Translate

Kamis, 02 Oktober 2014

Gue Cinta Loe Mario! Part 3

Gue Cinta Loe Mario!
Part 3

Halllooooooooooo!!!!
Gak ngaret banget kan?
*berasa ada yang baca -_-
Ada gak punyang baca yang penting gue post :p
ok langsung aja ini Part 3nya gaissssss!!!

Tittle    : Gue Cinta Loe Mario!
Author : Siska Friestiani @siskahaling
Genre  : Romance

@@@@@

Ify dan Sivia hari ini sepakat berangkat bersama ke sekolah, entah apa penyebabnya dua makhuk ini berangkat bersama. Ify dan Sivia memang bersahabat tapi karena rumah mereka yang bisa di kategorikan jauh maka mereka jarang berangkat bersama jika ke sekolah.

          “IFYYYY” teriak seseorang, Ify yang mendengar memberhentikan langkahnya dan menoleh ke sumber suara. Ternyata Rio, tapi Rio tidak sendirian melainkan bersama Alvin

          “pagi Ify, pagi Sivia” sapa Rio sambil menampakkan senyumannya. Sedangkan semua murid yang mendengar teriakan Rio tadi sudah heboh, beruntung sekali orang yang pagi-pagi sudah mendapat sapaan dari Rio, yang mereka hebohkan adalah orang yang disapa Rio, ya Ify. gadis yang terkenal cuek, dingin dan menakutkan. Sedangkan Rio sendiri yang sudah menciptakan kehebohan cuek seakan tidak terjadi apa-apa.

          “pagi” balas Ify seadanya

          “pagi juga Rio” balas Sivia  tak lupa dengan senyumannya.

‘sangat berbeda’ batin Rio

          ‘pagi Ify” sapa Alvin yang baru membuka suara.

          “hmm” dehem Ify, Ify memang sudah tau Alvin kerena kejadian kemarin sewaktu ditaman, tapi yang Ify ingat hanya Alvin sahabat Rio dan patner adu bacotnya Sivia nggak lebih.

          “ehem” dehem Sivia karena merasa Alvin tidak menganggapnya

          “eh ada loe ya Vi” ucap Alvin memasang wajah polosnya, sedangkan Sivia sudah hampir meledak karena emosi

          “baru nyadar” sinis Sivia

          “hahaha. ia loe tadi kaga keliatan” ucap Alvin lagi, yang sebenarnya hanya ingin membuat Sivia marah

          “yaaakkkk.... cowok nyebelin, mata loe salain sipit juga katarak, hah” emosi Sivia

          “iya, kalau lihat loe mata gue langsung katarak” balas Alvin masih tenang

          “sipit, loe nyebelin” balas Sivia

          “gue sipit-sipit ganteng, dari pada loe udah kayak mak lampir bawel lagi” ucap Alvin lagi, sedangkan Rio dan Ify melengos melihat dua makhluk ini selalu bertengkar setiap bertemu

          “Fy kelas yuk, udah mau masuk” ajak Rio hanya di balas anggukan oleh Ify.

          “ye... gue cantik manis gini loe bilang lampir, periksa dulu deh tu mata” dasar Sivia masih sempet-sempetnya narsis

          “lah suka-suka mata gue dong, mau liat loe cantik apa jelek”

          “loe kodok”

          “loe lampir”

          “loe nyebelin”

          “loe bawel”

          “loe”

          “loe”
          “loe”

          “eh Vi kok sepi ya” tanya Alvin karena melihat sekelilingnya sudah sepi

          “udah masuk kali” jawab Sivia enteng

          “iya juga ya” ucap Alvin lagi

          “APA MASUK” teriak mereka berdua

          “Vin”

          “Vi”

          “BUK WINDAAAAAA” teriak mereka berdua dan langsung ngibrit ke kelas.

@@@@@

Sivia dan Alvin selesai melaksanakan tugas mulia dari Buk Winda karena keterlambatannya masuk tadi. Mereka disuruh berlari keliling lapangan basket sebanyak sepuluh kali, bayangkan deh seberapa ngenesnya.

