulang dulu, besok
loe dateng aja kerumah, gue jelasin semuanya” ucap Tristan dan langsung membopong Ify

“ia kak, sama-sama, Besok gue ke rumah loe” jawab Rio agak panik mellihat Ify tak sadarkan Diri di gendongan Tristan

“perumahan nusa indah no.24 yo *ada apa kagak tu perumahan kagak tau gue*, gue tunggu besok, gue duluan” pamit Tristan dan langsung membawa Ify kedalam Mobil. Rio masih menatap Ify yang berada di gendongan Tristan, Rio benar-benar khawatir dengan kondisi Ify, ingin rasanya dirinya ada di sana dan merawat Ify, tapi sepertinya sudah ada Tristan dan Rio sendiri akan menjenguk Ify besok.

******

Hening, hanya keheningan antara Sivia dan Alvin saat ini, yang biasanya keributan yang selalu tercipta diantara keduanya, kini hening, tidak ada yang membuka suara. Tiba-tiba Alvin menghentikan motornya di tepi jalan.

“kyaaaa,,, ngapain berhenti kodok, gue capek mau pulang” teriak Sivia

“loe mau gue bawa pulang kerumah gue?” ucap Alvin, membuat Sivia reflks memukul kepala Alvin

“adaw, sakit lampir” Ringis Alvin

“lagian loe tu otak di pake, ngapain mau bawa gue kerumah loe ha?” sewot Sivia

“yang bego tu loe apa gue sih ha? loe minta antar pulang tapi nggak ngasih tau di mana alamat rumah loe. aishhhhh, adaa ya cewek bego kayak loe” kesal Alvin, ‘bener juga ya’ batin Sivia

“lagian loe kagak nanya” ucap Sivia membela diri

“loe tu jadi cewek nyolot banget ya, udah untung gue anter pulang” sinis Alvin

“yeee. Loe pikir gue mau ha. Gue juga terpaksa kali” balas Sivia

“arghhhh, bodo deh, dimana rumah loe” ngalah Alvin

“perumahan kelapa gading no 11” ucap Sivia, tanpa menunggu lama Alvin langsung menancap gas
motornya membuat Sivia yang belum siap Refleks memeluk pinggang Alvin

“kyyaaaaaaaaaaa. Kodok loe kalo mau mati jangan bawa-bawa gue” omel Sivia tapi tak digubris oleh Alvin

*******
Tristan melajukan mobilnya menuju toko kue yang ada di ujung jalan, ia ingin menjemput Shilla dahulu yang tadi memilih menunggu di toko kue karena ingin memberikan brownies kesukaan Ify sebagai oleh-oleh, Shilla sendiri sedikit terkejut saat mengetahui kondisi Ify. Namun Shilla memilih diam dan ingin menanyakan nanti setelah sampai dirumah. Hanya butuh waktu lima belas menit mereka sampai. Tristan langsung membawa Ify kekamar dan di susul Shilla di belakang.

“kak Ify kenapa?” tanya Shilla akhirnya setelah Tristan membaringkan Ify di tempat tidurnya.

“aku juga nggak tau kejadian yang sebenarnya Shill, tapi tadi kata Rio yang menolong Ify Debo datang nemuin Ify, untung tadi ada Rio kalo nggak aku nggak tau gimana nasib Ify” jelas Tristan sambil tangannya menyelimuti tubuh Ify

“Debo yang kakak pernah ceritain itu?” tanya Shilla

“ya” jawab Tristan yang udah sedikit Frustasi melihat Ify seperti ini, Shilla yang tau bahwa kekasihnya ini sedang cemas pun mencoba menenangkannya.

“Shilla tau apa yang kakak rasain, tapi setidaknya kakak nggak usah ikutan panik yang ada kita nggak bisa cari jalan keluar untuk masalah ini” nasehat Shilla, Tristan diam mencoba mencerna setiap kata yang keluar dari mulut kekasihnya itu.

“kak, lebih baik kakak mandi dulu untuk nyegerin pikiran kakak, habis itu biar Shilla masakin kakak makanan, kakak udah capek gitu, entar kakak juga jadi ikutan sakit” tambah Shilla. Tristan menatap Shilla dalam, gadis ini benar-benar baik, bahkan dalam keadaan seperti ini Shilla bisa menenangkan hatinya, lalu di rengkuhnya tubuh Shilla ke dalam pelukannya.

“makasih sayang” ucap Tristan di sela-sela pelukannya.

“ia sama-sama kak. Ya udah kita keluar dulu, biarin Ify istirahat” ajak Shilla dan hanya diangguki oleh Tristan

*******
Rio mondar-mandir nggak jelas di dalam kamar, pikirannya masih memikirkan bagaimana kondisi Ify, melihat Ify seperti tadi sungguh membuat hati Rio sesak, lebih baik dia mendapat perlakuan dingin dan jutek dari Ify dari pada harus melihatnya seperti tadi.

“duhhh,Ify gimana ya? Udah baikan belum ya? Apa gue kasana aja ya?” gumam Rio bertanya sendiri, lalu dilihatnya jam tangan di pergelangan tangan kirinya.

“baru jam delapan, belum malem-malem banget sih, ya udalah kesana aja, dari pada gue nggak bisa tidur” tambah Rio dan langsung mengambil kunci mobilnya.

“Rio, mau kemana sayang?” tanya tante Manda, bingung melihat Rio ingin keluar jam segini

“kerumah teman bentar ma” jawab Rio dan langsung mencium tangan tante Manda

“jangan malam-malam pulangnya” pinta tante Manda dan hanya dijawab acungan jempol dari Rio.

*******

Tristan menggendong Shilla kedalam kamar, dirinya tidak tega jika harus membangunkan Shilla, mengingat tadi Shilla harus langsung masak buat makan malam untuk dirinya dan juga bubur buat Ify. Dan baru sekarang bisa istirahat

“good night sayang” ucap Tristan dan mengecup puncak kepala Shilla.
Tristan melangkah kan kakinya menuju kamar Ify, ingin mengecek kembali keadaan Ify.

“ting tong *anggap aja suara bel*” suara bel rumah berbunyi membuat Tristan mengerenyit heran, siapa yang malam-malam begini bertamu, akhirnya Tristan pun membuka pintu dan mendapati Rio tengah berdiri di depan pintu

“eh,, loe yo” ucap Tristan sedikit agak kaget

“heheh ia kak” ucap Rio

“mau liat Ify?” tanya Tristan to the point

“em,, ia kak, maaf tapi sebelumnya gue ganggu loe malem-malem gini” ucap Rio

“hahah ya udah nggak papa, ayok gih ke kamarnya, kebetulan tadi juga gue meu ngecek keadaan Ify” ajak Tristan dan langsung mengajak Rio ke lantai dua dimana kamar Ify berada.

“Ify masih tidur yo” ucap Tristan ketika sampai dikamar Ify dan ternyata Ify masih tidur

“ha,,, nggak papa kak, lagian biarin aja Ify istirahat kasian” ucap Rio. Lalu Tristan mengajak Rio untuk duduk di sofa yang ada di kamar Ify

“o ya kak, Debo siapa sih sebenernya kenapa Ify bisa sampai kayak tadi waktu ngeliat Debo?” tanya Rio penasaran

“Debo itu......”

^^^^^^

“BRAKKKK” suara pintu yang di buka secara paksa, membuat seorang gadis bernafas lega setidaknya ia akan selamat hari ini
“Iel” ucap gadis itu
“Ifyyyy” teriak orang yang di panggil Iel tadi. Lalu berlari dan ingin menolong gadis yang sepertinya sangat ia sayangi. Namun beru beberapa langkah dua orang langsung menahan tangan kiri dan kanannya sehingga membuat langkah iel berhenti
“lepasin gue” teriak Iel berusaha melepaskan tangannya, namun sepertinya tenaganya tidak mampu mengalahkan tenaga dua orang yang sedang menahan tanganya

“wow... dateng juga loe yel, mau nyelametin putri loe” ucap seseorang dengan nada meremehkan. Sedangkan Iel sudah menggemgem tangannya keras.

“mau loe apa sih Deb?” tanya Iel

“mau gue.....” ucap orang itu Debo. lalu mendekat ke Ify dan menjambak rambut Ify membuat Ify
mengerang kesakitan

“Ify” tambah Debo lagi dan semakin kencang menjambak rambut Ify

“arghhh, sakittt” erang Ify merasakan rambutnya benar-benar ingin terlepas dari kepalanya bahkan air matanya semakin deras menahan rasa sakit di kepalanya

“cukup Deb, brengsek loe” marah Iel melihat Ify diperlakukan seperti itu

“cukup? Why? Gue belum puas” ucap Debo sangat lembut tapi itu membuat emosi Iel memuncak

“loe bener-bener brengsek Debo” geram Iel dan dalam sekali sentak cekalan tangan dua Orang itu terlepas.

“BUGH” tanpa banyak bicara Iel langsung meninju pipi kanan Debo dan cukup membuat Debo meringis kesakitan. Dan saat itu Iel langsung melepas ikatan tangan dan kaki Ify.

“BUGH, BUGH” belum sempat Iel dan Ify mengucapkan kata, dua orang tadi langsung meninju Iel dan membuat Iek tersungkur kelantai

“Ielllll” teriak Ify tak tega melihat Iel di pukuli seperti itu, kini tangan Iel kembali ditahan oleh dua orang suruhan Debo

“kenapa Ify sayang?” tanya Debo sambil mengarahkan mulut pistol ke wajah Ify, membuat Ify semakin ketakutan

“dan loe?” ucap Debo sambil berjalan mendekati Iel

“kalo gue nggak bisa miliki Ify, lebih baik....” ucapan Debo menggantung tapi kini kembali mengarahkan pistolnya kearah Ify

“Debo, loe jangan Gila” panik Iel saat Debo mengarahkan pistol tersebut tepat ke arah Ify

“hahahah, oya Ify sayang, ada kata-kata terakhir” ucap Debo tanpa berperasaan. Sedangkan Ify sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi hanya pasrah dan entah kenapa seakan tubuhnya tidak bisa beranjak kemanapun

“Debo, gue bunuh loe kalo sempet loe lukain Ify” ancam Iel namun sepertinya Debo tidak takut dengan ancaman tersebut.

“tapi maaf sobat, ancaman loe nggak menakutkan untuk gue” ucap Debo

“selamat tinggal Ify sayang”

“IFYYYYY”

“dooorrrr”

“IELLLL”teriak Ify saat peluru itu tidak mengenai dirinya tapi mengenai Iel, ya, saat Debo melepaskan peletuk pistol tersebut dengan sekuat tenaga Iel melepas cengkraman tangannya dari dua orang pria tersebut dan langsung berlari mencegah peluru itu mengenai Ify

“cabut” ucap Debo dan langsung di ikuti oleh dua orang anak buahnya

“Iel” lirih Ify menangis saat ini, rasa takutnya dua kali lipat saat tadi pistol yang di pegang Debo
mengarah ke arahnya

“I...fyy” ucap Iel terbata

“Iel. kamu kenapa lakuin ini bodoh” geram Ify. merasa benar-benar bodoh cowok yang ada di
pangkuannya saat ini. Namun Iel hanya tersenyum sangatttt manis, membuat air mata Ify semakin deras

 “ka...rena a...ku sa...yang ka...ka...mu I....fy” ucap Iel terbata-bata tenaganya seakan terkuras untuk berbicara

“Iel,, jangan tinggalin aku” ucap Ify benar-benar takut Iel akan meninggalkannya

“ia... a..ku.. nggak... a...kan... per...gi... dari...ha...ti...ka..ka.mu” ucap Iel

“Fy,,, A...a,,ku sayang,,,kamu” ucap Iel dan langsung memejamkan matanya.

“IELLLLLLLLLL”

^^^^^^^^

Rio terdiam, Rio tidak menyangka bahwa Ify mempunyai masa lalu yang menurutnya sendiri sangat buruk, pantas saja sifat Ify berubah, mungkin pun dirinya akan melakukan hal yang sama jika itu menimpa dirinya.

“Yo” panggil Tristan ketika melihat Rio melamun

“ha, ia kak” jawab Rio

“loe mau berjanji untuk gue?” tanya Tristan lagi

“apa?” kini giliran Rio yang bertanya

“gue nggak tau gue dapat felling dari mana kalo loe bisa bantu gue untuk jagain Ify, Ify memang
terlihat cuek dan dingin Yo, tapi hati sama batinnya selalu tertekan karena rasa bersalah, bahkan sampai sekarang Ify menganggap bahwa penyebab kepergian Iel karena salahnya, padahal gue yakin Iel ngelakuin itu semua karena Iel sayang sama Ify, gue udah berusaha jelasin ke Ify kalo itu semua bukan salah Ify tapi,,,, ya loe tau gimana sifat Ify. Jadi gue mohon Yo loe bantuin gue buat jagain Ify.” Jelas Tristan panjang lebar

“ia kak, gue pasti jagain Ify, karena tanpa loe minta gue bakal lakuin itu, karena... karena,,,”

“loe cinta sama Ify” potong Tristan dan membuat Rio salting sendiri

“udah nggak usah malu-malu gitu. Loe udah dapat SIM dari gue” ucap Tristan dan membuat Rio semakin salting

“IIELLLL” teriak Ify bangun dari tidurnya membuat Tristan dan Rio langsung menghampirinya

“Ify kamu kenapa sayang?” panik Tristan melihat adiknya tiba-tiba seperti ini lalu mengambil duduk di samping Ify dan membelai rambut panjang Ify. Sedangkan Ify nafasnya masih memburu keringat dingin membasahi wajahnya

“Iel kak, Iel mana?” tanya Ify sambil mengitari pandangannya mencari sosok Iel

 “tapiii....”

“sstttt.... udah kamu disini dulu kakak mau ambilin makan dulu buat kamu, dari tadi siang kamu belum makan kan?” ucap Iel namun Ify hanya diam

“Yo, gue minta tolong jagain Ify dulu sebentar, gue mau ambil makan dulu untuk Ify” ucap Tristan dan dijawab senyuman dan anggukan oleh Rio

“Fy, kakak keluar dulu kamu disini dulu sama Rio” pamit Tristan, mencium kening Ify lalu keluar mnuju dapur

“Fy” panggil Rio lalu mengambil duduk di tampat Tritan tadi, Ify hanya menoleh

“loe nggak papa?” tanya Rio, jujur dirinya masih sangat khawatir dengan Ify

“Debo.....”

“udah,,, nggak usah di bahas lagi, Debo udah pergi, lagian gue janji bakal selalu jagain loe Fy” ucap Rio lembut dan menarik Ify untuk bersandar di dadanya agar lebih tenang, lalu tiba-tiba Ify berusaha bangun dari tempat tidurnya

“loe mau kemana Fy? Loe istirahat dulu deh, badan loe masih lemes gitu” tahan Rio

“gue Cuma mau ambil foto itu” ucap Ify sambil menunjuk bingkai foto yang terpajang di atas nakas

“biar gue yang ambilin” tawar Rio dan langsung beranjak mengambil foto itu. ‘apa ini Iel?” tanya Rio dalam hati lalu beranjak kembali menuju tempat tidur Ify

“ini” serah Rio ke Ify foto yang barusan dia ambil, lalu tampa menunggu lama Ify pun mengambilnya dan menatap foto itu sendu

“itu loe sama Iel?” tanya Rio setelah kembali duduk di posisi tadi. dan Ify hanya mengangguk sebagai balasan

“gue bodoh Yo, gue yang bikin Iel pergi ninggalin gue, coba aja peluru itu nggak Iel tahan pasti semua nggak bakalan kayak gini” cerita Ify, air matanya pun sedah menetes dari tadi, lalu Rio menarik Ify kembali agar bersandar di dadanya. Jujur Rio sendiri harus menahan rasa cemburunya saat ini, karena Ify secara tidak langsung menunjukkan bahwa Ify begitu sangat mencintai Iel dan itu membuat hatinya sedikit teriris.

“loe nggak boleh nyalahin diri loe sendiri Fy, ini semua udah takdir, tuhan punya cara tersendiri buat jalan hidup umatnya masing-masing, kita ini hanya tokoh Fy yang ceritanya sudah diatur oleh tuhan, dan siapapun itu nggak akan ada yang bisa keluar dari skenario yang udah tuhan takdirkan” jelas Rio mencoba memberi pengertian kepada Ify bahwa ini semua bukan salahnya

“gue juga yakin Iel nggak pernah nyesel buat ngorbanin nyawanya untuk loe, karena yang lebih Iel sesali saat dia nggak bisa nyelamatin loe saat itu, karena mungkin gue bakal ngelakuin hal yang sama Fy saat gue berada di posisi Iel, jadi gue mohon Fy berhenti nyalahin diri loe sendiri, Iel juga nggak suka dan bakalan sedih disana saat pengorbanannya loe bayar dengan sikap loe yang seperti ini” tambah Rio lagi sambil mengelus punggung Ify memberikan ketenangan. Ify merasakan nyaman saat Rio menarik tubuhnya dan menyandarkan kepalanya ke dada Rio sebagai sandaran.

“gue nggak bisa Yo” balas Ify masih menangis

“nggak ada yang nggak bisa Fy kalo loe mau, gue yakin loe bisa, semuanya emang butuh proses Fy nggak ada yang instan” ucap Rio lagi

“tapi....”

“gue yang bakal bantuin loe” pototng Rio saat Ify ingin berbicara lagi

“hemmm” dehem Ify dan sambil mengangguk di dada Rio. Rio yang merasakan gerakan anggukan dari Ify pun tersenyum dan semakin merengkuh Ify lebih erat

*****

Tristan menggambil bubur yang sempat di buatkan Shilla tadi sore di dapur, udah dingin sih, tapi setidaknya Ify harus makan, lalu Tristan mengambil nampan dan meletakkan semangkok bubur dan segelas air putih hangat, lalu berjalan kembali menuju kamar Ify

“gue bodoh Yo, gue yang bikin Iel pergi ninggalin gue, coba aja peluru itu nggak Iel tahan pasti semua nggak bakalan kayak gini” terdengar suara Ify ketika Tristan hendak membuka pintu, akhirnya Tristan membatalkan niatnya.

“loe nggak boleh nyalahin diri loe sendiri Fy, ini semua udah takdir, tuhan punya cara tersendiri buat jalan hidup umatnya masing-masing, kita ini hanya tokoh Fy yang ceritanya sudah diatur oleh tuhan, dan siapapun itu nggak akan ada yang bisa keluar dari skenario yang udah tuhan takdirkan” Tristan tersenyum mendengar semua perkataan Rio yang mencoba menenangkan Ify.

‘loe hebat Yo, gue tau sekarang perasaan loe gimana, tapi loe tahan semua ego dan cemburu loe, gue yakin loe memang yang terbaik untuk Ify’ batin Tristan

“gue juga yakin Iel nggak pernah nyesel buat ngorbanin nyawanya untuk loe, karena yang lebih Iel sesali saat dia nggak bisa nyelamatin loe saat itu, karena mungkin gue bakal ngelakuin hal yang sama Fy saat gue berada di posisi Iel, jadi gue mohon Fy berhenti nyalahin diri loe sendiri, Iel juga nggak suka dan bakalan sedih disana saat pengorbanannya loe bayar dengan sikap loe yang seperti ini” terdengar lagi suara Rio, namun Tristan masih belum ingin masuk untuk saat ini. Memberikan waktu lagi untuk Rio dan Ify

“gue nggak bisa Yo”

“nggak ada yang nggak bisa Fy kalo loe mau, gue yakin loe bisa, semuanya emang butuh proses Fy nggak ada yang instan”

“tapi....”

“gue yang bakal bantuin loe”

“hemmm” Tristan tersenyum saat mendengar suara deheman dari Ify setidaknya untuk saat ini Rio berhasil untuk meyakinkan Ify walaupun mungkin hanya sedikit. Lalu Tristan pun membuka pintu dan masuk sambil membawa semangkok bubur dan segelas ais putih hangat.

“asyik banget ngorolnya” ucap Tristan yang baru masuk berniat menggoda keduanya agar suasana sedikit mencair, dan langsung membuat Ify mengangkat kepalanya dari dada Rio

“eh,,, hehehe” salting Rio saat mengethui Tristan sudah ada di dalam kamar. Sedangkan Ify cuma menunduk.