          “Fy kantin yok” ajak Sivia sambil mengipasi dirinya sendiri menggunakan buku tulisnya

          “ngapain?” tanya Ify, Sivia melengos sejak kapan Ify menjadi orang idiot seperti ini, kenapa dia harus menanyakan hal yang  seharusnya tidak di tanyakan

          “loe kok jadi bego sih Fy, loe pikir kalau ke kantin ngapain?” ucap Sivia kesal sambil menirukan bagaimana cara Ify ngomong jika sudah kesal kepadanya

          “eh ia yok ke kantin aja haus ni gue” ucap Alvin yang untuk saat ini sependapat dengan Sivia. Hanya saat ini.

          “ya udah deh, Fy yuk bareng saja ke kantinnya” ajak Rio membuka suara. Sedangkan Ify hanya pasrah mengikuti kemauan teman-temannya, yang benar saja dirinya sendiri dan mereka bertiga.

 Kantin sudah penuh, untung saja masih ada bangku kosong di pojok kiri kantin, tanpa membuang-buang waktu mereka pun duduk di sana.

          “Rio, Ify gue pesen makanan dulu deh loe berdua mau pesen apa?” tanya Sivia

          “pop ice melon satu” ucap Rio dan Ify kompak

          “ecieeee, kompak bener pesenannya” goda Sivia, membuat Rio dan Ify salting, Ify menunduk dengan pipi merona sedangkan Rio menggaruk kepala belakangnya walaupun sebenernya tidak gatal.

          “udah Vi, anak orang jangan di godain mulu, ayo pesan makanan dulu” ajak Alvin tanpa sadar menggandeng Sivia, sekarang gantian Sivia yang pipinya memanas.


          “Fy” panggil Rio untuk mengurangi kesaltingannya setelah kepergian Alvin dan Sivia memesan makanan.

          “ya” jawab Ify

          “ha.. em,,,, nggak jadi deh, heheh” jawab Rio bingung, entah kenapa Rio jadi gugup gini, sedangkan Ify tau bahwa Cowok yang ada di depannya ini sedang gugup, dan melihat itu ingin rasanya Ify tertawa, tapi karena dirinya masih bisa mengontrolnya jadi Ify hanya tersenyum.          Rio yang melihat senyum Ify langsung spechlees.

 ‘gue harap Cuma gue yang bisa bikin senyum itu di bibir loe Fy’ batin Rio

@@@@@

    Ify melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah, menunggu mang asep yang akan menjemputnya. Namun belum lama Ify menunggu, sebuah mobil sport berwarna putih behenti di hadapannya.

‘siapa sih?’ batin Ify  karena tidak mungkin jika itu mang asep. Sejak kapan mang asep menjemputnya menggunakan mobil sport seperti itu? Lagi pula dirumah setahu Ify tidak ada mobil ini.

    Lalu seorang cowok keluar dari mobil tersebut, dengan postur tubuh yang tinggi, putih, rambutnya sedikit di buat berantakan namun malah terlihat keren, tak lupa kaca mata hitam tepasang diwajahnya. Ify terdiam, sepertinya dirinya mengenali orang ini, sosok yang selama ini mungkin dia rindukan.

          “hallo jelek” sapa cowok tersebut sambil melangkah agar posisinya lebih dekat dengan Ify. Ify tersentak sejenak mendengar suara tersebut.

          “kak Tian” ucap Ify dan langsung memeluk cowok tersebut dengan erat, seakan dirinya benar-benar rindu dengan sosok yang ada di pelukannya saat ini. Orang tersebutpun langsung membalas pelukan dari Ify.

          “apa kabar Ify ku sayang” ucap orang tersebut Tristan Oktavian Azuma atau yang di panggil kak Tian oleh Ify tadi langsung mengelus puncak kepala Ify dengan sayang.

          “kak Ify kangen” ucap Ify dan mengeratkan pelukannya mengabaikan pertanyaan dari Tristan tadi.

          “hahahaha” tawa Tristan yang masih memeluk Ify

          “kakak juga kangen sama kamu Ify” tambah Tristan

          “kakak kapan pulang?” tanya Ify sambil melepaskan pelukannya, dan sedikit bingung bagaimana Tristan bisa berada di sini? yang ia tau Tristan sedang melanjutkan kuliahnya di singapure. Dan sekarang secara tiba-tiba ada disini. Dihadapannya.