“Fy, makan dulu ya” pinta Tristan kali ini rio menggeser posisi duduknya untuk Tristan

“Ify nggak laper kak” tolak Ify yang memang tidak merasakan lapar sama sekali

“kamu belum makan dari tadi siang Ify, ntar maag kamu kambuh” tambah Tristan

“nggak kak, Ify beneran nggak laper” tolak Ify lagi. Tristan hanya menghela nafas pasrah menghadapi adiknya yang keras kepala ini

“Fy loe makan dulu deh, loe nggak kasian sama lambung loe dari tadi siang nggak loe isi, loe ada maag kan? Yang ada ntar kambuh” kali ini Rio mencoba membujuk Ify

“gue nggak mau” bales Ify masih keukeuh sama jawaban awalnya, memang dirinya tidak merasa lapar, apalagi melihat bubur membuat dirinya benar-benar semakin nggak berselera

“ok. Kakak ngalah, tapi sekarang kamu istirahat Fy” ucap Tristan mengalah karena dirinya sudah hapal Ify luar dalam, jika sudah seperti ini, sulit untuk di paksa, bahkan dulu Iel pun tidak bisa membujuknya

“good night, selamat tidur cantik mimpi indah” ucap Tristan dan mencium kening Ify

“hemmm” dehem Ify.

“ya udah deh Fy selamat tidur, jangan lupa mimpiin gue” canda Rio dan langsung ngibrit keluar. Tristan yang melihat tingkah Rio hanya tersenyum dan mengikuti Rio keluar membiarkan Ify istirahat.

“kak gue pamit dulu ya, udah malem ni entar nyokab gue nayariin” pamit Rio saat jam tangannya menunjukkan pukul 21:30 berarti sudah satu jam setengah Rio disini.

“oh, yaudah deh, makasih ya Yo” ucap Tristan dan hanya di balas anggukan oleh Rio

“ya udah gue pulang kak” pamit Rio lagi dan keluar menuju mobilnya yang terparkir dihalaman rumah Ify dan Tristan. Sedangkan Tristan memilih untuk masuk kamar setelah mengantar Rio sampai di pintu rumah.

“cukup melelahkan” gumam Tristan dan beranjak menuju kamar

@@@@@

To Be Continue....

Kamis, 02 Oktober 2014

Gue Cinta Loe Mario! Part 3

Gue Cinta Loe Mario!
Part 3

Halllooooooooooo!!!!
Gak ngaret banget kan?
*berasa ada yang baca -_-
Ada gak punyang baca yang penting gue post :p
ok langsung aja ini Part 3nya gaissssss!!!

Tittle    : Gue Cinta Loe Mario!
Author : Siska Friestiani @siskahaling
Genre  : Romance

@@@@@

Ify dan Sivia hari ini sepakat berangkat bersama ke sekolah, entah apa penyebabnya dua makhuk ini berangkat bersama. Ify dan Sivia memang bersahabat tapi karena rumah mereka yang bisa di kategorikan jauh maka mereka jarang berangkat bersama jika ke sekolah.

          “IFYYYY” teriak seseorang, Ify yang mendengar memberhentikan langkahnya dan menoleh ke sumber suara. Ternyata Rio, tapi Rio tidak sendirian melainkan bersama Alvin

          “pagi Ify, pagi Sivia” sapa Rio sambil menampakkan senyumannya. Sedangkan semua murid yang mendengar teriakan Rio tadi sudah heboh, beruntung sekali orang yang pagi-pagi sudah mendapat sapaan dari Rio, yang mereka hebohkan adalah orang yang disapa Rio, ya Ify. gadis yang terkenal cuek, dingin dan menakutkan. Sedangkan Rio sendiri yang sudah menciptakan kehebohan cuek seakan tidak terjadi apa-apa.

          “pagi” balas Ify seadanya

          “pagi juga Rio” balas Sivia  tak lupa dengan senyumannya.

‘sangat berbeda’ batin Rio

          ‘pagi Ify” sapa Alvin yang baru membuka suara.

          “hmm” dehem Ify, Ify memang sudah tau Alvin kerena kejadian kemarin sewaktu ditaman, tapi yang Ify ingat hanya Alvin sahabat Rio dan patner adu bacotnya Sivia nggak lebih.

          “ehem” dehem Sivia karena merasa Alvin tidak menganggapnya

          “eh ada loe ya Vi” ucap Alvin memasang wajah polosnya, sedangkan Sivia sudah hampir meledak karena emosi

          “baru nyadar” sinis Sivia

          “hahaha. ia loe tadi kaga keliatan” ucap Alvin lagi, yang sebenarnya hanya ingin membuat Sivia marah

          “yaaakkkk.... cowok nyebelin, mata loe salain sipit juga katarak, hah” emosi Sivia

          “iya, kalau lihat loe mata gue langsung katarak” balas Alvin masih tenang

          “sipit, loe nyebelin” balas Sivia

          “gue sipit-sipit ganteng, dari pada loe udah kayak mak lampir bawel lagi” ucap Alvin lagi, sedangkan Rio dan Ify melengos melihat dua makhluk ini selalu bertengkar setiap bertemu

          “Fy kelas yuk, udah mau masuk” ajak Rio hanya di balas anggukan oleh Ify.

          “ye... gue cantik manis gini loe bilang lampir, periksa dulu deh tu mata” dasar Sivia masih sempet-sempetnya narsis

          “lah suka-suka mata gue dong, mau liat loe cantik apa jelek”

          “loe kodok”

          “loe lampir”

          “loe nyebelin”

          “loe bawel”

          “loe”

          “loe”
          “loe”

          “eh Vi kok sepi ya” tanya Alvin karena melihat sekelilingnya sudah sepi

          “udah masuk kali” jawab Sivia enteng

          “iya juga ya” ucap Alvin lagi

          “APA MASUK” teriak mereka berdua

          “Vin”

          “Vi”

          “BUK WINDAAAAAA” teriak mereka berdua dan langsung ngibrit ke kelas.

@@@@@

Sivia dan Alvin selesai melaksanakan tugas mulia dari Buk Winda karena keterlambatannya masuk tadi. Mereka disuruh berlari keliling lapangan basket sebanyak sepuluh kali, bayangkan deh seberapa ngenesnya.

          “Fy kantin yok” ajak Sivia sambil mengipasi dirinya sendiri menggunakan buku tulisnya

          “ngapain?” tanya Ify, Sivia melengos sejak kapan Ify menjadi orang idiot seperti ini, kenapa dia harus menanyakan hal yang  seharusnya tidak di tanyakan

          “loe kok jadi bego sih Fy, loe pikir kalau ke kantin ngapain?” ucap Sivia kesal sambil menirukan bagaimana cara Ify ngomong jika sudah kesal kepadanya

          “eh ia yok ke kantin aja haus ni gue” ucap Alvin yang untuk saat ini sependapat dengan Sivia. Hanya saat ini.

          “ya udah deh, Fy yuk bareng saja ke kantinnya” ajak Rio membuka suara. Sedangkan Ify hanya pasrah mengikuti kemauan teman-temannya, yang benar saja dirinya sendiri dan mereka bertiga.

 Kantin sudah penuh, untung saja masih ada bangku kosong di pojok kiri kantin, tanpa membuang-buang waktu mereka pun duduk di sana.

          “Rio, Ify gue pesen makanan dulu deh loe berdua mau pesen apa?” tanya Sivia

          “pop ice melon satu” ucap Rio dan Ify kompak

          “ecieeee, kompak bener pesenannya” goda Sivia, membuat Rio dan Ify salting, Ify menunduk dengan pipi merona sedangkan Rio menggaruk kepala belakangnya walaupun sebenernya tidak gatal.

          “udah Vi, anak orang jangan di godain mulu, ayo pesan makanan dulu” ajak Alvin tanpa sadar menggandeng Sivia, sekarang gantian Sivia yang pipinya memanas.


          “Fy” panggil Rio untuk mengurangi kesaltingannya setelah kepergian Alvin dan Sivia memesan makanan.

          “ya” jawab Ify

          “ha.. em,,,, nggak jadi deh, heheh” jawab Rio bingung, entah kenapa Rio jadi gugup gini, sedangkan Ify tau bahwa Cowok yang ada di depannya ini sedang gugup, dan melihat itu ingin rasanya Ify tertawa, tapi karena dirinya masih bisa mengontrolnya jadi Ify hanya tersenyum.          Rio yang melihat senyum Ify langsung spechlees.

 ‘gue harap Cuma gue yang bisa bikin senyum itu di bibir loe Fy’ batin Rio

@@@@@

    Ify melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah, menunggu mang asep yang akan menjemputnya. Namun belum lama Ify menunggu, sebuah mobil sport berwarna putih behenti di hadapannya.

‘siapa sih?’ batin Ify  karena tidak mungkin jika itu mang asep. Sejak kapan mang asep menjemputnya menggunakan mobil sport seperti itu? Lagi pula dirumah setahu Ify tidak ada mobil ini.

    Lalu seorang cowok keluar dari mobil tersebut, dengan postur tubuh yang tinggi, putih, rambutnya sedikit di buat berantakan namun malah terlihat keren, tak lupa kaca mata hitam tepasang diwajahnya. Ify terdiam, sepertinya dirinya mengenali orang ini, sosok yang selama ini mungkin dia rindukan.

          “hallo jelek” sapa cowok tersebut sambil melangkah agar posisinya lebih dekat dengan Ify. Ify tersentak sejenak mendengar suara tersebut.

          “kak Tian” ucap Ify dan langsung memeluk cowok tersebut dengan erat, seakan dirinya benar-benar rindu dengan sosok yang ada di pelukannya saat ini. Orang tersebutpun langsung membalas pelukan dari Ify.

          “apa kabar Ify ku sayang” ucap orang tersebut Tristan Oktavian Azuma atau yang di panggil kak Tian oleh Ify tadi langsung mengelus puncak kepala Ify dengan sayang.

          “kak Ify kangen” ucap Ify dan mengeratkan pelukannya mengabaikan pertanyaan dari Tristan tadi.

          “hahahaha” tawa Tristan yang masih memeluk Ify

          “kakak juga kangen sama kamu Ify” tambah Tristan

          “kakak kapan pulang?” tanya Ify sambil melepaskan pelukannya, dan sedikit bingung bagaimana Tristan bisa berada di sini? yang ia tau Tristan sedang melanjutkan kuliahnya di singapure. Dan sekarang secara tiba-tiba ada disini. Dihadapannya.

          “barusan, dan langsung kesini” jawab Tristan
          “kakak liburan?” tanya Ify lagi. Berharap jawaban tidak akan terlontar dari mulut Tristan.

          “Udah ah kita pulang dulu ngobrolnya lanjut di rumah, capek ni” eluh Tristan memasang wajah lelahnya.

          “ayo. Eh.... tapi mang Asep gimana?” tanya Ify

          “mang Asep sudah kakak kasih tau tadi, udah yok” ajak Tristan dan menarik tangan Ify menuju mobil.