          “barusan, dan langsung kesini” jawab Tristan
          “kakak liburan?” tanya Ify lagi. Berharap jawaban tidak akan terlontar dari mulut Tristan.

          “Udah ah kita pulang dulu ngobrolnya lanjut di rumah, capek ni” eluh Tristan memasang wajah lelahnya.

          “ayo. Eh.... tapi mang Asep gimana?” tanya Ify

          “mang Asep sudah kakak kasih tau tadi, udah yok” ajak Tristan dan menarik tangan Ify menuju mobil.

@@@@@

    Sivia, Rio dan Alvin berjalan menuju parkiran, sebenarnya Sivia tadi sudah menawarkan Ify untuk pulang bersama lagi seperti berangkat tadi, namun Ify menolaknya. Ify lebih memilih pulang bersama mang Asep dengan alasan kasihan Sivia jika harus mengantarnya mengingat rumahnya dan rumah Sivia berlawanan arah. Tiba-tiba langkah Rio terhenti, membuat Alvin dan Sivia pun menghentikan langkahnya.

          “Yo kenapa berhenti?” tanya Alvin, namun Rio tidak menjawab matanya masih melihat kearah gerbang sekolah, di lihatnya Ify sedang mengobrol dengan seorang cowok yang Rio akui lumayan tampan. Mata Rio memicing ingin melihat lebih jelas. Tiba-tiba hatinya mulai tak karuan saat melihat Ify memeluk cowok tersebut, apalagi Rio melihat Ify tersenyum ringan tanpa beban, tidak menunjukkan sikap cuek dan dinginnya ketika sedang bersama cowok itu. Dan itu membuat hatinya semakin sakit. Jujur hatinya tidak rela melihat orang yang sudah dia sayang lebih bahagia bersama orang lain.

          “Yo” panggil Sivia karena panggilan Alvin tadi tidak digubris oleh Rio

          “ha,,, iya” jawab Rio dan mengalihkan pandangannya kedua orang yang saat ini melihatnya bingung.

          “loe kanapa?” kini giliran Alvin yang bertanya

          “enggak papa kok, eh Vi, loe tau nggak cowok yang lagi sama Ify itu?” tanya Rio sambil menunjuk kearah cowok yang sedang bersama Ify. Sivia pun langsung mengikuti arah tunjuk Rio

          “nggak Yo” jawab Sivia karena dirinya memang belum pernah melihat cowok tersebut selama dua tahun berteman bersama Ify.

          “bukannya loe udah lama temenan sama Ify Vi? memang Ify nggak pernah cerita mengenai cowok itu?” tanya Rio lagi

          “nggak, gue aja heran tu anak kayaknya dekat banget sama tu cowok, lagian nggak jutek dan dingin waktu sama kita-kita” ucap Sivia. Dalam hati Rio membenarkan ucapan Sivia tersebut

          “panassss.... panasss... panas banget ya?” goda Alvin, ya Alvin tau saat ini Rio sedang cemburu

          “emang dari tadi udah panaskan, noh mataharinya dari tadi udah nongol” ucap Sivia yang nggak ngeh sama ucapan Alvin barusan

          “gue nggak ngomong sama loe lampir” balas Alvin

          “issshhhh, loe nyebelin kodok” balas Sivia lagi

          “emang, baru tau?” ucap Alvin

          “kodoookkkkkkk”

          “apa lampirrrrrrrrr” jawab Alvin

          “mulai deh” ucap Rio dan langsung pergi meninggalkan keduanya.

@@@@@

   Ify dan Tristan telah sampai dirumah yang cukup besar dan megah. Cat luar yang didominasi warna biru, apa lagi terdapat taman kecil yang sangat rapi terdapat di halaman depan yang membuat rumah itu lebih terasa nyaman dan sejuk.