@@@@@

    Sivia, Rio dan Alvin berjalan menuju parkiran, sebenarnya Sivia tadi sudah menawarkan Ify untuk pulang bersama lagi seperti berangkat tadi, namun Ify menolaknya. Ify lebih memilih pulang bersama mang Asep dengan alasan kasihan Sivia jika harus mengantarnya mengingat rumahnya dan rumah Sivia berlawanan arah. Tiba-tiba langkah Rio terhenti, membuat Alvin dan Sivia pun menghentikan langkahnya.

          “Yo kenapa berhenti?” tanya Alvin, namun Rio tidak menjawab matanya masih melihat kearah gerbang sekolah, di lihatnya Ify sedang mengobrol dengan seorang cowok yang Rio akui lumayan tampan. Mata Rio memicing ingin melihat lebih jelas. Tiba-tiba hatinya mulai tak karuan saat melihat Ify memeluk cowok tersebut, apalagi Rio melihat Ify tersenyum ringan tanpa beban, tidak menunjukkan sikap cuek dan dinginnya ketika sedang bersama cowok itu. Dan itu membuat hatinya semakin sakit. Jujur hatinya tidak rela melihat orang yang sudah dia sayang lebih bahagia bersama orang lain.

          “Yo” panggil Sivia karena panggilan Alvin tadi tidak digubris oleh Rio

          “ha,,, iya” jawab Rio dan mengalihkan pandangannya kedua orang yang saat ini melihatnya bingung.

          “loe kanapa?” kini giliran Alvin yang bertanya

          “enggak papa kok, eh Vi, loe tau nggak cowok yang lagi sama Ify itu?” tanya Rio sambil menunjuk kearah cowok yang sedang bersama Ify. Sivia pun langsung mengikuti arah tunjuk Rio

          “nggak Yo” jawab Sivia karena dirinya memang belum pernah melihat cowok tersebut selama dua tahun berteman bersama Ify.

          “bukannya loe udah lama temenan sama Ify Vi? memang Ify nggak pernah cerita mengenai cowok itu?” tanya Rio lagi

          “nggak, gue aja heran tu anak kayaknya dekat banget sama tu cowok, lagian nggak jutek dan dingin waktu sama kita-kita” ucap Sivia. Dalam hati Rio membenarkan ucapan Sivia tersebut

          “panassss.... panasss... panas banget ya?” goda Alvin, ya Alvin tau saat ini Rio sedang cemburu

          “emang dari tadi udah panaskan, noh mataharinya dari tadi udah nongol” ucap Sivia yang nggak ngeh sama ucapan Alvin barusan

          “gue nggak ngomong sama loe lampir” balas Alvin

          “issshhhh, loe nyebelin kodok” balas Sivia lagi

          “emang, baru tau?” ucap Alvin

          “kodoookkkkkkk”

          “apa lampirrrrrrrrr” jawab Alvin

          “mulai deh” ucap Rio dan langsung pergi meninggalkan keduanya.

@@@@@

   Ify dan Tristan telah sampai dirumah yang cukup besar dan megah. Cat luar yang didominasi warna biru, apa lagi terdapat taman kecil yang sangat rapi terdapat di halaman depan yang membuat rumah itu lebih terasa nyaman dan sejuk.

          “udah pulang sayang?” tanya Tante Lyssa mama Ify

          “udah ma” jawab Ify dan menuju sofa untuk menghilangkan rasa penatnya sejenak. Dan di ikuti Tristan, Tante Lyssa dan Om Adit papa  Ify

          “ma, pa. Kenapa mama sama papa nggak bilang kalau kak Tian mau kesini?” tanya Ify masih sedikit kesal karena tidak di beri tau dari awal

          “papa sama mama sebernya sudah mau kasih tau kamu dari awal tapi kak Tian ngelarang” jujur Tante Lyssa
        
“kok gitu?” tanya Ify

          “suprice for you Ify sayang” jawab Tristan semakin membuat bibir Ify mengerucut

          “mama sama papa sebenarnya menyuruh kak Tian ke sini buat jagain kamu Ify, karena mama sama papa mau mengurus perusahaan yang ada di jepang” jelas Om Adit

          “jadi kak Tian bakalan tinggal disini lagi dong?” tanya Ify sambil sedikit senyum terpasang di bibirnya

          “iya” kini giliran Tante Lyssa yang menjawab. Sedangkan Tristan memilih diam, membiarkan orang tuanya yang menjelaskannya kepada Ify. Ya Tristan adalah kakak kandung Ify yang tiga tahun yang lalu mendapat beasiswa yang mengharuskannya melanjutkan kuliahnya di singapure. Sebenarnya Tristan tidak tega meninggal kan Ify apa lagi waktu itu Ify lagi terpuruk-terpuruknya. Namun orang tuanya meyakinkannya bahwa Ify akan baik-baik saja. Hingga akhirnya Tristan pun menurutinya.

          “beneran?” tanya Ify lagi meyakinkan

          “iya sayang, ya sudah pesawat papa satu jam lagi take off, papa sama mama berangkat dulu ya” pamit Om Adit

          “ya sudah, hati-hati ya ma, pa” ucap Tristan ngakat bicara

          “iya, kamu jagain adik kamu Tian, awas saja mama dengar kamu bikin kesal adik kamu” ancam Tante Lyssa ke anak pertamanya ini yang memang sudah paham bagaiman sifatnya, sedangkan Tristan hanya cengengesan

          “mama berangkat dulu sayang” ucap tante Lyssa ke Ify dan mencium anak perempuannya tersebut

          “iya ma hati-hati” ucap Ify dan diangguki oleh Tante Lyssa

          “kak” panggil Ify ke Tristan, sedangkan Tante Lyssa dan Om Adit sudah keluar

          “ya” jawab Tristan menoleh ke Ify

          “kakak benerankan nemenin Ify lagi kan?” tanya Ify lagi memastikan semuanya ini bukan lelucon. Tristan tersenyum lalu menarik Ify agar lebih dekat dan memeluknya.

          “apa tadi kakak, papa, sama mama keliatan bercanda?” tanya Tristan balik, Ify menggeleng dalam pelukannya Tristan

          “terus kenapa masih ditanya?” tanya Tristan lagi

          “Ify Cuma takut ini bohongan, Ify takut kehilangan sandaran Ify lagi kalo Ify lagi sedih, Ify takut kakak ninggalin Ify kayak... kayak...” Ify nggak mampu melanjutkan ucapannya, dia menangis, seakan rasa sakit itu datang lagi

          “ssstttt, nggak akan Ify, kakak nggak akan ninggalin kamu lagi, kakak janji, harusnya kakak nggak ambil beasiswa itu Fy maafin kakak” ucap Tristan menyesal karena selama ini meninggalkan adik yang paling ia sayang

          “Ify nggak papa kok” ucap Ify sambil memasang senyumnya tapi malah terlihat kaku

          “lagian Iel disana pasti sedih Fy kalo liat kamu kayak gini” tambah Tristan. Namun Ify hanya diam

          “o ya kak, terus kakak LDR dong sama Shilla? Ckck,,, kasihan” tanya dan ledek Ify mengalihkan pembicaraan tidak mau kakaknya semakin merasa bersalah

          “sok tau kamu, Shilla bakalan nyusul besok, hari ini dia harus menyiapkan dulu semuanya” jawab Tristan. Shilla gadis SMA yang seumuran dengan Ify yang telah berhasil merebut hatinya Tristan sewaktu dirinya di singapure, baru beberapa bulan ini mereka menjalin hubungannya, Ify mengetahui karena Tristan sempat menceritakannya kepada Ify

          “oh” jawab Ify hanya dengan oh

          “ya udah kakak tidur dulu deh, kamu juga istirahat gih” suruh Tristan. Ify hanya mengangguk mengiakan karena dirinya memang sudah cukup lelah.

@@@@@
  
     Rio sedari tadi gelisah di tempat tidurnya. Matanya sungguh sulit untuk di pejamkan. Pikirannya masih terfokus kepada Ify, gadis yang selama ini telah memberi warna pada hidupnya. Tapi hari ini Rio sedikit resah, mengingat kejadian tadi siang di sekolah. Siapa sebenarnya cowok itu? Kenapa bisa sedekat itu sama Ify?  Apa itu cowoknya Ify? Tapi mendengar dari cerita dari Sivia bahwa Ify tidak memiliki cowok, itu membuat dirinya bingung siapa sebenarnya cowok itu.

          “huffftttt, mungkin besok langsung gue tanya aja ke Ify nya langsung” ucap Rio dan mencoba memejamkan matanya saat ini.

@@@@@

  Rio memakirkan motor cagivanya di parkiran sekolah,  sekolah sudah cukup ramai untuk pagi ini, diarah gerbang terlihat mobil sport berwarna putih, Rio berfikir sejenak sepertinya dia pernah melihat mobil itu. Tapi kapan? Pertanyaan Rio terjawab setelah sosok gadis keluar dari mobil tersebut. Ya itu mobil cowok yang semalam bersama Ify, dan gadis yang keluar tadi pun tidak salah lagi adalah Ify.

@@@@@

    Hari ini Ify minta di antar sekolah oleh Tristan, dengan senang hati pun Tristan mengantarkan adik semata wayangnya ini. Entah kenapa Ify pun ingin sekali bermanja-manja dengan kakak-kakaknya. Akhirnya setalah dua puluh menit mereka berdua pun sampai di SMA Jingga.

          “kak, Ify pergi dulu ya?” pamit Ify ke Tristan

          “ok sipp, belajar yang rajin jelek” jawab Tristan sambil mengacak-acak rambut Ify

          “ih kak apaan sih, berantakan mah jadinya” sewot Ify

          “o ya kakak nanti jemput Ify nggak?” tambah dan tanya Ify

          “iya nanti kakak jemput kamu tapi mungkin agak telat dikit, kakak mau jemput Shilla dulu di bandara” jawab Tristan

          “Ify” panggil seseorang yang langsung membuat Ify dan Tristan mengarah ke suara tersebut

          “Rio” kaget Ify saat mengetahui Rio yang memanggilnya, sedangkan Tristan hanya diam,

‘mungkin teman sekelas Ify’ batin Tristan

          “hay Fy hay....”

          “gue Tristan” ucap Tristan saat mengetahui kebingungan Rio

          “oh,, heheh” jawab Rio merasa canggung sendiri

          “loe pacar Ify?” tanya Tristan tanpa basa-basi

          “HAAAA” kaget Rio dan Ify kompak, merasa shock dengan pertanyaan Tristan tadi

          “apaan sih kak, ngasal banget tu mulut” sewot Ify sedangkan Rio sudah garuk-garuk kepala nggak jelas

          “pacar juga nggak papa” goda Tristan

          “ha, eh,, bukan” jawab Rio gugup, sedangkan Ify menunduk merasa pipinya memanas sekarang

          “hahahah,” tawa Tristan merasa lucu dengan dua orang yang ada dihadapannya ini

“oya belum kenalan, gue Tristan KAKAK Ify” ucap Tristan dan sengaja menekan kata KAKAK. Entah buat apa
        
“oh, ia kak Tristan gue eh aku Rio temen sekelas Ify” jawab Rio dengan bahasa yang sedikit berantakan, tapi terbesit rasa lega saat mengetahui cowok itu atau lebih tepatnya Tristan adalah kakak  Ify.

“hahahahah” lagi-lagi Tristan tertawa

“bahasa nya loe gue aja, nggak usah canggung gitu Yo. Satu lagi kak Tian aja nggak usah Tristan terlalu formal sama kepanjangan” jelas Tristan. Rio hanya mengangguk canggung

“ya udah gue pamit dulu yo, buru-buru” pamit Tristan

“Fy, kakak pergi dulu, kamu balajar yang bener” ucap Tristan sambil mengecup puncak kepala Ify yang sudah menjadi kebiasaan sejak dulu

“hemmm” jawab Ify hanya berdehem

“Yo, titip adek gue ya” ucap Tristan. Ify melotot, Rio hanya senyum malu-malu.

“Fy” panggil Rio ketika mobil Tristan sudah beranjak pergi.

“ya” jawab Ify namun pandangannya masih melihat ke arah mobil Tristan walaupun sudah tidak terlihat

“ke kelas yuk” ajak Rio. Ify tidak menjawab malah beranjak duluan menuju kekelas

“yahhhh,,, gue di tinggal” ucap Rio lemes

“Ifyyyyy, tungguin gue” teriak Rio dan menyusul Ify

@@@@@

   Pagi ini XI IPA 1 heboh, pasalnya Buk Winda guru Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas yang membimbing XI IPA 1 mengubah posisi duduk untuk semester ini dengan berpasangan, dengan alasan untuk membuat mereka saling kompak dan menyegarkan suasana kelas. Kaum hawa sudah pada heboh, mereka semua berdoa semoga dapat sebangku dengan Rio dan Alvin. Sedangkan Rio dan Alvin sudah melengos pasrah, hanya bisa berharap teman sebangku mereka setidaknya nanti sedikit waras.
        
“duhh, Buk Winda apa-apaan sih? Nggak banget ngubah posisi duduk? Buat apaan coba? Penyegaran suasana kelas, yang ada makin gerah gue” cerocos Sivia kemana-mana, namun Ify hanya diam. Bukan, bukannya dia senang, tapi percuma saja mencuap-cuap tidak akan merubah keputusan Buk Winda bukan?
        
“baik lah Ibu akan bacakan teman sebangku kalian yang semalam sudah Ibu atur.” Ucap Buk Winda
        
“TIDAK ADA YANG BANTAH” tambah Buk Winda sebelum penghuni kelas membuka suara
        
“Dea dengan Irsyad, Angel dengan Lintar, Sivia dengan Alvin, Keke dengan Deva, Nova dengan Ozy, Ify dengan Rio, Obiet dengan Oik dan bla,,, bla,,, bla,,,,” ucap Buk Winda, sebagian besar kaum hawa mendesah kecewa saat tidak bisa menjadi teman sebangku Rio dan Alvin. Mata Sivia dan Alvin melotot sempurna, walaupun mata Alvin tidak layak di bilang melotot. Pernyataan Buk Winda barusan membuat keduanya shock.

‘ya tuhan, apa salah hamba’ begitulah kira-kira suara hati mereka masing-masing. Sedangkan Rio tersenyum setelah mendengar bahwa teman sebangkunya adalah Ify, orang yang selalu ada dipikirannya, kalau begini jadinya dia tidak akan keberatan dari awal.
        
“ok silahkan pindah ke teman masing-masing” suruh Buk Winda. Tanpa banyak protes dan membuat guru yang killer tersebut bercuap-cuap tidak jelas, semua murid munuju ke teman masing-masing. Ify bangkit dan berjalan menuju bangku Rio yang ada tepat di belakangnya sedangkan Alvin dengan amat sangat terpaksa berdiri dan menuju meja yang ada tepat di depannya.
        
“posisi ini akan berlaku sampai kenaikan kelas besok, tidak ada yang pindah, jika nekat terima sanksinya.” Tegas Buk Winda, semuanya hanya mengangguk pasrah
        
“baiklah Ibu tinggal dulu, jangan ribut karena Ibu akan rapat bersama pemilik yayasan sekolah” tambah Buk Winda dan langsung keluar kelas.
  

Namun sepertinya perintah Buk Winda tidak ada yang mengindahkan, nyatanya semua murid sudah ribut, mereka ngobrol dengan teman sebangku masing-masing, mereka akan beradaptasi dengan teman sebangku mereka. Lain hal dengan dua orang ini mereka malah berdebat tidak jelas entah apa yang diributkan
        
“eh, kodok, gue udah buat pembatas buat kita, loe nggak boleh lewatin pembatas yang udah gue kasih” ucap seseorang yang sudah pasti Sivia
        
“ok fine, gue nggak bakalan lewatin tapi kalau loe yang melewati pembatas ini, apa hukumannya?” tanya Alvin
        
“emm.. emm..” gumam Sivia bingung
        
“loe turutin semua kemauan gue. bagaimana?” tantang Alvin dengan senyum sinisnya
        
“em... ok gue terima, dan kalau loe yang melewati pembatasnya loe juga harus ikuti apapun kemauan gue” balas Sivia tak mau kalah
        
“ok deal” ucap Alvin dan menarik tangan Sivia untuk berjabat tangan dengannya.

DEGHHH

    Sivia merasakan detak jantungnya dua kali lebih cepat saat Alvin menarik tangannya. Buru-buru Sivia melepaskan jabatan tangannya dari Alvin.


    Rio sedari tadi senyum-senyum sambil memandang wajah Ify, entah apa yang dilihat, namun Rio rasa dirinya tak pernah bosan jika harus mamandangi wajah cantik Ify, sedangkan Ify yang sudah jengah dari tadi ditatap seperti itu akhirnya buka suara.

          “loe nggak bosan lihatin gue mulu? Sebegitu mempesonanya kah gue?” ucap Ify sambil menatap Rio yang masih senyum-senyum menatap wajahnya

          “nggak Fy, gue nggak bosan, dan memang loe cantik, gue sampai terpesona” jawab Rio enteng tanpa beban, membuat pipi Ify memanas. Dan Ify langsung kembali ke novelnya, menutupi agar Rio tidak menyadari bahwa dirinya salting sekarang

          “Fy” panggil Rio

          “hemmm” jawab Ify masih sibuk dengan novelnya. Padahal jantungnya sudah tidak karuan

          “apaan?” tanya Ify kali ini sambil menoleh ke Rio karena Rio tidak kunjung menjawab

          “em.. nggak jadi deh” jawab Rio. Membuat Ify melengos

          “aneh loe” gidik Ify melihat tingkah Rio

          “yang penting gue cakep” balas Rio narsis

          “hahahha, loe cakep? Ia kali” ucap Ify sambil tertawa tapi terlihat meremehkan, sedangkan Rio sudah manyun tapi dalam hati senang bisa bercanda bersama Ify seperti ini

          “jelek loe kayak gitu” ucap Ify tapi matanya sudah beralih ke novelnya

          “jelek-jelek juga temen loe Fy” ucap Rio lagi

          “gue malah nggak pernah nyadar punya temen kayak loe” balas Ify santai

          “ishhh, loe kok nyebelin sih?” ucap Rio lagi

          “memang” balas Ify

          “huhhhh. Sadis” lirih Rio

          “gue nggak budeg bego”

          “upssss. Salah ngomong gue” ucap Rio memilih diam dan melanjutkan aksinya memandangi wajah Ify

@@@@@

     Tristan mengendarai mobilnya menuju bandara Soekarno Hatta, senyumnya masih menghiasi wajahnya, dan lagu I’m Yours pun turut menemani perjalanannya.

      Setelah sampai, kakinya langsung melangkah menelusuri bandara mencari sosok yang beberapa bulan ini menemani hari-harinya. Tak lama kemudian matanya menangkap sosok gadis yang tengah berdiri sambil memainkan handphonenya.

          “hallo sayang” sapa Tristan ke gadis tersebut, gadis itu pun mendongak dan tersenyum mendapati Tristan telah berdiri dihadapannya tanpa komando gadis itu langsung memeluk Tristan

          “sudah lama?” tanya Tristan sambil memeluk gadisnya

          “lumayan” jawab gadis itu dalam pelukan Tristan

          “maaf” ucap Tristan merasa sedikit bersalah, telah membuat gadisnya menunggu

          “nggak papa kok kak, lagian Shilla tadi sempat ke cafe dulu makan. Hehehe” jawab gadis itu yang ternyata bernama Shilla, ketika sudah melepaskan pelukannya ke Tristan

          “ya sudah kalau gitu langsung kerumah saja ya? Lagi pula ini sudah jam 2 siang kamu pasti capek” ucap Tristan dan hanya dijawab anggukan oleh Shilla.

          “tapi kita jemput Ify dulu disekolah” ajak Tristan

          “Ify adek kakak yang pernah kakak ceritain?” tanya Shilla

          “iya, tapi kamu harus tahan-tahan kalo lagi sama dia, dia sedikit jutek dan cuek, tapi aslinya baik kok” jelas Tristan

          “iya Shilla ngerti kok” jawab Shilla yang memang sudah mendengar sedikit tentang kisah Ify dari Tristan.

          “ok. Lest go” teriak Tristan dan langsung menarik Shilla menuju mobil.