          “udah pulang sayang?” tanya Tante Lyssa mama Ify

          “udah ma” jawab Ify dan menuju sofa untuk menghilangkan rasa penatnya sejenak. Dan di ikuti Tristan, Tante Lyssa dan Om Adit papa  Ify

          “ma, pa. Kenapa mama sama papa nggak bilang kalau kak Tian mau kesini?” tanya Ify masih sedikit kesal karena tidak di beri tau dari awal

          “papa sama mama sebernya sudah mau kasih tau kamu dari awal tapi kak Tian ngelarang” jujur Tante Lyssa
        
“kok gitu?” tanya Ify

          “suprice for you Ify sayang” jawab Tristan semakin membuat bibir Ify mengerucut

          “mama sama papa sebenarnya menyuruh kak Tian ke sini buat jagain kamu Ify, karena mama sama papa mau mengurus perusahaan yang ada di jepang” jelas Om Adit

          “jadi kak Tian bakalan tinggal disini lagi dong?” tanya Ify sambil sedikit senyum terpasang di bibirnya

          “iya” kini giliran Tante Lyssa yang menjawab. Sedangkan Tristan memilih diam, membiarkan orang tuanya yang menjelaskannya kepada Ify. Ya Tristan adalah kakak kandung Ify yang tiga tahun yang lalu mendapat beasiswa yang mengharuskannya melanjutkan kuliahnya di singapure. Sebenarnya Tristan tidak tega meninggal kan Ify apa lagi waktu itu Ify lagi terpuruk-terpuruknya. Namun orang tuanya meyakinkannya bahwa Ify akan baik-baik saja. Hingga akhirnya Tristan pun menurutinya.

          “beneran?” tanya Ify lagi meyakinkan

          “iya sayang, ya sudah pesawat papa satu jam lagi take off, papa sama mama berangkat dulu ya” pamit Om Adit

          “ya sudah, hati-hati ya ma, pa” ucap Tristan ngakat bicara

          “iya, kamu jagain adik kamu Tian, awas saja mama dengar kamu bikin kesal adik kamu” ancam Tante Lyssa ke anak pertamanya ini yang memang sudah paham bagaiman sifatnya, sedangkan Tristan hanya cengengesan

          “mama berangkat dulu sayang” ucap tante Lyssa ke Ify dan mencium anak perempuannya tersebut

          “iya ma hati-hati” ucap Ify dan diangguki oleh Tante Lyssa

          “kak” panggil Ify ke Tristan, sedangkan Tante Lyssa dan Om Adit sudah keluar

          “ya” jawab Tristan menoleh ke Ify

          “kakak benerankan nemenin Ify lagi kan?” tanya Ify lagi memastikan semuanya ini bukan lelucon. Tristan tersenyum lalu menarik Ify agar lebih dekat dan memeluknya.

          “apa tadi kakak, papa, sama mama keliatan bercanda?” tanya Tristan balik, Ify menggeleng dalam pelukannya Tristan

          “terus kenapa masih ditanya?” tanya Tristan lagi

          “Ify Cuma takut ini bohongan, Ify takut kehilangan sandaran Ify lagi kalo Ify lagi sedih, Ify takut kakak ninggalin Ify kayak... kayak...” Ify nggak mampu melanjutkan ucapannya, dia menangis, seakan rasa sakit itu datang lagi

          “ssstttt, nggak akan Ify, kakak nggak akan ninggalin kamu lagi, kakak janji, harusnya kakak nggak ambil beasiswa itu Fy maafin kakak” ucap Tristan menyesal karena selama ini meninggalkan adik yang paling ia sayang

          “Ify nggak papa kok” ucap Ify sambil memasang senyumnya tapi malah terlihat kaku

          “lagian Iel disana pasti sedih Fy kalo liat kamu kayak gini” tambah Tristan. Namun Ify hanya diam

          “o ya kak, terus kakak LDR dong sama Shilla? Ckck,,, kasihan” tanya dan ledek Ify mengalihkan pembicaraan tidak mau kakaknya semakin merasa bersalah

          “sok tau kamu, Shilla bakalan nyusul besok, hari ini dia harus menyiapkan dulu semuanya” jawab Tristan. Shilla gadis SMA yang seumuran dengan Ify yang telah berhasil merebut hatinya Tristan sewaktu dirinya di singapure, baru beberapa bulan ini mereka menjalin hubungannya, Ify mengetahui karena Tristan sempat menceritakannya kepada Ify

          “oh” jawab Ify hanya dengan oh

          “ya udah kakak tidur dulu deh, kamu juga istirahat gih” suruh Tristan. Ify hanya mengangguk mengiakan karena dirinya memang sudah cukup lelah.