@@@@@

          “Ify” panggil Sivia yang kini mereka sedang berdiri di gerbang sekolah

          “apa?” tanya Ify

          “cowok yang semalam di gerbang sekolah sama loe siapa?” tanya Sivia lagi

          “maksud loe kak Tian?” tanya Ify, Sivia mengerutkan keningnya. Merasa baru mendengar nama Tian

          “iya kak Tian, kakak kandung gue” jelas Ify lagi. Kali ini mata Sivia melotot

          “apa? kakak kandung loe? kok loe nggak pernah cerita?” tanya Sivia kesal

          “loe nggak pernah nanya” jawab Ify santai

          “aishhh.... Mimpi apa gue punya teman kayak loe” cibir Sivia kesal

          “mimpi ketemu gue lah” jawab Ify membuat Sivia semakin kesal

   Tiba-tiba dua motor cagiva berhenti di depan mereka. Ify yang udah mengetahui itu siapa hanya diam, sedangkan Sivia menatap bingung dua orang yang berhenti di depannya. Lalu keduanya membuka helm full-facenya

          “Rio, Alvin” lirih Sivia

          “nggak pulang?” tanya Rio menatap Ify dan Sivia

          “nunggu jemputan Yo” jawab Sivia. tapi tiba-tiba BB-nya berbunyi

 From ; mang Ujang
    Neng Via maaf, mang Ujang nggak bisa jemput, nyonya minta diantar ke butik siang ini.

          “hufffttt” kesal Sivia setelah membaca pesan singkat tersebut

          “Fy. Gue bareng loe ya, mang Ujang nggak bisa jemput gue” melas Sivia

          “sorry VI gue sama kak Tian, mangkin jemputnya masih agak lama” ucap Ify

          “Ya udah deh Vi loe sama Alvin saja noh” tawar Rio

          “ogahhhh” tolak Sivia nyolot

          “yeee, loe pikir gue mau, tapi sebernya tadi gue mau sih, berhubung gue masih berbaik hati, tapi karena loe sudah nolak, ya sudah gue pulang sendiri juga nggak papa.gue juga nggak rugi” ucap Alvin sambil melirik ke Sivia.

          “sudah deh Vi, loe mau pulang naik apaan? Taxi? Yang ada besok baru loe pulang” gemes Rio melihat tingkah Sivia yang terlalu gengsi.

          “ok..ok.. nggak ada pilihan lain” ucap Sivia pasrah

          “Fy. Gue duluan ya” pamit Alvin

          “ya”

          “tenang aja gue balikin teman loe ke asalnya dengan selamat” ucap Alvin lagi.

          “nggak loe balikin juga nggak papa Vin” balas Ify membuat Sivia kesal setengah abad.

          “Yo, gue cabut dulu” pamit Alvin lagi dan setelah itu melajukan motornya meninggalkan SMA Jingga. Kini hanya ada Rio dan Ify

          “loe nggak pulang Fy?” tanya Rio turun dari motornya dan berdiri disamping Ify.

          “gue sama kak Tian” jawab Ify

          “hallo Ify sayang, apa kabar?” ucap seseorang tiba-tiba sambil menyeringai nakal menatap Ify seperti ingin memakannya. Seketika wajah Ify memucat, tubuhnya terasa lemas, dan pasokan oksigen terasa menipis di paru-parunya.
@@@@@

gimana?makin amburadulkan? ya iyalah authornya aja amburadul :pwkwkwk...next partnya di tunggu ya?*kalau ada yang baca*

Fakta Tanggal 24 (Rio - Ify - RFM)

Fakta tanggal 24 (Rio, Ify, RFM)
♪          Tanggal dimana Mario Stevano Aditya Haling lahir (24 Oktober 1997)
♪          Tanggal dimana Rio-Ify duet lagu “Rindukan Dirimu” dan pengumuman Grand Final Idola    Cilik 3 (24 April 2010)
♪          Tanggal dimana RFM terbentuk. RFM itu berdiri sendirir  *tidal lahir dari Rio atau pun Ify) pada tanggal 24 Oktober 2011. Kenapa?
         Karena tanggal 24 Oktober tanggal dimana Rio lahir
         Tanggal 24 Oktober tanggal dimana “Account Twitter” Ify juga berulang tahun
         BLINK pernah di undang menjadi bintang tamu “Cinta juga Kuya” tepatnya tanggal 24 Oktober 2011. Cinta membongkar semua rahasia BLINK dan menurut cinta saat membaca fikiran Ify ternyata “banyak cowok yang nembak kak Ify tapi Cuma satu cowok yang di hati kak Ify, yaitu juara Idola Cilik 3 namanya “RIO”. Ify hanya bisa diam dan katanya “ Enggak, itu cima couple-in aja”. Dan malamnya banyak gosip-gosip, RFM sudah di resmikan. So 24 Oktober 2011 tepat dimana di resmikannya RFM, tepat dimana Rio merayakan ulang tahunnya dan tepat dimana Account Twitter Ify juga berulang tahun.


Fakta dibalik nama Rio dan Ify 
Nama lengkap nyambung: Alyssa Saufika UMario Stevano Aditya Haling
Tanggal lahir:
Rio 24
Ify 6
2+4=6  *tanggal lahir Ify*
Bulan lahir:
Ify bulan 12
Rio bulan 10
Angkanya jadiin satu 1210 dibaca RIO, iya kan?
Alyssa Saufika Umari=18
Mario Stevano Aditya Haling=24
24-18=6 (tgl lahir ify)
Nama depan+belakang:
Alyssa+Umari=6+5=11
Mario+Stevano=5+6=11
(jumlah hurufnya kebalik, tp akhirnya menghasilkan angka yg sama yaitu 11)
Nama tengah:
Saufika=7
Stevano=7
(sama2 7 dan sama2 berawalan S)
Alyss(a) Saufik(a)= berakhiran aa..
Sedangkan, Mari(o) Stevan(o)= berakhiran oo.
Alyssa+Saufika=5+7
Sedangkan, Mario+Stevano=6+7
(akhiran sama yaitu 7) Alyssa Saufika= AS
Sedangkan, Mario Stevano= MS(akhiran sama lagi yaitu S)
 Zeth Haling= ZH
Tubagus Hanafi=TH
(Nama Ayahnya jg akhirannya sama yaitu H)
Gina SoniAmanda Kasengke (Nama Ibunya nyambung)
Panggilan sehari2:
Rio - Ify = 3huruf Panggilan unyu dri fans:
Iyo - Ipy = 3huruf+berawalan huruf I Bener nggak tuh semuanya?
*random* Kebetulan atau tidak, kita semua gak tau, tapi yang kita harapkan itu semua gak kebetulan semata. Semua memang sudah ada yang mengatur
J ayo RFM kita harus bisa semakin kompak. Gak usah perduli sama haters, tapi asal kalian tau haters malah membuat kita bisa semakin dekat dan kompak. Kita tunjukan pada heters RFM bahwa kita bukan hanya sekedar komunitas, tapi kita sebuah keluarga yang di satukan oleh seorang Mario dan Alyssa. Satu lagi RFM adalah komunitas couple terbesardi Idola Cilik J
Salam RFM :*
-RiSE – IFC – RFM –
“Dare To Be Selaw”
@siskahaling

Senin, 29 September 2014

Gue Cinta Loe Mario Part 2

Gue Cinta Loe Mrio
Part 2

Selamat Malam :)
Ini part 2 nya, semoga makin suka. maklum kalau misalnya ceritanya membingungkan atau mungkin banyak Typonya karena yang nulis hanyalah manusia biasa :). sekali lagi mungkin udah ada yang baca sebelumnya di Grup, Facebokk atau pun FBFC. karena memang sebelumnya gue udah post di sana :)
ok Guyss. langsung aja. commentnya di tunggu ya :)
setidaknya buat hadiah buat Author :)

Tittle : Gue Cinta Loe Mario
Author : Siska Friestiani @siskahaling
Genre : Romance



“Buk pop ice melon satu” ucap dua orang secara bersamaan

 “LOEE!!!!!” ucap mereka secara bersamaan lagi

“Eh loe cowok resek bisa nggak sih loe nggak ganggu gue? Empet tau nggak hidup gue ketemu loe lagi” ucap salah satu diantara mereka, yah sudah pasti Sivia

“Eh, loe cewek nyolot yang waktu di toko buku kan? terus loe ngapain disini? Ngikutin gue? Mata-matain gue? Gue tau gue keren, ganteng, tapi nggak usah loe ngikutin gue juga kan?” ucap seseorang yang di sebut resek tadi oleh Sivia. Sekali lagi setelah pertemuan mereka yang kedua ini Sivia membelalakkan matanya.

‘OMG, ini orang sarap, apa otaknya geser sih? Gue ngikutin dia? Gue rasa otaknya bener-bener geser nih orang’ batin Sivia

“Dan loe cowok sok kecakepan padahal mata loe Cuma segaris, nyadar woy, yang ada loe kali ngikutin gue, loe anak baru di XI IPA 1 kan? Anak baru aja udah belagu loe” emosi Sivia kali ini udah bener-bener sampai di ubun-ubun. Sedangkan Alvin –cowok tadi- hanya bisa mengerutkan keningnya bingung. Dari mana cewek yang di depannya ini bisa tau jika dia anak baru dan bahkan kelasnya pun dia mengetahuinya

“Tau dari mana loe” tanya Alvin yang masih bingung. Sivia melengos

“Yayaya. Gue maklum kalau loe nggak nyadar kita satu kelas, karena mata loe memang Cuma segaris. Satu pesan gue, sebaiknya rasa PD loe stadiumnya loe turunin, karena sumpah demi apa itu memalukan” ucap Sivia sambil tersenyum meremehkan, membuat Alvin yang sekarang merasa kesal

“Loe......”

“Mbak, mas, ini pop ice nya” ucap seseorang yang memotong pembicaraan Alvin.

“Iya bude, makasih” ucap Sivia langsung mengambil pesanannya dan sebelum melangkah pergi, Sivia tersenyum puas seakan berhasil membuat cowok menyebalkan itu itu kesal karenanya. Sedangkan Alvin wajahnya sudah merah padam antara malu, marah, dan apa lah sejenisnya.

“Dasar cewek gila, tunggu aja pembalasan gue” ucap Alvin benar-benar kesal sekarang.
@@@@@

Dukkk... dukkk... dukkk... Ify tengah mendrible bola basketnya dengan asal, tidak seperti biasanya Ify seperti ini, permainannya sungguh tidak seperti biasa, fikirannya melayang memikirkan kejadian beberapa tahun yang lalu.

“Iellllll, kamu curang, kalo gini aku nggak bakalan bisa menang dari kamu” ucap gadis berumur 12 tahun dengan nada kesalnya, namun bukannya takut, orang tadi malah terkekeh lucu, sepertinya marah sang gadis itu sebuah lelucon baginya

“Hahahaha, lagian kamu nggak ada usahanya Ify sayang,  jadi gimana mau menang” ucap lelaki yang di panggil Iel tadi sambil mengelus puncak kepala gadis yang ternyata bernama Ify.

“Huh, aku udah berusaha tau, kamu aja yang main basketnya terlalu jago .” Ucap Ify membela diri, lagi-lagi membuat cowok yang bernama lengkap Gabriel Alvando yang biasa di sapa Iel itu terkekeh.

“Kita buat games saja bagaimana, kalau kamu menang aku akan turutin semua keinginan kamu, dan kalau aku yang menang, well kamu harus ikutin semua kamauan aku, bagaimana?” tawar Gabriel

“Nggak mau, ujung-ujungnya aku juga yang kalah” tolak Ify

“Mau aku ajarin biar bisa menang” tawar Iel lagi dan langsung dapat anggukan antusias dari Ify

“Ada syaratnya” ucap Gabriel dengan senyum yang selalu membuat siapa saja luluh.

“Apaan? Jangan aneh-aneh deh, kalau nggak ikhlas bagus nggak usah sekalian” ucap Ify jutek, selalu saja orang ini membuatnya kesal, tapi kalau boleh jujur ini lah yang selalu dirindukannya dari sosok ini.

“Iya deh iya aku ikhlas buat ngajarin kamu” ucap Gabriel dan langsung meraih Ify kepelukannya.

“Hay” suara itu langsung membuat Ify tersadar dari lamunan panjangnya, seketika ia menoleh dan mendapati seseorang sudah berdiri di sampingnya.

“Kenalin gue Rio” ucap orang itu lagi dan mengulurkan tangannya tanpa memperdulikan tatapan bingung dari Ify. Ify melengos dia paling tidak suka ada orang yang sok akrab dan sok ramah dihadapannya.

“Penting?” tanya Ify cuek sambil melanjutkan mendrible bola orens yang lebih menarik menurutnya. Sedangkan Rio hanya tersenyum dengan sikap Ify yang dari awal mereka jumpa di toko buku sampai sekarang masih saja cuek dan dingin, tapi entah kenapa Rio suka itu.

“Loe bisa basket?” tanya Rio sapertinya tidak menyerah menghadapi cewek yang bisa dibilang sudah menarik hatinya sejak awal mereka bertemu.

“Menurut loe?” bukannya menjawab Ify malah balik bertanya ke Rio

“Gue punya tawaran” ucap Rio tiba-tiba dan membuat kerutan di dahi Ify.

“Kita buat games, kalau loe menang gue akan turutin semua kemauan loe, tapi kalau gue yang menang loe harus dengan suka rela memberitahukan nama loe ke gue”

DEGH

Seakan tiba-tiba Ify mengalami de javu saat Rio mengatakan itu lebih tepatnya menantangnya.

“Iel” gumam Ify pelan bahkan sangat pelan mungkin hanya dirinya yang mendengar


“Bagaimana?” tanya Rio lagi karena melihat respon Ify dari tadi hanya diam

“Ok” jawab Ify begitu saja menerima tantangan Rio. Heyy, bagaimana mungkin dia bisa semudah itu menerima tantangan dari cowok menyebalkan ini? Tapi apa salahnya jika dia menerima tantangan ini? Bukannya lebih baik? Karene jika dirinya menang ia akan meminta untuk Rio tidak mengganggunya lagi. sadangkan Rio sendiri bukannya tidak mengetahui nama gadis manis yang telah memikat hatinya ini, bahkan Rio sangat tau namanya, tapi Rio hanya ingin  berkenalan langsung dengan Ify, walaupun harus bertanding basket hanya untuk berkenalan langsung dengan Ify.

Duel antara Rio dan Ify berlangsung sengit, keduanya benar-benar lihai merebut dan memasukkan bola orens itu ke dalam ring, skor Rio dan Ify 19-18 benar-benar sangat tipis. Saat ini Rio yang mengusai bola hanya butuh 2 angka lagi Rio memenangkan pertandingan ini dan itu artinya ia dapat secara langsung berkenalan dengan Ify. Tanpa menunggu lama Rio langsung menshoot bola ke ring.

“Yesssss,” girang Rio saat bola itu berhasil masuk ke dalam ring dengan sempurna. Rio memandang ke arah Ify dan langsung menghampiri Ify yang sudah duduk di tepi lapangan sambil mengelap keringat yang berekresi lebih banyak dari biasanya.

“Permainan loe bagus juga, gue sampai kualahan ngadepin loe” jujur Rio sambil mengambil posisi duduk di sebelah Ify, tapi seperti biasa Ify tidak mengubrisnya sama sekali. Hening..... terjadi keheningan beberapa saat. Hingga akhirnya suara Rio memecah keheningan.

“So, sesuai perjanjian loe harus dengan suka rela memberitahu nama loe ke gue” ucap Rio menagih janjinya. Ify melengos untuk yang beberapa kali, cowok yang sedang bersamanya ini benar-benar menyebalkan, mengapa ia tidak bertanya saja ke yang lain siapa nama dirinya sebenarnya? cowok aneh.

“Alika Saufika Naraya, Ify” ucap Ify masih dengan nada dingin lalu beranjak maninggalkan Rio yang masih duduk di sana.

‘Gue tau loe baik Fy, tapi keadaan yang buat loe seperti ini, gue akan dapetin loe Fy, gue janji itu’ batin Rio dan beranjak juga menyusul Ify tak lupa senyum manis tercetak di bibirnya mengingat beberapa menit yang lalu dirinya bersama Ify.


@@@@@

    Hari ini hari minggu dimana sebagian besar pelajar sekolah menggunakan kesempatan ini untuk bermalas-malasan. Tapi tidak dengan Ify, minggu ini dirinya memilih menghabiskan waktunya di tempat favoritnya, taman di kompleks perumahan yang bisa di bilang lumayan jauh dari rumahnya.

    Ify menghirup udara sebanyak-banyaknya, seakan paru-parunya selama ini terasa sesak tidak terisi udara, lalu detik berikutnya Ify mengamati suasana di sekitar taman, sepi, hanya segelintir orang, itu pun hanya lewat tidak untuk duduk atau singgah sejenak di taman ini. Ify melangkahkan kakinya di bangku taman di pinggir kolam kecil dan terdapat pohon yang lumayan rindang yang menambah kesan sejuk dan nyaman. Ini lah hobby baru Ify beberapa tahun ini, menyendiri, menutup semua rasa sakitnya tanpa harus diketahui oleh orang lain.

“Gue kangan loe Yel, apa loe sama sekali nggak kangen gue? Gue harap tuhan cabut nyawa gue sakarang, biar gue bisa ketemu loe” lirih Ify sambil menatap kosong ikan-ikan yang berenang di dalam kolam seakan tanpa beban.

“Ify.....”

@@@@@

     Rio tengah menikmati sarapannya pagi ini, seperti biasa ditemani oleh Tante Manda dan Om Zeth orang tua Rio.

“Yo” panggil Om Zeth ke anak semata wayangnya ini

“Iya pa” jawab Rio di sela-sela makannya

“Bagaimana sekolah baru kamu?” tanya Om Zeth

“Baik-baik aja kok pa, lagian temen-temennya juga ramah-ramah” jawab Rio lagi, Om Zeth dan Tante Manda hanya tersenyum senang karena Rio mudah beradaptasi dengan lingkungan barunya

“Mama tebak pasti banyak yang deketin kamu sama Alvin kan sama seperti sekolah-sekolah kamu sebelumnya” goda Tante Manda. Yang mana anaknya selalu jadi rebutan di sekolah

“Ihhh... mama apaan sih, Sudah ah Rio mau pergi dulu” ucap Rio dan beranjak meninggalkan meja makan.


    Rio melajukan cagiva merahnya dengan kecepatan sedang, sebenarnya Rio sendiri juga bingung ingin pergi kemana untuk mengisi hari libur minggu ini. Akhirnya Rio memutuskan untuk ke taman komplek perumahan. Rio memakirkan motornya setelah dirinya sampai di taman, lalu melangkahkan kakinya untuk menelusuri dan mencari tempat untuk beristirahat sejenak. Seketika matanya menangkap sosok gadis yang tengah duduk sendiri di kursi di pinggir kolam, karena penasaran Rio pun memutuskan untuk menghampirinya.

“Ify” ucap Rio setelah lebih dekat dan yakin bahwa gadis itu adalah Ify. Ify, gadis yang di panggil itu pun menoleh kebelakang dan mendapati Rio orang yang beberapa hari ini selalu mengganggu hari-harinya. Dengan santai Rio langsung  mengambil duduk di samping Ify, sadangkan Ify mengutuk Rio

‘Ngapain coba ni orang selalu ganggu gue’ batin Ify kesal

“Hay” sapa Rio mengawali pembicaraan dengan Ify, Ify menoleh dan mendapati Rio tersenyum. Sadangkan Rio dalam hati sudah merasa senang Ify menoleh saat dirinya menyapa, walaupun Ify tidak mengeluarkan suaranya sedikit pun tapi setidaknya Ify sudah mulai meresponnya.

“Sendiri?” tanya Rio lagi. Lagi-lagi Ify kesal di buatnya, apakah laki-laki di sampingnya ini bego?, apakah dia tidak bisa melihat bahwa dirinya dari tadi di sini sendiri tanpa ada orang lain lagi?

“Loe punya matakan? Setidaknya tanpa loe perlu bertanya loe sudah tau kalau gue dari tadi di sini sendiri” ucap Ify skiptis. Lagi-lagi Rio tersenyum mendapati sifat Ify seperti ini kepadanya, Ify benar-benar jauh berbeda dengan gadis-gadis lainnya, yang terpesona dan selalu mencari perhatiannya, sedangkan Ify? Gadis ini benar-benar sedikit pun tidak tertarik padanya bahkan seakan merasa terganggu jika dirinya berusaha mengajaknya berbicara.

“Well. sorry kalo gue salah bertanya” ucap Rio. Ify yang udah ngeh dengan Rio pun beranjak dari sana.

“Awwww” Rintih Ify saat tangannya tergores paku di bangku taman ketika hendak beranjak tadi. Rio yang mendengar suara rintihan Ify pun panik seketika

“Fy loe kenapa?” panik Rio dan menarik Ify untuk menghadap kedirinya,

“Ya ampun Fy tangan loe berdarah,” ucap Rio tambah panik ketika melihat tangan lebih tepatnya di pergelangan tangan Ify mengeluarkan darah.

“Ck, loe jadi cewek ceroboh amat sih” omel Rio lagi sambil mengeluarkan saputanganya di saku jaket dan di gunakan untuk menutup luka Ify agar darahnya berhenti keluar. Sedangkan Ify dari tadi menatap Rio yang tengah mengkhawatirkannya. Kalau boleh jujur ada sedikit rasa nyaman saat Rio memperlakukannya seperti ini, tapi kenapa? bukannya Rio yang membuatnya kesal selama ini? tapi kenapa saat Rio mengkhawatirkannya seperti ini terbesit rasa senang dan nyaman? Kenapa? ada apa sebenarnya?.