@@@@@
  
     Rio sedari tadi gelisah di tempat tidurnya. Matanya sungguh sulit untuk di pejamkan. Pikirannya masih terfokus kepada Ify, gadis yang selama ini telah memberi warna pada hidupnya. Tapi hari ini Rio sedikit resah, mengingat kejadian tadi siang di sekolah. Siapa sebenarnya cowok itu? Kenapa bisa sedekat itu sama Ify?  Apa itu cowoknya Ify? Tapi mendengar dari cerita dari Sivia bahwa Ify tidak memiliki cowok, itu membuat dirinya bingung siapa sebenarnya cowok itu.

          “huffftttt, mungkin besok langsung gue tanya aja ke Ify nya langsung” ucap Rio dan mencoba memejamkan matanya saat ini.

@@@@@

  Rio memakirkan motor cagivanya di parkiran sekolah,  sekolah sudah cukup ramai untuk pagi ini, diarah gerbang terlihat mobil sport berwarna putih, Rio berfikir sejenak sepertinya dia pernah melihat mobil itu. Tapi kapan? Pertanyaan Rio terjawab setelah sosok gadis keluar dari mobil tersebut. Ya itu mobil cowok yang semalam bersama Ify, dan gadis yang keluar tadi pun tidak salah lagi adalah Ify.

@@@@@

    Hari ini Ify minta di antar sekolah oleh Tristan, dengan senang hati pun Tristan mengantarkan adik semata wayangnya ini. Entah kenapa Ify pun ingin sekali bermanja-manja dengan kakak-kakaknya. Akhirnya setalah dua puluh menit mereka berdua pun sampai di SMA Jingga.

          “kak, Ify pergi dulu ya?” pamit Ify ke Tristan

          “ok sipp, belajar yang rajin jelek” jawab Tristan sambil mengacak-acak rambut Ify

          “ih kak apaan sih, berantakan mah jadinya” sewot Ify

          “o ya kakak nanti jemput Ify nggak?” tambah dan tanya Ify

          “iya nanti kakak jemput kamu tapi mungkin agak telat dikit, kakak mau jemput Shilla dulu di bandara” jawab Tristan

          “Ify” panggil seseorang yang langsung membuat Ify dan Tristan mengarah ke suara tersebut

          “Rio” kaget Ify saat mengetahui Rio yang memanggilnya, sedangkan Tristan hanya diam,

‘mungkin teman sekelas Ify’ batin Tristan

          “hay Fy hay....”

          “gue Tristan” ucap Tristan saat mengetahui kebingungan Rio

          “oh,, heheh” jawab Rio merasa canggung sendiri

          “loe pacar Ify?” tanya Tristan tanpa basa-basi

          “HAAAA” kaget Rio dan Ify kompak, merasa shock dengan pertanyaan Tristan tadi

          “apaan sih kak, ngasal banget tu mulut” sewot Ify sedangkan Rio sudah garuk-garuk kepala nggak jelas

          “pacar juga nggak papa” goda Tristan

          “ha, eh,, bukan” jawab Rio gugup, sedangkan Ify menunduk merasa pipinya memanas sekarang

          “hahahah,” tawa Tristan merasa lucu dengan dua orang yang ada dihadapannya ini

“oya belum kenalan, gue Tristan KAKAK Ify” ucap Tristan dan sengaja menekan kata KAKAK. Entah buat apa
        
“oh, ia kak Tristan gue eh aku Rio temen sekelas Ify” jawab Rio dengan bahasa yang sedikit berantakan, tapi terbesit rasa lega saat mengetahui cowok itu atau lebih tepatnya Tristan adalah kakak  Ify.