“Fy” Sontak Ify tersadar dari lamunannya saat sebuah sebuah suara mengejutkannya

“Loe nggak papa?” tanya suara itu lagi yang berasal dari Rio

“Nggak, thanks” jawab Ify dengan nada jutek sebenarnya juga untuk menutupi sedikit rasa saltingnya, entah kenapa Ify merasa salting sendiri saat ini.

“Iya sama-sama” jawab Rio. Rio tersenyum saat kata terima kasih terucap dari bibir mungil Ify walau nadanya terdengar jutek, tapi itu artinya Ify sudah mulai mau setidaknya berteman dengannya untuk saat ini.

@@@@@

    Sivia melangkahkan kakinya ke arah taman komplek perumahan, dirinya ingin menemui Ify, karena pada saat Sivia ke rumah Ify, Tante Lyssa bilang bahwa Ify sudah pergi keluar dari tadi pagi, Sivia yang sudah tau Ify pergi kemana jika hari libur seperti ini pun langsung menuju kesana. Karena terlalu terburu-buru Sivia tidak menyadari sebuah motor mengarah ke arahnya.

“Tinnnnnnnnn.....tiinnnnnnnnn” terdengar suara klakson entah kenapa seketika kaki Sivia seakan beku, terlalu sulit untuk kakinya melangkah menghindar. Sivia hanya menunduk dan menutup matanya rapat-rapat berharap setelah ini nyawanya akan selamat. Hening, Sivia semakin takut, apakah sekarang dirinya sudah berada di surga? Itu artinya dirinya tidak akan bertemu mama, papa dan Ify lagi, hingga akhirnya terdengar suara seseorang.

“Loe nggak papa kan?” tanya orang itu, sedangkan Sivia yang mendengar suara tersebut mencoba membuka matanya dan menatap orang tersebut.

“Loe.” kaget Sivia saat melihat orang itu adalah Alvin, Alvin pun sama kegetnya saat mengetahui orang itu adalah Sivia

“Heh, loe bisa bawa motor nggak sih? Loe mau bunuh gue?” semprot Sivia sebelum Alvin sempat membuka suaranya.

“Hello, loe juga salah kali nyebrang nggak lihat-lihat jalan, kenapa loe jadi nyalahin gue?” balas Alvin tak terima disalahkan Sivia

“Ishhhh, loe cowok apa bukan sih? Nggak pernah ngalah sama cewek, mana nggak pernah ngaku sama kesalahan loe lagi,” sinis Sivia emosi, sambil melangkah pergi ketujuan awalnya taman. Sedangkan Alvin, entah kenapa ada sedikit rasa bersalah kepada Sivia

“Sivia” panggil Alvin mencoba menahan Sivia pergi

“Apaan lagi sih?” kesal Sivia, cowok ini benar-benar selalu membuat dirinya darah tinggi

“Loe mau kemana?” tanya Alvin lagi tanpa memperdulikan raut wajah kesal Sivia. Hey!! Apa-apaan ini? Sejak kapan cowok nyebelin ini peduli dengannya, dia mau pergi kemana saja bukan urusan cowok nyebelin ini kan?

“Apa peduli loe?” tanya Sivia balik

“Gue serius” ucap Alvin masih mencoba bersabar menghadapi gadis yang menurutnya sangat bawel ini

“Taman” ucap Sivia singkat dan langsung ingin beranjak pergi

“Gue antar” ucapan Alvin barusan membuat Sivia langsung menghentikan langkahnya, Alvin yang melihat Sivia berhenti langsung menghampiri Sivia

“Ayo” ajak Alvin tanpa menunggu jawaban dari mulut Sivia. Sivia yang masih blank hanya bisa mengikuti Alvin yang sedang menarik tangannya saat ini

@@@@@

Hanya terjadi keheningan yang saat ini menyelimuti Ify dan Rio. Ify berusaha bersikap cuek dan dingin seperti biasanya sambil kembali menatap ikan-ikan di dalam kolam, sedangkan Rio sendiri bingung apa yang akan dibicarakan lagi bersama Ify mengingat bagaimana sifat Ify yang tidak suka ditanya-tanya membuat Rio kehabisan kata-kata saat ini. Baru Ify yang membuat Rio menjadi begini, ya baru Ify. biasa dirinya yang selalu di kejar-kejar, dan sekarang dirinya lah yang harus mengejar, Rio merasa menemukan hidupnya saat ia merasakan bagaimana perjuangan mengejar bukan dikejar.

“IFYYYYYY” teriak seseorang yang langsung membuat Ify dan Rio menoleh ke sumber suara, ternyata suara Sivia, tapi tunggu dirinya tidak sendiri melainkan dengan seseorang, Rio yang sepertinya mengenali orang itu pun memicingkan matanya untuk meyakinkan bahwa orang itu..... Alvin yah tidak salah lagi kalau itu Alvin, tapi apakah Rio tidak salah lihat saat Alvin datang bersama Sivia, gadis yang selalu diceritakan Alvin ke Rio bahwa merupakan gadis yang sangat menyebalkan setidaknya bagi Alvin bukan bagi Rio.

“Loe kesini kenapa nggak ngajakin gue?, padahal pagi ini gue mau ngajak loe belanja. ishhhh loe bener-bener nyebelin Fy, loe lupain gue sebagai sahabat loe, ” cerocos Sivia kemana-mana, Ify yang sepertinya sudah biasa dengan sifat Sivia hanya cuek tak memperdulikannya, namun Alvin? sepertinya Alvin sedikit cengo mendengar cerocosan Sivia, tidak salah jika dia memanggilnya gadis bawel selama ini, karena mamang kenyataannya demikian, sedangkan Rio hanya memperhatikan Ify yang dari tadi cuek seakan tak memperdulikan sahabatnya sudah ngomel-ngomel nggak jelas, ternyata Ify seperti ini kesemua orang, tapi mengingat kejadian-kejadian selama ini yang ia alami bersama Ify setidaknya ia bisa tersenyum bahagia.

@@@@@

Seperti biasa malam Ify sedang duduk di balkon kamarnya untuk menghabiskan malam hari ini, seulas senyum tipis tanpa sadar tercetak di bibirnya, manakala ingatannya kembali ke kejadian tadi siang saat di taman.

Flash Back On

    Sivia tengah beradu argument bersama Alvin, entah sejak kapan adu mulut itu terjadi, tidak ada yang mau mengalah di antara mereka. Ify yang memang dasarnya cuek tidak mempermasalahkan adu mulut antara sahabatnya Sivia dan Alvin tersebut.

“Fy” panggil Rio yang merasa bosan dengan situasi seperti ini

“Hmm” dehem Ify sebagai jawaban

“Ikut gue yuk” ajak Rio

“Males” jawab Ify singkat

“Fy please ikut gue, loe nggak bakalan nyesel deh, dari pada loe disini Cuma dengerin tu cecunguk adu bacot” tawar Rio lagi. Ify tidak menjawab tapi tiba-tiba Ify bangun dari kursinya.

“Loe mau kemana?” tanya Rio heran saat Ify tidak menjawab ajakannya malah berdiri dari posisi duduknya

“Aishhhh” desis Ify merasa cowok di hadapannya ini benar-benar bodoh

“Loe tadi yang ngajakin gue kan?” tanya Ify dengan nada malas

“Ha... eh... ia... ayo” jawab Rio dan langsung mengandeng tangan Ify menuju motor cagivanya.

   
    Hanya butuh waktu sepuluh menit mereka telah sampai di tempat yang di maksud oleh Rio, ternyata Rio membawa Ify ke danau, kesan pertama Ify saat melihat tempat ini adalah indah. Darimana Rio mengetahui tempat seindah ini? Bukankah yang Ify tau Rio pindahan dari singapure? Secepat itukah Rio dapat mengetahui ada danau seindah ini, dirinya saja tidak mengetahuinya.

    Lagi-lagi Rio menggandeng tangan Ify, dan sama, respon Ify masih saja Diam, tidak sedikit pun menolak, ada apa ini? Ada apa dengan dirinya? Bukankah seharusnya Ify menolak genggaman tangan Rio saat ini?

“Fy” panggil Rio memecah keheningan, namun Ify hanya menoleh

“Gimana loe suka tempat ini?” tanya Rio lagi, saat ini mereka duduk di sebuah kursi panjang di tepi danau yang sepertinya memang disediakan kursi disana.

“Ya” jawab Ify singkat, detik berikutnya Ify berdiri merentangkan tangannya, lalu memejamkan matanya dan menghirup udara sebanyak-banyaknya. Sedangkan rambutnya berantakan di terpa angin. Rio tersenyum melihat tingkah Ify saat ini, entah kenapa Rio selalu ingin selalu berada di masa-masa seperti ini bersama Ify, menikmati pemandangan wajah Ify dari dekat.

“Makasih Mario” ucap Ify dengan nada yang benar-benar tulus tidak dengan nada jutek dan dingin seperti biasanya. Dan itu membuat Rio sedikit kaget dengan ucapan Ify barusan, untuk pertama kalinya Ify menyebut namanya dan mengucapkan terima kasih dengan tulus seperti tadi.

“Sama-sama Fy” jawab Rio sambil tersenyum

Flash Back Off


Ify mendesah pelan, bagaimana kejadian tadi bisa terjadi?, bagaimana bisa ucapan terima kasih terucap dua kali dari mulutnya? Bahkan dua-duanya untuk orang yang sama, ada apa sebenarnya dengan dirinya? Rio. Ya orang itu yang telah membuatnya seperti ini, setelah beberapa tahun dirinya tidak merasakan ini semua dan sekarang Rio datang dan memberikan rasa itu lagi ke dirinya. Seperti dulu saat ia bersama Gabriel. Tunggu, apa Gabriel? Aishhhh... dan sekarang Rio telah berhasil membuat dirinya melupakan, ahhh, tidak bukan melupakan tapi mungkin lebih tepatnya menepis Gabriel seharian ini dalam pikiranya. Siapa Rio sebenarnya? Kenapa pria itu dengan mudahnya masuk dan sekarang menggangu pikirannya?

“Arghhh” erang Ify saat semua pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiranya satu pun tidak dia menemukan jawabannya.

“Lebih baik gue tidur” serah Ify yang sudah cukup lelah.

>>>To Be Continue>>>