“hahahahah” lagi-lagi Tristan tertawa

“bahasa nya loe gue aja, nggak usah canggung gitu Yo. Satu lagi kak Tian aja nggak usah Tristan terlalu formal sama kepanjangan” jelas Tristan. Rio hanya mengangguk canggung

“ya udah gue pamit dulu yo, buru-buru” pamit Tristan

“Fy, kakak pergi dulu, kamu balajar yang bener” ucap Tristan sambil mengecup puncak kepala Ify yang sudah menjadi kebiasaan sejak dulu

“hemmm” jawab Ify hanya berdehem

“Yo, titip adek gue ya” ucap Tristan. Ify melotot, Rio hanya senyum malu-malu.

“Fy” panggil Rio ketika mobil Tristan sudah beranjak pergi.

“ya” jawab Ify namun pandangannya masih melihat ke arah mobil Tristan walaupun sudah tidak terlihat

“ke kelas yuk” ajak Rio. Ify tidak menjawab malah beranjak duluan menuju kekelas

“yahhhh,,, gue di tinggal” ucap Rio lemes

“Ifyyyyy, tungguin gue” teriak Rio dan menyusul Ify

@@@@@

   Pagi ini XI IPA 1 heboh, pasalnya Buk Winda guru Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas yang membimbing XI IPA 1 mengubah posisi duduk untuk semester ini dengan berpasangan, dengan alasan untuk membuat mereka saling kompak dan menyegarkan suasana kelas. Kaum hawa sudah pada heboh, mereka semua berdoa semoga dapat sebangku dengan Rio dan Alvin. Sedangkan Rio dan Alvin sudah melengos pasrah, hanya bisa berharap teman sebangku mereka setidaknya nanti sedikit waras.
        
“duhh, Buk Winda apa-apaan sih? Nggak banget ngubah posisi duduk? Buat apaan coba? Penyegaran suasana kelas, yang ada makin gerah gue” cerocos Sivia kemana-mana, namun Ify hanya diam. Bukan, bukannya dia senang, tapi percuma saja mencuap-cuap tidak akan merubah keputusan Buk Winda bukan?
        
“baik lah Ibu akan bacakan teman sebangku kalian yang semalam sudah Ibu atur.” Ucap Buk Winda
        
“TIDAK ADA YANG BANTAH” tambah Buk Winda sebelum penghuni kelas membuka suara
        
“Dea dengan Irsyad, Angel dengan Lintar, Sivia dengan Alvin, Keke dengan Deva, Nova dengan Ozy, Ify dengan Rio, Obiet dengan Oik dan bla,,, bla,,, bla,,,,” ucap Buk Winda, sebagian besar kaum hawa mendesah kecewa saat tidak bisa menjadi teman sebangku Rio dan Alvin. Mata Sivia dan Alvin melotot sempurna, walaupun mata Alvin tidak layak di bilang melotot. Pernyataan Buk Winda barusan membuat keduanya shock.

‘ya tuhan, apa salah hamba’ begitulah kira-kira suara hati mereka masing-masing. Sedangkan Rio tersenyum setelah mendengar bahwa teman sebangkunya adalah Ify, orang yang selalu ada dipikirannya, kalau begini jadinya dia tidak akan keberatan dari awal.
        
“ok silahkan pindah ke teman masing-masing” suruh Buk Winda. Tanpa banyak protes dan membuat guru yang killer tersebut bercuap-cuap tidak jelas, semua murid munuju ke teman masing-masing. Ify bangkit dan berjalan menuju bangku Rio yang ada tepat di belakangnya sedangkan Alvin dengan amat sangat terpaksa berdiri dan menuju meja yang ada tepat di depannya.
        
“posisi ini akan berlaku sampai kenaikan kelas besok, tidak ada yang pindah, jika nekat terima sanksinya.” Tegas Buk Winda, semuanya hanya mengangguk pasrah
        
“baiklah Ibu tinggal dulu, jangan ribut karena Ibu akan rapat bersama pemilik yayasan sekolah” tambah Buk Winda dan langsung keluar kelas.
  

Namun sepertinya perintah Buk Winda tidak ada yang mengindahkan, nyatanya semua murid sudah ribut, mereka ngobrol dengan teman sebangku masing-masing, mereka akan beradaptasi dengan teman sebangku mereka. Lain hal dengan dua orang ini mereka malah berdebat tidak jelas entah apa yang diributkan
        
“eh, kodok, gue udah buat pembatas buat kita, loe nggak boleh lewatin pembatas yang udah gue kasih” ucap seseorang yang sudah pasti Sivia
        
“ok fine, gue nggak bakalan lewatin tapi kalau loe yang melewati pembatas ini, apa hukumannya?” tanya Alvin
        
“emm.. emm..” gumam Sivia bingung
        
“loe turutin semua kemauan gue. bagaimana?” tantang Alvin dengan senyum sinisnya
        
“em... ok gue terima, dan kalau loe yang melewati pembatasnya loe juga harus ikuti apapun kemauan gue” balas Sivia tak mau kalah
        
“ok deal” ucap Alvin dan menarik tangan Sivia untuk berjabat tangan dengannya.

DEGHHH

    Sivia merasakan detak jantungnya dua kali lebih cepat saat Alvin menarik tangannya. Buru-buru Sivia melepaskan jabatan tangannya dari Alvin.


    Rio sedari tadi senyum-senyum sambil memandang wajah Ify, entah apa yang dilihat, namun Rio rasa dirinya tak pernah bosan jika harus mamandangi wajah cantik Ify, sedangkan Ify yang sudah jengah dari tadi ditatap seperti itu akhirnya buka suara.

          “loe nggak bosan lihatin gue mulu? Sebegitu mempesonanya kah gue?” ucap Ify sambil menatap Rio yang masih senyum-senyum menatap wajahnya

          “nggak Fy, gue nggak bosan, dan memang loe cantik, gue sampai terpesona” jawab Rio enteng tanpa beban, membuat pipi Ify memanas. Dan Ify langsung kembali ke novelnya, menutupi agar Rio tidak menyadari bahwa dirinya salting sekarang

          “Fy” panggil Rio

          “hemmm” jawab Ify masih sibuk dengan novelnya. Padahal jantungnya sudah tidak karuan

          “apaan?” tanya Ify kali ini sambil menoleh ke Rio karena Rio tidak kunjung menjawab

          “em.. nggak jadi deh” jawab Rio. Membuat Ify melengos

          “aneh loe” gidik Ify melihat tingkah Rio

          “yang penting gue cakep” balas Rio narsis

          “hahahha, loe cakep? Ia kali” ucap Ify sambil tertawa tapi terlihat meremehkan, sedangkan Rio sudah manyun tapi dalam hati senang bisa bercanda bersama Ify seperti ini

          “jelek loe kayak gitu” ucap Ify tapi matanya sudah beralih ke novelnya

          “jelek-jelek juga temen loe Fy” ucap Rio lagi

          “gue malah nggak pernah nyadar punya temen kayak loe” balas Ify santai

          “ishhh, loe kok nyebelin sih?” ucap Rio lagi

          “memang” balas Ify

          “huhhhh. Sadis” lirih Rio

          “gue nggak budeg bego”

          “upssss. Salah ngomong gue” ucap Rio memilih diam dan melanjutkan aksinya memandangi wajah Ify

@@@@@

     Tristan mengendarai mobilnya menuju bandara Soekarno Hatta, senyumnya masih menghiasi wajahnya, dan lagu I’m Yours pun turut menemani perjalanannya.

      Setelah sampai, kakinya langsung melangkah menelusuri bandara mencari sosok yang beberapa bulan ini menemani hari-harinya. Tak lama kemudian matanya menangkap sosok gadis yang tengah berdiri sambil memainkan handphonenya.

          “hallo sayang” sapa Tristan ke gadis tersebut, gadis itu pun mendongak dan tersenyum mendapati Tristan telah berdiri dihadapannya tanpa komando gadis itu langsung memeluk Tristan

          “sudah lama?” tanya Tristan sambil memeluk gadisnya

          “lumayan” jawab gadis itu dalam pelukan Tristan

          “maaf” ucap Tristan merasa sedikit bersalah, telah membuat gadisnya menunggu

          “nggak papa kok kak, lagian Shilla tadi sempat ke cafe dulu makan. Hehehe” jawab gadis itu yang ternyata bernama Shilla, ketika sudah melepaskan pelukannya ke Tristan

          “ya sudah kalau gitu langsung kerumah saja ya? Lagi pula ini sudah jam 2 siang kamu pasti capek” ucap Tristan dan hanya dijawab anggukan oleh Shilla.

          “tapi kita jemput Ify dulu disekolah” ajak Tristan

          “Ify adek kakak yang pernah kakak ceritain?” tanya Shilla

          “iya, tapi kamu harus tahan-tahan kalo lagi sama dia, dia sedikit jutek dan cuek, tapi aslinya baik kok” jelas Tristan

          “iya Shilla ngerti kok” jawab Shilla yang memang sudah mendengar sedikit tentang kisah Ify dari Tristan.

          “ok. Lest go” teriak Tristan dan langsung menarik Shilla menuju mobil.

@@@@@

          “Ify” panggil Sivia yang kini mereka sedang berdiri di gerbang sekolah

          “apa?” tanya Ify

          “cowok yang semalam di gerbang sekolah sama loe siapa?” tanya Sivia lagi

          “maksud loe kak Tian?” tanya Ify, Sivia mengerutkan keningnya. Merasa baru mendengar nama Tian

          “iya kak Tian, kakak kandung gue” jelas Ify lagi. Kali ini mata Sivia melotot

          “apa? kakak kandung loe? kok loe nggak pernah cerita?” tanya Sivia kesal

          “loe nggak pernah nanya” jawab Ify santai

          “aishhh.... Mimpi apa gue punya teman kayak loe” cibir Sivia kesal

          “mimpi ketemu gue lah” jawab Ify membuat Sivia semakin kesal

   Tiba-tiba dua motor cagiva berhenti di depan mereka. Ify yang udah mengetahui itu siapa hanya diam, sedangkan Sivia menatap bingung dua orang yang berhenti di depannya. Lalu keduanya membuka helm full-facenya

          “Rio, Alvin” lirih Sivia

          “nggak pulang?” tanya Rio menatap Ify dan Sivia

          “nunggu jemputan Yo” jawab Sivia. tapi tiba-tiba BB-nya berbunyi

 From ; mang Ujang
    Neng Via maaf, mang Ujang nggak bisa jemput, nyonya minta diantar ke butik siang ini.

          “hufffttt” kesal Sivia setelah membaca pesan singkat tersebut

          “Fy. Gue bareng loe ya, mang Ujang nggak bisa jemput gue” melas Sivia

          “sorry VI gue sama kak Tian, mangkin jemputnya masih agak lama” ucap Ify

          “Ya udah deh Vi loe sama Alvin saja noh” tawar Rio

          “ogahhhh” tolak Sivia nyolot

          “yeee, loe pikir gue mau, tapi sebernya tadi gue mau sih, berhubung gue masih berbaik hati, tapi karena loe sudah nolak, ya sudah gue pulang sendiri juga nggak papa.gue juga nggak rugi” ucap Alvin sambil melirik ke Sivia.

          “sudah deh Vi, loe mau pulang naik apaan? Taxi? Yang ada besok baru loe pulang” gemes Rio melihat tingkah Sivia yang terlalu gengsi.

          “ok..ok.. nggak ada pilihan lain” ucap Sivia pasrah

          “Fy. Gue duluan ya” pamit Alvin

          “ya”

          “tenang aja gue balikin teman loe ke asalnya dengan selamat” ucap Alvin lagi.

          “nggak loe balikin juga nggak papa Vin” balas Ify membuat Sivia kesal setengah abad.

          “Yo, gue cabut dulu” pamit Alvin lagi dan setelah itu melajukan motornya meninggalkan SMA Jingga. Kini hanya ada Rio dan Ify

          “loe nggak pulang Fy?” tanya Rio turun dari motornya dan berdiri disamping Ify.

          “gue sama kak Tian” jawab Ify

          “hallo Ify sayang, apa kabar?” ucap seseorang tiba-tiba sambil menyeringai nakal menatap Ify seperti ingin memakannya. Seketika wajah Ify memucat, tubuhnya terasa lemas, dan pasokan oksigen terasa menipis di paru-parunya.
@@@@@

gimana?makin amburadulkan? ya iyalah authornya aja amburadul :pwkwkwk...next partnya di tunggu ya?*kalau ada yang baca*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

komentar kalian sangat berarti untuk saya :)